webnovel

Stela and Eric bagian 24

Karena tadi dia berdiri di luar kelas Stela tidak tau sekarang mengerjakan halaman berapa dan bagian mana.

Akhirnya Stela bertanya ke Azka dengan nada yang masih cuek dan dingin juga.

"Yang mana?" Tanya Stela menatap Azka.

Azka hanya menunjukkan bukunya yang dia pegang.

"Makasih" jawab Stela.

Azka lagi-lagi hanya diam dan mengangguk tipis sekali.

Dengan cepat Stela mengerjakan tugas yang di berikan Eric karena dia juga suka Fisika jadi soal segini menurut dia hanya butuh waktu 5 menit saja me ngerjakannya.

Saat selesai Stela kedepan untuk mengantarkan tugasnya, Eric menatap Stela seperti tidak yakin.

"Ini pak saya sudah siap" ujar Stela.

Eric mengambil buku Stela dan memeriksanya, ternyata semua jawaban Stela benar Eric sampai terkejut melihatnya.

Selesai memberikan nilai Eric mengembalikan bukunya Stela kepada dia, "ini" ujarnya.

Stela menerima buku itu lalu segera kembali ke tempat duduknya dengan wajah yang menantang sambil menatap Eric.

Dia ingin membuktikan sama Eric bahwa dia tidak seperti yang dia bayangkan, dia juga punya keahlian di bidang tertentu.

"Wiii kayaknya ada yang mau balas dendam nih" ujar Zahra melirik Stela yang duduk di tempat duduknya dengan santai.

Lily mengangguk, "iya tuh yang habis kena hukum langsung nunjukin skillnya" sambung Lily.

"Udah kalian diam aja, kerjain tuh nanti kena marah baru tau" ujar Stela menatap Zahra dan Lily.

Saat bunyi lonceng para murid pun langsung senang karena terbebas dari guru killer yang satu ini.

Stela masih menatap Eric dengan tatapan yang seperti tidak senang.

"Guys kalian duluan aja ke kantin, aku mau keruangan bang Gibran sebentar" ujar Stela.

Zahra dan Lily pun mengangguk, mereka pun berpisah di tengah jalan.

Stela dengan celat pergi keruangan Gibran karena dia mau ngadu soal guru killer yang satu ini siapa lagi kalau bukan Eric.

Saat dia mau mengetuk pintu ruangan Gibran dia ingat satu hal.

"Dia orang yang sama" gumam Stela mengingat pernah Gibran datang ke rumahnya bersama dengan teman-temannya.

"Fix sih dia orang yang sama, yang waktu itu pernah datang kerumah gua" ujar Stela.

Karena dia sudah penasaran dengan Eric dia langsung membuka pintu ruangan Gibran tanpa mengetuknya dahulu lagian memang sudah biasa seperti itu.

"Bang" ujar Stela.

Gibran yang tadi fokus pada laptopnya langsung menatap kearah Stela.

"Ada apa hm?" tanya Gibran.

Stela duduk di depan Gibran, "sumpah ya abang kok bisa sih terima dia jadi guru kesel banget tau gak sih sama dia, udah cuek, dingin terus tatapannya tajem bener udah kayak burung elang terlebih lagi tuh tatapannya kayak gak suka sama Stela" ucap Stela mengucapkan kekesalannya terhadap Eric.

Gibran paham siapa yang di bahas oleh adiknya ini, Gibran hanya bisa tersenyum tipis sambil mendengarkan ocehan adiknya ini.

"Udah selesai marah-marahnya?" Tanya Gibran saat Stela terdiam.

Stela menghela napas dengan kasar lalu dia mengangguk, "udah" jawabnya.

"Dia temen abang dan kamu harus tau walaupun dia kayak begitu dia itu paling pintar di antara pertemanan abang dan ya dia abang terima karena memang dia pintar. Dia lulusan universitas terkenal disini, dia juga gak asal abang terima Stela kamu harus paham itu" jawab Gibran menjelaskan.

"Tapi bang Stela kesel tau sama dia kelakuannya bikin Stela gedek liatnya" ucap Stela.

Gibran tertawa melihat wajah Stela yang kesal, "namanya juga sekolah, kamu kayak gak pernah aja di hukum Stel pasti pernah kan, udah lah dia juga lakuin itu demi kebaikan kamu bukan karena semata-mata doang" jawabnya.

Stela menghela napas dengan kasar lagi, memang yang Gibran bilang pak Eric melakukan ini bukan karena dia bercanda atau dia benci sama Stela tapi memang Stela yang salah disini.

"Yaudah lah Stela bakalan minta maaf sama pak Eric, soalnya Stela tadi natap dia kayak gak senang gitu takutnya pak Eric tersinggung" jawab Stela mengakui kesalahannya.

"Nah gitu dong adek abang, ruangannya ada di dekat perpustakaan belok kanan sebelah ruang BK nanti kamu kesana ya minta maaf karena guru itu kalau kamu benci pelajarannya gak bakalan masuk ke otak kamu" ucap bang Gibran mengelus kepala Stela.

Dengan nurut Stela mengangguk, lalu pamit kepada Gibran.

Stela mendekati ruangan Pak Eric dengan cemas bercampur dengan takut, entah mengapa auranya sangat beda disekitar sini.

Langkah demi langkah Stela sampai di depan pintu ruangan Eric, dengan tangannya yang dingin Stela mengetuk pintu ruangan Eric dengan sopan.

"Masuk" jawab Pak Eric dari dalam ruangan.

Sebelum membuka pintu ruangan Pak Eric Stela menarik napas dengan panjang lalu menghembuskannya mengurangi rasa deg-degannya.

Stela membuka pintu ruangan Eric lalu masuk ke dalam ruangannya.

"Ada apa?" Tanya Pak Eric.

Stela menunduk merasa bersalah, "saya mau minta maaf Pak, atas kesalahan saya tadi saya mengakui kalau saya itu salah" jawabnya.

Eric masih menatap Stela yang berdiri di depannya.

"Sekali lagi saya minta maaf Pak, dari awal saya sudah cari masalah sama bapak dari mulai awal pertemuan kita Pak, saya tidak sengaja menabrak Bapak. Saya minta maaf Pak" ucap Stela yang masih menundukkan kepalanya.

"Dari awal saya sudah bilang tidak apa-apa, kamu boleh keluar sekarang" jawab Eric singkat padat dan jelas.

Stela yang mendengar itu pun kesal kembali tapi dia harus sabar. Stela pun mengangguk dan mau pergi keluar tapi Eric menahannya.

"Sekali lagi kalau mau ngobrol angkat wajahnya jangan nunduk terus saya di depan kamu bukan di bawah kamu" ucap Eric.

Stela mengangkat kepalanya, "iya Pak, terimakasih banyak ya pak" ujar Stela.

Eric hanya mengangguk, Stela langsung keluar dari ruangan Eric.

Setelah meminta maaf Stela merasa sedikit lega di dalam dirinya, "huffftt...lunas utang gua minta maaf sama Pak Eric" gumam Stela.

Dia pun pergi menyusul kedua temannya yang sudah berada di kantin. Sampai disana Stela mencari teman-temannya karena kantin yang padat jadi Stela harus menajamkan penglihatannya.

Saat melihat Zahra dan Lily Stela berlari kearah mereka dan langsung nimbrung tanpa salam.

"Eh anak lo lahir 10" latah Lily saat di kejutkan dengan keberadaan Stela yang tiba-tiba.

Zahra yang mendengar itu tertawa terbahak-bahak begitu pun dengan Stela.

"Tuh kan lo sih ish" ucap Lily menatap Stela dengan kesal.

Stela hanya tertawa menatap wajah sahabatnya yang satu ini.

"Eh dari mana lo? Kok lama?" Tanya Zahra.

"Minta maaf sama Pak Eric" jawab Stela mencomot makanan Zahra, sudah menjadi kebiasaan Stela mencomot makanan Zahra atau gak Lily walaupun nanti sudah ada makanannya tetap aja comot makanan orang.

Next chapter