5 Gelang

Aku dan Nata kembali masuk ke dalam panti dan bertemu kedua orang tuaku. Mereka masih berada di ruang tamu dan mengobrol dengan bu Hasna.

Aku duduk kembali disamping ibuku sedangkan Nata masuk ke dalam panti, mungkin ke kamarnya.

"Kamu nggak jadi lihat-lihat ruangan seni? Ko cepat sekali kembalinya?" Tanya bu Hasna padaku.

Mendengar pertanyaan itu, aku bingung. Bukankah aku sudah pergi lama tadi? belum lagi kejadian di gang itu.

"Maksudnya bu? Saya tadi sudah masuk ke ruangan seni juga ko. Saya malah dengerin Nata nyanyi." Jawabku.

"Loh bukannya kamu keluar belom ada 5 menit?" Tanya bu Hasna heran.

"Perasaan tadi tidak sampai 5 menit kamu sudah kembali kesini lagi nak." Kini Ayah ikut menjawab.

"Ha??" Kataku bingung.

Tak lama, Nata kembali muncul di ruang tamu dan menoleh kearahku. Mulutnya terbuka seolah berbicara namun tanpa suara. Aku mencoba memahami kalimat yang keluar dari mulutnya itu.

"Sini, ikuti aku." Kalimat yang keluar dari mulut Nata saat aku berusaha mengartikannya.

"Aku pergi sebentar dulu ya sama Nata." Kataku pada kedua orang tuaku.

Aku berdiri dan mengikuti Nata tepat di belakangnya. Ia membawaku masuk kedalam kamarnya. Letaknya ada di lantai 2 panti asuhan.

Kamar Nata terlihat rapih dan bersih. Semua tertata dan tanpa ada yang berantakan sekalipun selimut yang ada di kasurnya.

Saat aku telah masuk ke Kamar Nata, ia lalu menutup pintu dan menguncinya.

Hal itu membuatku takut mengingat monster macam apa Nata ini.

"Duduk." Kata Nata sambil menoleh ke kasurnya.

Akupun duduk diatas kasurnya tanpa berkata apapun. Aku takut jika aku melawan, hidupku tidak akan lama lagi.

"Kau masih ingat pada janjimu kan? Kau tidak boleh memberitahu rahasiaku pada siapapun termasuk orang tuamu." Katanya.

"Iyaa aku ingat." Jawabku.

"Aku sudah memantrai mereka agar mereka tidak sadar kalau kita sudah keluar terlalu lama tadi." Kata Nata.

"Oh jadi itu karena kekuatanmu?" Tanyaku.

"Tentu saja bodoh, kalau mereka tau kita keluar lama pasti mereka akan khawatir." Jawab Nata.

"Hei! Kau selalu saja menyebutku bodoh!" Kataku.

"Memangnya kenapa? Kau kan memang bodoh." Kata Nata. "Sekarang dengarkan aku, aku tidak bisa menghilangkan ingatanmu. Oleh karena itu kau berbahaya untuk keberadaanku." Lanjutnya.

"L..lalu?" Kataku ketakutan.

"Kemarikan tanganmu." Kata Nata sambil mengulurkan tangan kirinya.

"Untuk apa?" Tanyaku.

"Nggak usah banyak tanya, kemarikan tanganmu!" Kata Nata memaksa.

Aku meletakkan tanganku diatas tangan kirinya. Nata lalu menyentuh tangan ku dengan jari telunjuk di tangan kanannya.

Ketika itu, cairan hitam keluar dari jari telunjuknya. Cairan itu mengitari pergelangan tangan ku dan akhirnya membentuk sebuah gelang.

"Apa ini?!" Kataku terkejut.

"Bukan apa-apa, cuma gelang aja kok." Katanya sambil tersenyum.

Aku melihat pergelangan tanganku dan disana sudah ada gelang hitam dengan corak seperti ular melingkar di tanganku.

"Dragostea mea" Tulisan itu ada ditengah gelang hitam itu. Aku tidak mengerti artinya namun kurasa itu sesuatu seperti tahanan atau semacamnya.

Ketika aku memandangi gelang hitam itu, tiba-tiba gelang itu perlahan menghilang seperti terhisap masuk kedalam tanganku.

"Syukurlah." Kata Nata sambil tersenyum.

Saat ia mengatakan itu, aku bisa melihat air mata perlahan muncul dari matanya.

"Apa yang terjadi?! Kenapa gelang itu masuk ke tanganku?!" Tanyaku panik.

"Sepertinya memang benar, gelang itu telah kembali ke pemiliknya." Kata Nata.

"Apa maksudmu?!" Tanyaku yang masih kebingungan.

"Nanti juga kau tau sendiri." Kata Nata sambil menyeka air mata yang mulai turun dari matanya.

Melihat itu aku jadi semakin bingung, apa yamg diinginkan monster ini sebenarnya. Apakah aku akan menjadi tahanannya atau justru ia meletakkan sebuah alat untuk meledakkan ku kapanpun ia mau?

"Hmm S..a.. Satan, apa yang kau inginkan dariku sebenarnya." Tanyaku.

"Jangan panggil aku dengan sebutan itu, kau harus memanggilku dengan nama Nata." Kata Nata dengan raut wajah yang terlihat kesal.

"Maafkan aku, Nata apa yang sebenarnya kau inginkan?" Tanyaku sekali lagi.

"Tidak ada, mulai sekarang kau dan aku berteman. Jangan berani-beraninya kau menghindariku mau di sekolah ataupun di luar." Kata Nata.

Aku hanya bisa mengangguk dan mengatakan "iya" padanya saat itu.

"Ayo, sekarang kita keluar dan bertemu keluargamu. Sepertinya urusan mereka sudah selesai." Kata Nata.

Kamipun turun dan menemui ayah dan ibuku.

"Nah, itu mereka." Kata bu Hasna.

"Rena, ayo pulang nak urusan ayahmu sudah selesai." Kata ibuku.

Aku menghampiri mereka dan bersalaman dengan bu Hasna untuk pamit. Nata hanya berdiri disamping bu Hasna dan terlihat ada senyuman di wajahnya.

Aku tidak mengerti maksud senyumannya itu, apakah itu akan menjadi pertanda buruk lainnya bagiku.

Kamipun pulang kerumah sore itu. Aku masuk ke kamar dan menggeletakkan badanku di kasur. Aku mengangkat tangan kananku dan melihat pergelangan tempat dimana Nata meletakkan gelang hitam itu.

"Hah... Apa yang menimpaku ini Tuhan, monster itu telah memberikan sesuatu yang mengerikan padaku." Kataku.

Aku kemudian teringat dengan tulisan yang aku lihat di gelang tersebut. "Dragostea mea" kalo aku tidak salah ingat.

Aku melihat handphone ku dan mencari arti kalimat itu di google.

Ketika aku melihat hasil penelusuran google, mataku melongo mengetahui arti kalimat tersebut. Artinya bukan "budak", "tahanan" atau hal semacamnya. Artinya ternyata lebih mengerikan daripada itu.

avataravatar
Next chapter