3 BAB 3 : Pertengkaran Dingin

Sepeninggal gadis berkacamata itu pergi, Raya pun berkata dan menatap Stella, "Jadi siapa mangsa kita selanjutnya Tuan Putri Stella?" tanya Raya tersenyum sinis menatap sekelilingnya mencari mangsa yang sekiranya lebih seru untuk dibully.

"Anak XI IPA 1." sahut Stella pelan namun tajam.

"Siapa dia?" tanya Raya penasaran. Kenapa kali ini sasarannya adalah kakak kelas? Apakah Stella punya masalah besar dengan orang tersebut? tentunya pasti punya, pikir Raya dalam hatinya.

"Kenapa kakak kelas kali ini korbannya?" tanya Naura ikut-ikutan merasa penasaran. Biasanaya Stella hanya membully teman seangkatannya yang menjadi saingannya, tapi kali ini berbeda, ada apakah gerangan?

Sedangkan Lisa? Lisa hanya diam tidak berkomentar apapun. Ia tidak ingin bertanya. Ia berharap suatu saat nanti teman-temannya jera dan tobat. Kasian korban-korban bully itu bisa saja mereka mengalami gangguan mental setelah dibully. Namun ia tidak bisa berbuat apapun untuk melarang, ia hanyalah anggota The Angel Wings biasa, tidak berkuasa seperti Raya maupun Naura yang sangat diandalkan oleh Stella.

"Iya, karena aku tidak suka jika Bastian Angkasa di dekati oleh gadis lain selain aku." ucap Stella tersenyum sinis menatap gedung anak IPA yang ada di seberang gedung anak Bahasa.

"Siapa yang berani-beraninya mendekati milik Stella Devani Clarissa?" tanya Raya ikut-ikutan merasa emosi. Ia tahu Stella sebenarnya berhati baik, namun ia adalah tipe gadis yang tidak suka diusik. Siapapun yang mengusik ketenangannya pasti akan mendapatkan hukuman yang setimpal.

"Ralat, belum milikku, tapi masih menjadi calon milikku." ucap Stella mengoreksi perkataan Raya. Ia sungguh emosi kita mendapat kabar bahwa gebetannya di dekati oleh teman sekelasnya di Lab Biologi saat Praktikum. Ia tahu berita itu benar, tapi ia tidak tahu lebih jelasnya bagaimana. Yang jelas ia ingin memberikan pelajaran pada kakak kelasnya itu. Kakak kelasnya itu tidak pantas hidup tenang setelah mengusik ketenangannya. Bastian Angkasa adalah calon miliknya. Jika ia tak bisa memiliki Bastian, maka tak ada seorang pun juga yang bisa memilikinya. Bastian hanya tercipta untuknya.

Begitulah ambisiusnya seorang Stella Devani Clarissa. Apapun yang ia inginkan harus terwujud, apapun yang ia punya akan ia pertahankan sampai titik darah penghabisan.

"Walaupun begitu, kami menganggap Bastian adalah milikmu Tuan Putri Stella. Kami bertiga akan membantumu dalam proses pembullyan ini. Hingga sang korban jera dan menjauhi Bastian untukmu." ucap Naura meyakinkan Stella akan keputusan mereka bertiga, ah tidak mereka berdua, hanya dirinya dan Raya. Namun Lisa sama sekali tidak berkomentar. Apakah Lisa tidak mau membantu Stella?

"Bagaimana dengan Lisa? Kenapa kamu hanya diam saja Lisa?" tanya Raya menatap Lisa meminta penjelasan. Apakah Lisa akan mulai tidak setia kawan dengan The Angel Wings? Lisa akan menjadi korban selanjutnya jika sampai Lisa tidak mau membantu Stella. Maka ia sendiri yang akan membully Lisa. Ia paling benci dengan teman yang tidak setia kawan.

"Hah? Aku? I--Iya… Tentu saja aku ikut membantu membully sang kakak kelas itu." Sahut Lisa gugup. Sebenarnya bukan Stella yang ia takutkan, karena Stella masih jauh lebih baik dibanding Raya dan Naura, Stella masih punya rasa kemanusiaan. Stella masih punya hati nurani, sedangkan Raya dan Naura tidak. Ia takut ditatap seperti itu oleh Raya. Raya begitu menyeramkan jika sedang murka.

"Bagus Lisa. Itulah jawaban yang ingin kami dengar." ucap Naura tersenyum sinis dan mengacungkan jempolnya kearah Lisa. Lisa yang diperlakukan seperti itu hanya bisa tersenyum dengan raut wajah masamnya.

"Terima kasih Lisa, sudah bersedia membantuku. Untuk kalian berdua, jangan terlalu kasar dengannya. Ingat dia kakak kelas kita, tidak menutup kemungkinan kita masuk ruang Bimbingan Konseling jika terlalu kasar padanya, dan aku tidak ingin diceramahi. Aku tidak ingin berjam-jam diberikan ceramah oleh guru Bimbingan Konseling itu. Paham?" tanya Stella mengingatkan anggota The Angel Wings.

Raya dan Naura hanya bisa terbengong-bengong mendengar penuturan Stella yang untuk pertama kalinya dalam sejarah mengingatkan hal itu. Padahal biasanya seorang Stella tak akan masalah jika dirinya masuk ruang Bimbingan Konseling. Toh juga Stella tetap menyandang juara 1 umun di jurusan Bahasa sebagaimanapun seringnya seorang Stella masuk ruangan Bimbingan Konseling.

Sedangkan Lisa tersenyum sumringah mendengar apa yang keluar dari mulut  Stella, sepertinya ketua geng The Angel Wings sudah mulai berubah menjadi lebih baik. Ia sangat senang jika satu persatu temannya menjadi baik seperti malaikat bersayap, sesuai dengan nama geng mereka 'The Angel Wings' yang berarti malaikat bersayap.

"Kenapa kamu tersenyum Lisa?" tanya Raya menangkap sekilas Lisa yang menampilkan senyum manisnya.

"AH? Aku? Tersenyum? Tidak! Aku sama sekali tidak tersenyum Raya. Mungkin kamu salah lihat."  ucap Lisa gugup setengah mati. Ia merutuki kebodohannya yang dengan refleks malah tersenyum tadi. Harusnya ia bisa menahan senyumnya, dan mengontrol rasa senangnya itu. Ini memang salahnya.

"Awas ya jika berani-beraninya kamu berkhianat pada kami. Aku yang tidak akan segan-segan menghukummu." ucap Raya memberikan peringatan pada Lisa untuk pertama kalinya. Raya paling tidak suka dengan Lisa karena Lisa yang memiliki hati paling baik namun ia tak paham kenapa Stella sangat peduli pada Lisa dan menyayangi Lisa. Stella selalu pilih kasih dengan Lisa dan dirinya maupun Naura. Ketika ia atau Naura yang bersalah pasti langsung ditegur oleh Stella bahkan didiamkan, tapi jika Lisa? Lisa tidak diapa-apakan jika bersalah.

"Sudah-sudah jangan bertengkar. Kita fokus sama mangsa kita ini saja, seorang kakak kelas ini." ucap Naura menengahi. Ia tahu akan terjadi perang dingin antara Raya dan Lisa jika ini diteruskan. Karena ia sendiri mengenal kepribadian Raya yang sangat membenci Lisa dari sejak awal. Karena Lisa selalu berbeda pendapat dengannya, Lisa terlalu baik hatinya untuk masuk di geng The Angel Wings.

"Kenapa kalian berdua selalu meributkan sesuatu yang tidak penting?" tanya Stella dengan nada tajamnya menatap Raya, bukan Lisa. Ia memang lebih respect pada Lisa dibandingkan Raya. Karena entah kenapa dengan kehadiran Lisa di geng The Angel Wings bisa merubah sedikit sifat kejamnya menjadi sedikit lebih baik. Ia sadar dirinya sudah terlalu jahat karena selalu membully siswa maupun siswi yang tak berdaya. Tapi mau bagaimana lagi? Inilah sifat aslinya, sifat seorang Stella Devani Clarissa.

Sifatnya ini muncul karena orang tuanya yang selalu menuntutnya menjadi sempurna, orang tuanya terlalu ketat padanya. Membuatnya haus akan kasih sayang. Itu yang membuat ia menjadi memiliki sifat yang ambisius dan tak berperikemanusiaan. Sifat haus kasih sayang itu lama-lama menjadi rasa benci dihatinya, benci terhadap orang tuanya sendiri. Karena orang tuanya selalu membandingkannya dengan Shena dan selalu pilih kasih dalam hal rasa sayang antara dirinya dan Shena.

Namun entah kenapa ia tak pernah bisa membenci Shena. Ia sangat menyayangi gadis mungil itu, ia sangat menyayanginya. Mungkin karena Shena adalah satu-satunya adik yang ia punya, lebih tepatnya satu-satunya saudara yang ia miliki.

"Maafkan aku Tuan Putri Stella. Aku hanya tidak suka dengan sikap Lisa yang selalu memiliki hati sebaik malaikat. Aku benci dengan orang baik." sahut Raya berusaha meminta maaf pada Stella agar Stella tidak menghukum dan mendiamkannya.

"Jika aku orang baik itu apa kamu juga akan membenciku?" tanya Stella yang membuat keenam pasang mata itu terkejut bukan main.

avataravatar
Next chapter