6 [THE TRUTH AND THE PROMISE]

Dito menarik Alea menuju parkiran mobil dan dengan santainya Alea mengikuti kemana Dito membawanya.

Apa gadis ini gila? Bagaimana dia bisa ada disini?

"lo gila?! ngapain lo disini?!" Dito terlihat panik karena keberadaan Alea yang tiba-tiba berada disekitarnya.

Dan dimana bodyguard yang selalu menjaganya? Bagaimana bisa ia lolos dari penjagaan rumahnya? Dan apa yang ia lakukan disini?!.

Pertanyaan-pertanyaan dikepalanya terus berputar dan membuat dirinya bingung sendiri harus memulai dari mana.

"emangnya salah kalo gue disini? Dan gue nggak gila, tapi lo yang sinting!"

Ucapan Alea membuatnya kaget, ini tidak seperti nada Alea dan perkataan kasar ini juga sangat bukan Alea.

Jangan-jangan ini....

"nggak usah sok kaget, gue yakin lo udah tau siapa gue, and stop make that ugly face."

Dan benar saja, dia Olivia.

'pastikan kamu memanggil kepribadian nona Alea dengan namanya, yaitu , Olivia. dia akan mengamuk kalo ada yang manggil dan menganggap dia sebagai Alea'

itu yang dikatakan pak Wahyu mengenai Olivia waktu itu, bahwa ia harus memanggilnya Olivia.

Ini adalah pertama kalinya Dito berbicara pada Olivia.

Apa yang dibicarakan pak Wahyu 100% benar, Olivia benar-benar nekat dan keras kepala.

Dito juga tak habis fikir dengan gadis ini.

BAGAIMANA DIA BISA TAU IA DISINI DAN KENAPA IA DATANG KETEMPAT DENGAN BELASAN 'BUAYA RAWA' YANG SIAP MENERKAMNYA?!!

Dito ingin sekali meneriaki gadis ini, apa ini pengaruh lamanya ia dikurung didalam rumahnya? Maka dari itu ia tidak tau bahwa 'Bahaya' ada dimana-mana.

Apalagi dengan dengan paras yang tidak biasa, siapa yang tidak tertarik melihat 'mangsa' yang sedang lengah.

***

Saat Dito sedang begelut dengan pikirannya sendiri, Olivia tiba-tiba saja melayangkan sebuah jitakan maut andalannya yang hanya ia gunakan saat Kenan berulah.

"AWW!!, lo gila ya?! sakit nyet" Dito memekik keras seraya memegang

i dahinya yang terkena jitakan maut itu , sampai-sampai membuat Olivia terkejut.

Melihat Dito yang kesakitan membuat Olivia tertawa, memang sangat menyenangkan menjahili seseorang seperti ini.

Namun beberapa saat kemudian tak terdengar lagi suara tawa Olivia, yang membuat Dito menoleh ke Olivia dan betapa terkejutnya Dito saat melihat Olivia terdiam dengan mata melotot melihat kearahnya dengan tanya bergetar.

'wah, jangan-jangan dia mau kesurupan lagi?, apa gue tinggal lari aja kali yak? Ni cewek aneh banget dah'

"gue barusan kaget? ...." Olivia bertanya pada Dito, dengan ekspresi yang sama.

Yang membuat Dito makin bingung, apakah Olivia yang semakin aneh atau dirinya saja yang tidak mengetahui sesuatu sekarang.

"lha napa nanya gue, kan lo yang...." baru saja Dito ingin mengatakan sesuatu, tapi Olivia tiba-tiba saja memekik dan membuat Dito terkejut.

'fix ni cewe gila' Dito mulai merasa tidak enak.

"WHAT?! gue kaget?! WAH GUE AKHIRNYA BISA KAGET!" Olivia berteriak seakan-akan mendapatkan jackpot.

Dito yang semakin merasa ini diluar kemampuannya untuk menangani keanehan dari Olivia dan memutuskan untuk menelfon dokter Geo.

Tapi Olivia segera merampas hp Dito dan membuangnya, yap membuang hp Dito ke jalan aspal.

Dito yang melihat hpnya tergeletak dijalan terbawa emosi yang membuatnya menarik lengan Olivia dan mencengkramnya dengan kuat.

"ini udah diluar batas kesabaran gue, mau lo apa sih anjing?!" Tegas Dito menatap tajam Olivia yang tengah tersenyum.

"ck ck ck, akhirnya keluar juga. Lumayan,hmm? yey I did it..." ujar Olivia dengan nada bicaranya yang bercanda tapi membuat Dito semakin menguatkan cengkramannya

"what the hell are you talking about, huh?!" Dito sudah tidak ingin bermain-main lagi dengan perempuan satu ini.

"easy buddy, kita itu saling membutuhkan,dan lo butuh baaanyak informasi dari gue..... So, gimana kemajuan dari penyelidikan kecil lo? Susah ya dapet informasi tentang kasus penculikan itu, hmm? Poor you?..." ujar Olivia seraya menepuk pipi Dito.

Dito terkejut mendengar ucapan Olivia barusan, sebenarnya apa yang diinginkan gadis ini? Bagaimana ia bisa tau kalau ia sedang menyelidiki kasus penculikan itu? Dan apa yang ia maksud bahwa mereka saling membutuhkan.

"dari mana lo tau?dan apa tujuan lo ngomong gitu ke gue?!" Dito kembali bertanya kepada Olivia, seraya melepaskan cengkramannya.

"gua mau bikin sebuah kesepakatan sama lo...Kenapa? Karena lo pengen nyelidikin kasus itu, me too. Let me guess. separuh ingatan lo ilang? Am I right?..."

Dito kembali terkejut, siapakah gadis ini sebenarnya? darimana ia tau semua tentang dirinya bahkan rahasia yang hanya dirinya dan orang tuanya yang tau bahwa ia kehilangan separuh ingatannya.

"dan lo ketemu orang yang tepat, yaitu gue. Lo juga salah satu korbannya kan? Alea juga. perbedaannnya, lo lupa sedangkan Alea inget segalanya. Lo mungkin butuh gue....."

"....karena gue satu-satunya korban selamat yang nggak hilang ingatan, dan juga satu-satunya korban yang nggak berakhir gila setelah selamat dari tragedi itu..." lanjut Olivia, kali ini serius dengan ucapannya

Dito termenung sesaat kemudian mengangguk.

"temenin gue kesuatu tempat, mungkin lo bakal inget tempat ini..." Olivia meminta Dito untuk mengantarkannya kesuatu tempat yang sudah lama ingin ia datang.

Dito hanya diam seraya membuka mobilnya dan mengantar Olivia ke temapat yang ingin dituju.

Hening, sama sekali tidak ada suara di dalam mobil.

Tapi kemudian Dito membuka suaranya.

"bisa lo jelasin, lo itu sebenernya siapa dan apa?" tanya Dito tanpa melihat Olivia dan tetap fokus kejalan.

"gue? Mungkin gue bakal jelasin itu dari sudut pandang gue sendiri...."

"gue Olivia sisi lain dari Alea, atau bahasa kasarnya, gue itu alter egonya Alea. Gue yang buat Alea bisa hidup tanpa jadi gila karena kemampuan nginget bajingan yang selalu nyusahin dia sejak kecil dan ngegantiin posisi dia kalau Alea lagi kumat, kayak sekarang. itu aja sih...."

Dito kembali berfikir keras, maksud dari kemampuan mengingat itu apa?dito merasa bahwa otaknya ini sebentar lagi akan meledak dan membunuhnya.

"maksudnya kemampuan ngingat? Dia mudah ngingat sesuatu?" tanya Dito lagi sesekali menengok ke arah Olivia.

"ck, right. Alea punya bakat nginget segalanya dalam sekali lihat ataupun dengar. Dan itu bakal dia inget selamanya. Makanya Alea nggak sekolah ataupun kerja, enak kan? Sisi buruknya, Alea nggak bisa keluar rumah ataupun sosialisasi, dia jdi mudah sakit, punya refleks jelek dan lemah secara fisik maupun mental."

Dito kali ini benar-benar tak habis fikir dengan gadis ini, bagaimana ada seseorang yang seperti ini? Gadis ini menanggung beban yang sangat besar.

Dito jadi semakin bersalah kepada gadis ini, ucapan yang pernah ia lontarkan benar-benar ingin ia tarik kembali.

***

Mobil yang mereka tumpangi sampai pada sebuah tempat yang rasanya tampak tidak asing bagi Dito.

ia harus memarkirkan mobilnya dijalanan, karena rumah itu dikelilingi rerumputan.

"dan pas gue bilang gue kaget, itu pertama kalinya gue kaget dan itu juga sebuah kemajuan besar buat gue sama Alea...."

"... Alea sama gue itu sama, tubuh kita itu sama, nggak ada yang beda. Tapi gue itu kepribadian Alea yang bertolak belakang sama karakter Alea. jadi kalo lo ngomong Alea itu lemah lagi, gua nggak akan segan-segan buat lo nyesal seumur idup...." lanjut Olivia yang membuat Dito tertenggun sejenak.

Olivia keluar dari mobil meninggalkan Dito yang masih berkelana dengan pikirannya, gadis ini benar-benar membuatnya tak bisa berkata-kata.

Dan ia yakin masih banyak fakta yang tidak ia ketahui tentang gadis ini, dan apakah ia siap menerima fakta-fakta yang lain?.

Dan saat Dito bergelut dengan fikirannya, ia sadar bahwa Olivia telah hilang dari jangkauan matanya.

*****

Olivia mengelilingi tempat itu, tempat dimana ia diculik waktu itu.

Tempat yang lusuh, gelap dan menyeramkan yang terletak di dekat hutan.

Ia bahkan masih ingat bagaimana ia diseret ketempat ini dan dikurung selama berminggu-minggu.

Alea akan mengamuk padanya saat tau Olivia ada disini, sedangkan Alea sedang tertidur dengan pulasnya disisi terdalam dan gelap disuatu tempat dipikirannya.

Tapi saat ia menelusuri salah satu sisi tempat itu, Olivia menemukan sebuah kalung.

"kalung? Kalung siapa?" Olivia membolak-baik kalung itu, siapa tau ada petunjuk siapa pemilik kalung itu, tapi tiba-tiba saja ada yang merampas kalung itu dan mendorong Olivia hingga terjatuh.

"aww, siapa sih ...." Olivia terdiam seketika melihat orang didepannya.

Wajah itu.

Wajah orang itu masih terpatri diotaknya, wajah seorang yang memotretnya dulu sebelum ia pingsan tak sadarkan diri.

Memori didalam otaknya kembali berputar, saat dimana ia terduduk lemas bersama anak-anak lain yang didandani kemudian seseorang memotret mereka satu persatu.

Seketika kepala Olivia sakit, sangat sakit bahkan saat orang itu menariknya menjauh dari rumah itu ia tidak merasakan apapun.

Olivia perlahan terduduk lemas, sedangkan orang itu mendekati Olivia dengan senyum yang mengerikan.

Dan saat itu juga Alea kembali menguasai tubuhnya setelah ia berhasil menarik Olivia kedalam pikirannya. Tapi mungkin keberuntungan sedang tidak berpihak padanya.

Karena saat membuka matanya, orang itu sudah duduk diatas perutnya seraya menggerayangi tubuhnya.

Alea berteriak keras hingga orang itu terkejut dan membungkam mulut Alea dengan tangannya, Alea sudah tidak bisa mengeluarkan suaranya lagi, tenggorokannya terasa perih.

*****

Dito mencari Olivia kemana-mana, gadis itu benar-benar nekat dan sangat ceroboh.

Gadis itu tidak memikirkan betapa berbahayanya seorang wanita sendirian didalan hutan dengan penduduk yang masih jarang seperti ini?

"ALEA! Eh, Olivia!!!. bingung sendiri kan gue manggilnya. Dajjal bener tu cewe!" Dito mulai panik saat melihat kemeja yang dipakai Alea berada direrumputan dekat dengan rumah itu.

Saat Dito akan masuk kedalam rumah itu, sebuah teriakan membuatnya mengurungkan niatnya masuk kedalam rumah itu dan berlari sekuat tenaga menuju sumber suara.

Karena ia tau siapa sumber dari teriakan itu, dan firasatnya benar jika ada yang tidak beres ditempat ini.

Dito melihat seorang pria sedang melecehkan Olivia dan itu membuat Dito kehilangan akalnya.

Dito menarik pria itu dan menghajarnya habis-habisan, ia tak peduli lagi siapa pria ini dan apa yang sebenarnya terjadi.

Tapi yang ada diotaknya sekarang adalah menghajar orang ini dan melampiaskan amarahnya, Dito tak ada habisnya memukul, menendang bahkan menginjak-injak pria itu.

bahkan saking kalapnya Dito, ia tetap memukulnya berkali-kali walaupun wajah pria itu telah penuh dengan darah dan tak sadarkan diri.

Ia bahkan tak peduli lagi jika pria itu mati.

Alea melihat itu, ia menangis keras dan tidak bisa bergerak melihat Dito dengan pribadi yang berbeda dari yang ia lihat sebelumnya.

Dito yang ia lihat ini seperti monster.

***

Alea memanggil Dito lirih, bahkan hampir terdengar seperti bergumam.

Tapi ajaibnya Dito mendengar itu, dan saat itu juga Dito menyadari bahwa suara yang memanggilnya itu adalah Alea dan bukan Olivia lagi.

Dito berhenti menghajar pria itu dan mendekati Alea yang gemetaran dengan airmata yang terus mengalir, Rambutnya sangat berantakan, dan T-shirt yang dipakai Alea sudah compang-camping dan juga kotor.

Dito sudah tidak memperdulikan pria biadab dibelakangnya lagi, karena prioritasnya kali ini adalah gadis didepannya yang menatapnya penuh ketakutan, dengan sorot matanya yang membuat Dito merasakan kepedihan dan juga beban yang Alea tanggung selama ini.

Dito menarik Alea kedalam pelukannya, merengkuh tubuh itu dengan erat seperti ia takkan pernah melepaskannya.

Tangisan Alea semakin menjadi-jadi, ia terselamatkan.

ia selamat....

Dito merasa sangat bersalah, ia tak mampu menjaga Alea, ia sangat bodoh membiarkan Alea pergi sendiri.

Dito mengusap kepala Alea pelan, memberikan kehangatan dan juga ketenangan untuk gadis yang membuatnya hilang akal untuk sesaat.

Dan saat itu juga Dito berjanji kepada dirinya sendiri, bahwa ia akan melindungi dan menjaga Alea sampai kapanpun itu...

avataravatar