webnovel

2. Oppa, aku hanya ingin pengakuan!

Setelah berhasil menjadi salah satu karyawan di kantor cabang milik perusahaan Taehyung, Kyra jadi lebih sibuk dari biasanya. Ia hanya menyiapkan sarapan seadanya, walau pun Taehyung terkadang masih protes melalui pesan singkat tentang sarapan yang tidak cocok dengan seleranya. Lelaki itu cukup profesional dalam urusan bekerja, jadi dari pada harus menahan Kyra untuk memasak menu sarapan yang ia inginkan, ia justru memilih agar Kyra tetap bekerja dan memberikan hasil yang maksimal untuk perusahaan.

Diam-diam, Taehyung sering memantau bagaimana cara kerja Kyra melalui bawahannya yang ada di kantor cabang bersama Kyra. Sengaja memang, ia tidak menempatkan wanita itu di kantor yang sama dengannya, karena tidak ingin bertemu lebih lama.

"Hari ini, aku akan pulang lebih awal. Tolong kumpulkan berkas yang harus ku tanda tanganni." Ucap Taehyung, pada sekretarisnya.

Ia kemudian menelfon seseorang, "Satu jam lagi, kau bersiap-siap. Kita pulang!"

***

Jika boleh memilih, Kyra lebih suka bekerja dari pada berada di rumah yang terasa seperti penjara. Ia sedang berada satu mobil dengan Taehyung, entah kenapa lelaki itu memintanya untuk pulang cepat hari ini.

Kyra baru menyadari satu hal, saat ia melihat jalanan yang dia lalui. Ini bukan arah menuju rumah, melainkan menuju minimarket. Untuk apa? Apakah Taehyung mengajaknya berbelanja kebutuhan memasak? Padahal, setiap belanja bulanan, Taehyung tidak pernah menemaninya. Kyra selalu pergi sendirian, kemana pun. Bahkan tidak jarang, saat dia berkumpul dengan teman-temannya, mereka menanyakan bagaimana keadaan pernikahan Kyra. Yang membuat ia bingung, harus mengatakan bagaimana.

"Malam nanti, teman kampusku dari Amerika akan datang. Beli saja bahan makanan yang banyak, kau harus memasak banyak untuk teman-temanku." Ucap Taehyung, dingin dan menusuk. Ia sama sekali tidak menoleh pada Kyra saat berbicara.

Kyra menghela nafas, rupanya ada yang diinginkan dari sifat Taehyung yang mendadak mengajaknya pulang lebih sopan. "Mungkin kau butuh beberapa botol soju?" Tanya Kyra.

"Belikan saja."

Taehyung benar-benar membiarkan Kyra belanja sendirian. Ia justru menyalakan musik saat Kyra sudah keluar dari mobil. Menyebalkan, namun Kyra bisa apa untuk menolak? Rasanya menjadi istri Taehyung hanya embel-embel supaya lelaki itu masih bisa berhubungan baik dengan Ibunya.

***

Kau tahu? Apa yang lebih menyakitkan untuk Kyra dari pada perlakuan kasar Taehyung padanya? Malam ini, adalah malam yang lebih menyakitkan. Dari tadi siang, Taehyung tidak berhenti untuk menyuruhnya ini itu, menyiapkan segalanya untuk pesta dan menyuruh Kyra melayani beberapa teman kampusnya.

Kyra membawa nampan berisikan beberapa minuman, untuk di berikan pada tamu yang baru datang. Saat Jihyun tiba-tiba memanggilnya dari kejauhan, wanita itu sangat beruntung, terlihat mewah dan elegan dari caranya berdandan. Sedangkan Kyra? Balutan pakaian kerjanya tadi siang, tidak sempat ia ganti. Lalu celemek yang mengalung di lehernya, membuatnya terlihat seperti seorang pembantu, alih-alih istri Taehyung.

"Won-ahh, perkenalkan. Ini Kyra!" Ucap Jihyun saat Kyra sudah berdiri di sebelahnya.

Terlihat sekali, teman Jihyun sangat terkejut saat melihat penampilan Kyra. "Why? Mengapa kau memang pelayan kemari, dan memperkenalkannya padaku?"

Jihyun tertawa, terdengar seperti meremehkan dalam telinga Kyra. "Dia adalah--"

Belum juga Jihyun menyelesaikan ucapannya, Taehyung datang dan merangkul bahu telanjang wanita itu. Sebuah ciuman mendarat di pipi Jihyun, dan Kyra langsung memalingkan wajahnya saat melihat adegan itu.

Bagaimana pun juga, ia adalah istri Taehyung. Ada sedikit rasa sakit dan sesak pada perasaannya saat melihat seseorang yang seharusnya melakukan itu padanya, justru melakukannya bersama wanita lain.

"Chagiya, kau sedang apa?" Tanya Taehyung, matanya melirik keberadaan Kyra yang masih berada di sana.

"Ini, Jihyun menyuruh pelayan kemari dan memperkenalkan ku padanya. Gila!"

Kyra semakin merasa begitu kecil. Apalagi sekarang Taehyung menatapnya dengan tatapan tajam, saat Kyra ingin pergi, suara Taehyung membuatnya urung.

"Kyra, pembantu setiaku. Kau boleh menyuruhnya apa pun yang kau mau."

Hati Kyra seperti hancur berkeping-keping.

***

Malam semakin larut, teman-teman Taehyung dan juga mungkin Taehyung sendiri sudah kehilangan setengah dari kesadaran mereka, karena terlalu banyak meminum soju. Suasana di rumah itu menjadi tak terkendali.

Apalagi, salah satu teman Taehyung sejak tadi mengikuti Kyra dengan tatapan yang sulit diartikan. Tidak berbohong, Kyra takut terjadi sesuatu padanya. Namun beruntung, itu hanya sebentar, karena orang itu segera pulang.

Kyra mengusap air matanya yang tiba-tiba menetes, di salah satu sudut ruangan. Ia dapat melihat bagaimana Taehyung sedang bercumbu dengan Jihyun. Tidak bisa dipungkiri, bahwa ia merasakan sesuatu yang nyeri pada perasaannya, Kyra begitu iri.

"Seharusnya, aku tidak melihat ini." Ucap Kyra lirih.

Ponsel yang ada di dalam sakunya bergetar, panggilan masuk dari seseorang yang sama sekali tidak ia harapkan saat posisi sedang seperti ini.

"Oppa?" Panggil Kyra.

"Kyra-ya? Kenapa ramai sekali, kamu sedang di mana malam-malam seperti ini?"

Kyra meneguk ludahnya, "Ah Oppa, aku sedang menemani suamiku di pesta temannya."

"Benarkah? Selarut ini, kalian belum pulang?"

"Iya Oppa."

"Di mana suamimu? Aku ingin bicara dengannya sebentar?"

Kyra menutup matanya, sekilas. "Dia sedang bersama teman-temannya Oppa. Aku tidak berani memanggilnya, maaf."

Terdengar helaan dari seberang sana. "Kyra-ya? Kau bahagia sekarang?"

Kyra tidak menjawab, ia menggigit bibir dalamnya agar suara isakan tidak keluar dari bibir mungil itu. "Aku bahagia Oppa."

"Kau sudah menemukan seseorang yang bisa menjagamu dan menyayangimu selain Oppa. Oppa ikut bahagia Kyra, semoga kamu segera diberi anak agar menambah kebahagiaanmu."

Setetes air mata jatuh, namun dengan cepat Kyra mengusapnya. "Terima kasih Oppa, sepertinya aku harus pulang sekarang."

"Nikmati malammu bersama Taehyung, suatu saat aku akan datang ke rumah kalian untuk menjenguk adikku yang manis."

Sambungan terputus. Dengan Kyra yang sudah tidak bisa lagi membendung air matanya. Sekuat apa pun ia bertahan untuk tidak menangis, ucapan Kakak laki-lakinya selalu membuatnya gampang sekali meneteskan air mata.

"Oppa, diakui sebagai istrinya di depan umum saja, tidak pernah. Bagaimana aku bisa ikut ke pesta bersamanya?" Lirih Kyra.

"Maafkan aku, tidak bisa mengatakan semuanya padamu. Karena ini keputusanku untuk menerima pernikahan itu, sejak awal."

***

Semua teman-teman Taehyung sudah pulang begitu juga Jihyun. Sekarang lelaki itu sudah tidak berdaya, tidur di sofa ruang tamu dengan kemeja berantakan dan bau alkohol. Rumah ini sudah mirip seperti kapal pecah, dan Kyra berhasil membersihkannya kurang lebih satu jam.

Sekuat tenaga, Kyra membopong tubuh Taehyung ke dalam kamar lelaki itu. Sejenak, ia menatap bagaimana wajah tampan suaminya itu tampak tenang dalam tidur. Tidak menakutkan, seperti saat ia bangun dan memarahi Kyra. Entah keberanian dari mana, Kyra mengusap rahang Taehyung, ini kali pertama ia berani berada sedekat ini dengan lelaki itu.

Pergerakan Kyra terhenti, saat tiba-tiba Taehyung mencekal pergelangan tangannya dan bergumam pelan. Awalnya Kyra senang, tetapi akhirnya ia juga harus kecewa kepada ekpetasi yang ia buat terlalu tinggi.

"Tanganmu lembut sekali Chagiya, jangan pergi!"

"Temani aku di sini, Jihyun-Aa."

Sekali pun Kyra berharap lebih, nyatanya Taehyung hanya mengingat satu nama. Jihyun.

~~~To be Continue~~~

Next chapter