13 Jendela Buram

"Kau bisa membangkitkan kekuatan tongkat buatan bangsa Zalf?" Kapten Erdo masih belum percaya dengan apa yang dia dengar dari Ramna.

Sementara itu Darma masih diam. Kapten Erdo lalu berbalik menatap Ramna. Dia sedikit menyipitkan matanya mencoba melihat Darma lebih dekat untuk merasakan auranya. Kapten Erdo lalu sedikit melotot dan tubuhnya kembali tegak.

"Tapi dia berasal dari Bumi." ucap Ramna.

"Tak peduli dari mana dia berasal. Jika memiliki darah Zalf, dia bisa membangkitkan kekuatan tongkat itu."

"Saya baru tahu soal itu, Kapten," kata Ramna.

"Tak perlu dipikirkan. Bangsa Zalf sejak dulu sering berpetualang ke penjuru galaksi."

"Tapi bukankah pernikahan berbeda spesies sangat berisiko?" tanya Ramna.

"Hukum alam tersebut memang berlaku hampir untuk semua makhluk. Tetapi, sedikit pengecualian kadang berlaku. Mungkin karena bangsa Zalf dan bangsa Bumi anatomi tubuh makhluk dari kedua planet tersebut sangat mirip. Jadi ketika mereka berkembang biak, tidak akan ada masalah."

"Apa sebenarnya tongkat itu?" tanya Darma yang memotong pembicaraan Ramna dan Kapten Erdo.

"Itu adalah tongkat buatan bangsa Zalf dari planet Manda," jawab Kapten Erdo sambil tersenyum ke arah Darma.

"Aku tahu. Maksudnya, ada hal spesial apa dari tongkat itu?"

"Tidak ada yang spesial jika yang menggunakannya bukan berasal dari bangsa Zalf. Kalau yang pegang bangsa Zalf, dia bisa manfaatkan kekuatan dari tongkat itu."

"Aku juga melihat seorang wanita cantik ketika memegang tongkat itu. Seperti masuk ke dunia lain. Tapi dia malah mendorongku lalu aku kembali sadar."

"Aku harus membawamu menghadap pendiri Aliansi Kebebasan. Dia adalah bangsa Zalf asli. Mungkin dia bisa memberi tahu sesuatu mengenai dirimu."

"Menghadap Ratu Ermana?" tanya Yora.

Kapten Erdo mengangguk. Kemudian dia ingin berbicara berdua dengan Darma. Ramna dan Yora keluar.

"Jadi?" Tanya Kapten Erdo setelah hanya ada dia dan Darma di ruangan ini.

"Jadi apa?" Darma kebingungan.

"Kau berasal dari Bumi?"

"Iya."

"Kau punya keluarga?"

"Hanya seorang ibu. Ayahku meninggal karena kecelakaan ketika bekerja."

Kapten Erdo mengangguk.

"Kapten, Aku ingin bertanya sesuatu."

"Silakan."

"Kenapa Yora begitu benci ketika pertama kali melihatku. Apa karena aku menggagalkan misinya di Efora?"

Kapten Erdo lalu menengok ke kiri dan ke kanan. Dia lalu mendekatkan wajahnya sambil meletakkan kedua tangannya di mulutnya membentuk lingkaran.

"Aku akan memberi tahumu," katanya dengan berbisik.

"Aku akan dengarkan."

"Yora, berasal dari planet Barath. Kenapa dia benci kepadamu? Karena, ketika dia kecil, planetnya dijajah oleh Aliansi Merah. Awalnya pembagian keuntungan sumber daya adil. Tapi Presiden Barath meminta pembagian lebih. Dan tidak disetujui oleh Kapten Divisi Satu Aliansi Merah. Maka terjadilah konflik dan akhirnya perang pun meletus. Keluarganya dibunuh oleh pasukan Divisi Satu Aliansi Merah.

"Dan yang membunuh orang tuanya ialah anggota Divisi Satu yang berasal dari bumi. Planetnya kini hancur. Semua penghuni kabur ke berbagai planet. Yora sendirian ada di dalam sebuah kapsul dan terdeteksi oleh salah satu pesawat Aliansi Kebebasan ketika sedang melintas. Dia lalu dievakuasi. Hingga sekarang dia mengabdi untuk aliansi ini."

Darma kini mengerti alasan kenapa dia begitu membenci dirinya.

"Kalau begitu aku ingin minta maaf."

Ketika hendak pergi, tangan Darma dipegang oleh tangan Kapten Erdo.

"Kau tak perlu meminta maaf terhadap apa yang tidak pernah kau lakukan."

Darma diam.

"Itu sebabnya divisi dua puluh tidak ada satu pun anggotanya yang berasal dari Bumi. Aku hargai perasaan Yora. Tapi sepertinya dia sendiri yang melanggar karena membawa orang dari Bumi ke sini."

"Divisi dua puluh? Berarti Aliansi Kebebasan mempunyai dua puluh divisi?"

"Tidak," Kapten Erdo menggelengkan kepala.

"Kenapa?"

"Totalnya hanya ada sepuluh divisi. Kenapa kita namakan dua puluh, karena memang kita dibentuk di urutan dua puluh. Juga, kita menghargai divisi-divisi yang sudah gugur. Posisi mereka tidak akan tergantikan."

"Jadi, divisi berapa saja yang ada di aliansi ini?"

"Satu sampai lima, tujuh, sebelas, dua belas, delapan belas, dan dua puluh."

"Yang gugur mereka mati semua?"

"Divisi akan gugur jika kapten yang mati. Anak buah masih bisa bergabung ke divisi lain."

"Kenapa mereka bisa gugur?"

"Banyak faktor. Bisa karena mereka sedang berperang dengan salah satu lima aliansi terbesar, atau bisa juga ada yang menyusup di divisi mereka jadi informasi bocor dan mereka diserang. Seperti yang terjadi kepada Divisi Tujuh Belas."

"Kenapa dengan mereka?"

"Ada penyusup dari Aliansi Biru. Mereka semua diserang di markas. Kaptennya yang bernama Darmuth ditangkap lalu diinterogasi supaya membocorkan informasi penting. Tapi tentunya dia tidak akan mudah membocorkan informasi ini. Hingga dia dihukum dengan cara dibuang di planet Hawani."

Darma kembali teringat soal omongan Skrul ketika dia transit di Sabarki. Rupanya perkataan Skrul benar adanya.

"Lalu lima aliansi terkuat mempunyai berapa divisi?"

"Semuanya hanya ada sepuluh. Baik dari Aliansi Kebebasan ataupun dari kelima aliansi terkuat. Setiap divisi dipimpin oleh kapten. Divisi satu sampai lima adalah divisi terkuat. Para kaptennya pun orang-orang kuat. Kekuatan bertarung mereka di atas rata-rata. Dan, oh iya, juga seorang panglima yang memimpin ke sepuluh divisi. Panglima adalah yang pandai dalam taktik berperang. Panglima di bawah pengawasan para pemimpin planet yang tergabung dalam aliansi."

"Aliansi Kebebasan juga punya panglima?"

"Tentu. Dia di bawah komando Ratu Ermana."

"Apa aku harus bertemu Ratu Ermana?"

Kapten Erdo mengangguk.

"Sangat harus diperlukan?"

"Tentu. Kau harus bertemu dengannya."

'Tapi aku tidak bisa."

"Kenapa?"

"Aku di Efora sedang bekerja bekerja. Aku harus memberi uang kepada ibuku."

Kapten Erdo tertawa.

"Tak perlu khawatir. Aku akan kirim anggotaku untuk ke Efora ke tempatmu bekerja. Mereka akan menjelaskan. Soal uang, kau sebut saja berapa. Kau bisa mengirim uang untuk ibumu kapan pun kau mau."

"Baiklah. Tolong kau suruh anggotamu pergi ke kantor bagian kebersihan di Stasiun Luar Angkasa Efora. Temui orang bernama Rama. Dia juga berasal dari Bumi. Bilang kalau aku baik-baik saja. Bila perlu bawa foto atau rekaman suaraku agar dia percaya. Nah, bilang juga pada Rama kalau dia memberikan laporan karyawan kepada Sumandi, namaku harus tercatat di laporan tersebut. Ini agar Sumandi tidak melaporkan kepada ibuku bahwa aku hilang."

"Semuanya akan beres. Sekarang, istirahatlah. Wardan akan menunjukkan kamarmu. Nanti akan aku ajak kau berkeliling menara."

Darma keluar. Lalu dia diantar oleh Wardan menuju kamar istirahatnya. Dilihat dari isinya, tak jauh berbeda dengan Efora. Hanya saja dia tidak akan bisa lagi melihat keindahan tanaman Efora. Di planet yang ditinggalkan ini, yang terlihat hanya jendela kaca buram sebab jarak pandang sangat dekat. Wajahnya sedikit muram karena dia jauh sekali dengan bumi dan ibunya.

Bersambung...

avataravatar
Next chapter