4 [DAY 1]

"Selamat pagi, nama saya Alea, 19 tahun, senang bekerja sama dengan anda" Alea menyapa Dito tanpa melihat kearahnya.

Dito yang melihat itu merasa bahwa tugasnya disini akan sangat sulit, apalagi Alea tidak suka dengannya, bahkan hanya untuk melihat kearahnya pun enggan. Sepertinya tugasnya disini tidaklah mudah

"saya Dito, 21 tahun, senang juga bisa bekerja sama dengan anda" Dito memperkenalkan diri sama dinginnnya, yang membuat Dito menggerutu dari tadi adalah kontrak yang diberikan seseorang tadi subuh dan mengetuk apartemennya dengan keras dan membuat tidurnya terganggu.

Dan ia sangat terkejut dengan perjanjian-perjanjian yang ada di kontrak tersebut.\

Beberapa diantaranya adalah:

1. Dilarang menyentuh Alea tanpa seijin Alea sendiri.

2. Dilarang berbicara terlalu banyak dengan Alea jika memang tidak dibutuhkan dan tidak terlalu penting .

3. Jika terjadi sesuatu pada alea segera menelpon Alendra atau dokter Geo dan jangan egois bisa mengatasinya sendirian

.

.

.

.

.

.

.

.

101. Dilarang 'menyukai' atau mencitai Alea.

Yang harus ia lakukan hanya mengawasinya dan mengatur jadwal olarahraganya. Ia melihat banyak sekali pelayan yang bekerja disini, ada belasan bahkan puluhan,

Siapa sih sebenernya keluarga 'Annalise' ini apa mereka keluarga dari presiden atau keluarga bangsawa atau semacam itulah?, kenapa banyak sekali penjagaan yang sangat ketat yang membuatnya susah bernafas dengan tatapan-tatapan bodyguard dan pelayan disini.

Tunggu....

Apakah gadis itu tidak merasa risih dengan suasana yang menyesakkan ini? sangat tidak mengenakkan jika banyak yang mengawasi setiap pergerakan kita, bukankah sama saja dengan dipenjara secara halus?.

Gadis ini bodoh atau apa? dan yang ia lihat, gadis ini hanya duduk dan membaca buku diruangannya yang sangat luas, cukup luas untuk tempat membaca buku dan tentu saja dengan penjaga disetiap sudut ruangan.

'Gue kalo jadi tu cewe, nggak bakal tenang, ngebosenin disini. Kek nggak ada semangat idupnya.' Dito dari tadi menggerutu di pojok ruangan dengan sebuah buku ditangannya.

Ia tak membenci buku, sebenarnya ia juga suka membaca buku. Hanya saja ini terlalu banyak. Kita kan juga harus merasakan yang namanya refresing, otak kita juga butuh istirahat.

Dito berdiri dari duduknya dan menghapiri Alea yang sedang membaca sebuah buku, buku yang memperlihatkan pemandangan sebuah laut biru dengan banyak pemancing yang sedang menatap matahari yang akan terbit.

"Gue pernah kesana...kelaut itu. Gue juga mancing disana, udaranya bagus banget." ujar Dito seraya menunjuk gambar itu, membuat Alea menoleh ke Dito dengan tatapan yang menurut Dito sangat kekanankan.

"Bener, kamu pernah kesana?! tempatnya di.....kamu ngapain disini?!, tolong agak jauh." raut wajah dingin kembali ditujukan Alea saat menyadari itu adalah Dito.

Dito mundur dua langkah dari Alea degan cengo, raut wajahnya menyiratkan sebuah kejengkelan yang membuat Nani yang melihat mereka dari jauh tertawa.

Permainan akan segera dimulai.....

*****

' Ni cewek labil bat astaga, dia yang exited dia juga yang sok cool, pen gue sepak tu pala....eh astaga dosa! gile gile aja gue beneran nyepak pala ni cewek, yang ada pala gue yang disepak nyokap....' Dito sedang bertengkar dengan pikirannya yang membuat Alea berfikir bahwa Dito kesurupan mendadak.

Saat Alea hendak menegur Dito untuk pergi, sebuah deringan masuk dari hp Dito yang membuat Alea mengurungkan niatnya.

Kringgggggg....

Ada panggilan masuk ke ponsel Dito. Dan ternyata itu dari sahabanya Evan. Dito pergi keluar ruangan untuk menerima telpon dari Evan.

"Halo, kenapa?" tanya Dito pada Evan yang terdengar sedang menggerutu.

"Lo nggak ngampus? Si dajjal ngebacot mulu nyariin lo...." terdengar dari suara Evan diseberang sana yang sedang menahan seseorang yang sudah ia tebak siapa.

"Hari ini gua ada urusan" Dito menjawab sekenanya.

"Okeh....TUH! lo udah denger sendirikan? nyusain aja! nggak usah nanya-nanya dah, males abang denger....." dan telpon terputus. Evan sepertinya memutuskan telfonnya cepat-cepat sebelum adiknya itu menjadi gila dan terus bertanya macam-macam.

Ya. Orang yang bersama Evan dan terus bertanya-tanya keberadaan Dito saat ini adalah Jane. Evan selalu dibuat geleng-geleng kepala saat adiknya itu selalu mengikuti kemanapun Dito akan pergi.

Dan itu membuat Dito sedikit risih dengan itu dan Evan tau keresahaan sahabatnya ini, maka dari itu Evan selalu mengingatkan adiknya yang keras kepala itu untuk menjaga harga dirinya dan tidak menyusahkan Dito.

*****

Berbeda dengan gadis yang ada dalam ruangan ini, dia begitu kaku dan terlihat tidak banyak bicara, sangat berbeda dengan yang kemarin saat direstoran, dia terlihat banyak bicara saat bersama Dokter Geo dan Alendra.

Atau gadis ini memiliki suatu gangguan jiwa?, makanya dia dikurung disini dengan banyak sekali penjagaan agar dia tidak keluar dan membuat keributan? atau kemungkinan dirinya saja yang tidak terlau mengenal gadis satu ini.

Tapi rasa-rasanya ia pernah mengenalnya, tapi itu tidak mungkin terjadi, apa karena ia sudah terpengaruh oleh gadis ini? Pesonanya memang tidak bisa diragukan...

jadi ia harus berhati-hati dengan gadis ini.....

Dito berjalan ketempat ia duduk tadi dan menatap Alea dengan serius, saat Dito sedang serius menatap Alea. Pintu ruangan itu terbuka dan terlihat seorang laki-laki masuk dengan membawa dua 2 buku yang terlihat masih baru, laki-laki itu tersenyum saat melihat Alea tertarik dengan buku yang dibawanya. Pandangan laki-laki itu beralih menatap Dito dengan tatapan menyelidik.

Begitu pula dengan Dito yang langsung berdiri menghampiri mereka berdua, dengan sigap laki-laki itu segera menyembunyikan Alea dibelakang tubuhnya yang membuat Dito berdecak jijik.

'Ck apaan dah, drama amat idupnya. Gue tendang juga ni cunguk' rutuk Dito melihat jijik kearah laki-laki itu.

"Ck, Kenan nggak usah mulai ngedrama, kamu tu udah gede, nggak usah kayak bocah" akhirnya setelah sekian lama dia, akhirnya Alea bersuara dan langsung membuat Kenan menatapnya dengan senyum canggung seraya menggaruk tengkuknya.

"Duh kamu itu mulutnya, nggak ada manis manisnya." Kenan menepuk kepala Alea dua kali lalu menatap Dito yang terlihat menatap mereka dengan tatapan aneh, Kenan bisa merasakannya.

"Lo siapa?" Kenan bertanya pada Dito yang sedang menyilangkan tangannya.

Alea menatap keduanya dengan tatapan bosan, ketenagannya dalam membaca buku mulai terganggu dengan adanya kedua orang ini.

Alea menutup bukunya dan berjalan keluar ruangan melewati dua orang yang sedang adu tatapan dengan bodohnya itu, saat ia akan keluar terdengar Dito menghela nafas dan keluar dari ruangan baca mendahuluinya, Alea merasakan aura orang ini sangat menakutkan.

Bahkan Alea sampai merinding.

Alea bejalan menuju belakang rumahnya membawa sebuah laptop dan duduk di ayunan dibawah sebuah pohon rindang.

"Akhirnyaaaaa, fresh air....huuuuuh" Alea menatap langit yang tertutup kabut hitam, yang menandakan hujan akan segera datang.

Ia tersenyum.

Saat pertama kali tiba disini alea sudah disambut hujan, rentetan ingatan terus datang dan membuat alea mati-matian untuk tidak menangis dan mengubah keputusan keluarganya untuk pindah ke negara ini...

Tempat dimana ia akan mengetahui semuanya dan membongkar semua kebusukan yang membuatnya harus menderita setiap kali menutup mata.

Rintik hujan mulai berjatuhan, bersamaan dengan ingatan alea yang kembali membuat kepalanya sakit.

Sangat sakit...

Kepalanya terasa terbelah dua, semakin ia membuka matanya, semakin banyak juga rentetan kejadian yang berputar dikepala Alea.

.

.

.

.

.

.

.

.

"Dorr!!...."

Sebuah peluru mendarat dikepala seorang anak, yang membuat tubuh Alea bergetar hebat, ia sangat ketakutan.

Seorang pria dengan banyak darah ditangannya menyeret anak tadi dan membawanya dengan memasukkannya ke sebuah kantung hitam.

sungguh kejam. seperti perbuatan iblis.

"Dorr!..."

Kembali terdengar sebuah tembakan yang memekikkan telinga Alea, ia takut, sangat menakutkan. Ia bahkan tidak bisa bergerak ditempatnya. ia takut jika ia bergerak sedikit saja maka ia akan bernasib sama dengan anak itu.

Alea hanya bisa menutup matanya takut, meskipun ia menutup matanya rapat-rapat, telinganya masih mendengarkan jeritan dan tangisan anak-anak yang memliukan ditelinganya.

Dan saat ia membuka mata ia sudah ditarik oleh salah satu orang itu dengan kasarnya dan membuat kepala alea terbentur besi tempat ia dikurung dan pingsan saat itu juga.

Gelap.....

Apakah ia sudah mati?...

"ALEA BANGUN! LO BISA DENGER SUARA GUE?!"

Suara siapa itu, sangat keras yang membuat telinganya sakit seakan mau lepas, tunggu itu berarti....

Alea tersadar dari pingsannya begitu mendengar suara Dito yang memanggilnya berkali-kali.

Alea terbagun dengan keringat dingin disekujur tubuhnya, tampa sadar ia berteriak dan menangis secara bersamaan membuat Dito panik setengah mati.

Ada apa dengan gadis ini? Apa yang sebenarnya terjadi padanya? Kenapa ia merasa gadis ini sedang tersiksa oleh suatu yang tak bisa ia mengerti? penyakit apa yang sebenarnya diderita oleh gadis ini?

"ALEA?! LO KENAPA?!" Dito kembali berteriak panik yang membuat Kenan muak dan mendorong Dito menjauh.

Kenan segera memeluk Alea dan menenangkannya, sama seperti yang biasa ia lakukan saat Alea ketakutan.

"Hey... hey its over, your save. Jangan di ingat lagi ya? Hey it's me...relax Alea. Lihat semua baik-baik aja..." Kenan berkata dengan sangat pelan membuat Alea perlahan melemas dan kemudian tidur dengan meringkuk disebelah Kenan yang terlihat menggengam erat jemari Alea.

Dito segera mengambil peralatan medis dan memeriksa keadaan Alea, sebisa mungkin ia lakukan tanpa membangunkan Alea, ia bahkan merasa sentuhan kecil bisa meremukan tubuh Alea.

Dito menatap Alea yang sedang tertidur lelap, semua ini membuat Dito bingung memikirkan sesuatu yang menakutkan telah terjadi pada Alea, entah itu apa tapi Dito yakin bahwa itu penyebab Alea berteriak seperti orang kesetanan.

Saat Dito keluar dari kamar Alea, Kenan menghampirinya dengan tatapan yang sudah ia baca.

"we need to talk..." Kenan berjalan kearah ruangan medis, Dito yang paham disituasi ini mengikuti Kenan .

Saat sampai di ruang medis, Kenan mengulurkan tangannya.

"Gue Kenan, temen kecil Alea..." Kenan memperkenalkan dirinya kepada Dito.

"gue Dito, tutor kesehatan Alea.." Dito menjabat tangan kena dan memperkenalkan dirinya

"yap, gue udah tau lo siapa, lo ditugasin sama bang alendra sama dokter geo kan? Apa dokter geo ngasih tau apa penyakit yang di derita alea?" tanya Kenan pada Dito.

Dito hanya bisa menggelengkan kepalanya tidak tau, dokter Geo tidak memberitahukan apa-apa, ia hanya mengatakan bahwa Alea mengalami trauma yang cukup parah.

"ck, emang tuk dokter, huh...okay, gue aja yang bakal jelasin apa yang terjadi sama alea. Tapi dengan satu syarat"

'cih, pake syarat segala ni cunguk, dikira gue ember kali, hah? oke lets see ni bocah bakal ngomong apa...'

"Oke apa syaratnya?...

avataravatar
Next chapter