1 [BEGIN]

Kesunyian sudah menjadi bagian dari kehidupannya. dengan banyak buku berdebu di rak-rak yang tersusun rapi, membuat suasana diruangan itu menjadi begitu menenangkan untuk seorang yang bernama Alethea Queen Annalise, perempuan yang benar-benar menyukai kesunyian dikehidupannya, memang agak aneh untuk perempuan seumurannya yang hanya diam membaca buku-buku tebal dirumah.

"Satu buku hilang dari rak?" Alea menatap rak buku yang terasa janggal dimatanya.

Seorang pelayan mendatangi Alea dengan banyak buku ditangannya,

"Kami minta maaf, buku itu kami pindahkan ke perpustakaan lantai bawah" tutur pelayan itu menunduk takut.

Alea merasa asing dengan pelayan itu, apakah dia baru direkrut?. dimana pelayan yang biasa mengurus buku-buku di ruangannya?.

"Maafkan kami nona, dia pelayan yang baru saja direkrut, dia belum tau peraturan-peraturan disini" ujar Neni-nama pelayan yang Alea andalkan untuk merawat buku-buku kesayangannya.

Pantas saja dia terlihat asing. Dia juga terlihat terlalu muda untuk bekerja, kenapa orang tuanya mau memperkerjakan orang yang masih sangat muda dan terlihat amatiran.

"jangan ada yang berani megang buku-buku diseluruh rak yang ada dirumah ini. kamu PAHAM?!" tegas Alea. Ia tak ingin bukunya disentuh orang lain, karena hanya buku yang bisa ia dapatkan dengan mudah.

Buku adalah satu-satunya benda yang tidak akan menyakiti dirinya, dan hanya buku yang bisa membuat dirinya tau dunia luar tanpa dilarang oleh keluarganya.

Keluarganya selalu melarang untuk keluar dari wilayah rumah. alasannya selalu untuk keselamatannya atau apalah itu Alea tak peduli. Ia hanya ingin melihat dunia luar seperti orang lain yang bebas keluar hanya untuk berjalan-jalan atau melihat dengan dunia luar dengan bebas.

"Baik nona, kami sekali lagi minta maaf, saya akan menyusun kembali buku-buku dengan semestinya." jelas Neni dengan patuh. Ia yang salah, seharusnya ia memberi tau jika Alea tidak menyukai jika barang kesangannya disentuh orang lain.

Dirinya beruntung bisa menyentuh atau bahkan membersihkan barang kesayangan milik Alea tanpa mendapat larangan atau kemarahan Alea.

Neni adalah pelayan pertama yang direkrut oleh keluarga "ANNALISE" berkat keterampilannya dan kecekatannya dalam menyelesaikan pekerjaan.

Satu-satunya pelayan yang sudah dianggap keluarga oleh Alea, -dengan sifat Alea yang sangat susah percaya kepada orang lain. tapi Alea sangat mempercayai Neni, keluarga Annalise juga sangat mempercayai Neni untuk mempersiapkan semua kebutuhan Alea selama dirumah.

"Nggak usah, biar Alea aja yang nyusun buku disini. Neni selesain nyusun buku yang lain aja. buku itu...." Alea menunjuk tumpukan buku yang dibawa pelayan muda itu.

"Kamu...mana buku itu, jangan sentuh-sentuh buku saya lagi sebelum saya kasih izin! Ja-ngan per-nah..." terang Alea pada pelayan muda itu.

"....oh ya nama kamu?" pelayan tersebut mengangkat kepalanya dengan kaki dan tangan yang gemetaran.

"saya? nama saya Anggun....saya 16 tahun" jawab anggun dengan wajah pusat pasi dan dengan gugup memberikan tumpukan buku yang dipegangnya ke Alea. Dan dengan cepat Alea mengambil alih buku-bukunya.

'NGGAK NANYA UMUR!' jerit Alea dalam hati.

Dan dengan langkah cepat pergi Alea menuju sebuah rak dengan banyak ukiran indah disetiap sisinya, rak istimewa yang berisi buku-buku kesayangannya, buku-buku pemberian keluarganya dan juga....

"DOORR!...ALE-"

"Berisik Kenan!" Alea sudah tau bahwa satu-satunya laki-laki selain kakaknya yang berani mengganggu dirinya dan berani masuk ke ruangannya se-enak jidatnya sendiri, ia adalah KENAN ARDANA ABIPUTRA.

Kenan menarik salah satu buku yang ada di rak itu dan membuka bukunya secara brutal, tapi Alea tetap membiarkan sahabatnya itu dan lebih memilih untuk kembali fokus ke tumpukan buku-buku didepannya.

Kenan adalah sahabat satu-satunya Alea, dan juga 'penyumbang' buku-buku di ruangan Alea, karena Kenan tau apa yang disukai sahabatnya, maka dari itu dia menghadiahkan puluhan buku pada Alea.

"Aku bawain buku baru lagi, tapi kali ini sedikit beda karena.....Ada tanda tangan penulisnya dong!!!" ujar Kenan excited, tapi dengan cepat senyum cerah Kenan hilang karena reaksi biasa saja dari Alea.

"Seneng kek, diem-diem ae dari tadi, aku balikin lagi nih bukumya!?" ancam Kenan berharap Alea ber-reaksi. Tapi percuma saja, Alea hanya diam saja dan tidak bergerak bahkan tidak melirik Kenan sama sekali.

'Emang batu ni orang, untung sahabat gue, kalo kagak...gue jitak juga lu' gerutu Kenan dalam hati.

Kenan berjalan menuju pintu keluar dengan gerakan yang dibuat-buat dramatis.

Alea akhirnya menyerah. Ia menarik sweeter putih Kenan dan menariknya keluar ruangan dan menyeretnya ke kolam renang belakang rumah.

Tak cukup sampai disitu, Alea menganbil alih selang dari salah satu pelayan yang menyirami kebun dan menyemprot Kenan.

"Apaan nih?!...ALE! AMPUN ALEE!" Kenan berteriak karena disemprot oleh Alea dengan air berkekuatan tinggi.

Alea tertawa melihat kekonyolan sahabatnya itu.

Ini menyenangkan.

Sangat menyengkan.

Ia ingin seperti ini setiap harinya, setiap waktu. Tapi keterbatasan fisiknya membuat ia tak bisa menikmati waktu yang menyenangkan ini. Tubuhnya terlalu lemah.

Ia bahkan tidak bisa berjalan atau berlari terlalu lama.

Dan saat ini, ia merasa kepalanya berputar-putar, penglihatannya mulai buram dan dalam hitungan detik ia terjatuh dengan rasa kecewa pada dirinya sendiri.

*****

Kenan berlari sekencang mungkin untuk menggapai tubuh Alea dan merengkuh tubuh mungil nan rapuh itu, ia menggendong tubuh lemah Alea ke dalam rumah, seluruh pelayan panik melihat Alea tak berdaya digendongan Kenan.

"CEPET PANGGIL BANG ANDRA!....."

*****

Keringat membasahi seluruh tubuhnya saat ia mencetak bola ke ring dan sorakan dari orang-orang disekitar membuat ia semakin bersemangat.

"Permainan yang bagus nak, kamu yakin tidak mau bergabung dengan tim?" ujar sang pelatih kembali membujuk.

Ia menggeleng dan kembali kelapangan.

Dari jauh terlihat seorang pria paruh baya dengan setelan jas rapi melihat ke arah lapangan.

"Suatu hari kamu akan kembali"

Pria itu berbalik diikuti ajudannya dan masuk kedalam sedan hitam yang sudah disiapkan oleh asistennya.

***

"Good job bro"

"Nice shoot"

"Seneng kan lo dipuji-puji mulu, Ngaku nggak lo!" sahut salah seorang laki-laki dengan paras tampan dan langsung mendapat jitakan dari pelatih mereka.

"Kamu itu, bukannya dibujuk malah diejek gitu. Dasar GEMBLUNG!" Pak Mamat selaku pelatih mereka.

"DITO! BALIK KEPOSISI!" ia berbalik dan kembali kelapangan.

GUARDITO AGREON berlari keposisinya saat kaptennya berteriak padanya, ia tertawa saat wajah sahabatnya itu memerah marah.

"WOY VAN, SANTUY. KITA BAKAL MENANG HARI INI!" teriak Briyan bersemangat

"BACOT SIA! MAEN AJA YANG BENER! DARI TADI LU NGGAK GUNA ANYING!" sahut Evan selaku kapten dalam tim ini.

'ini kenapa pada adu bacot gini sih, punya temen gini amat dah' pikir Dito

"WOE! KAPAN MULAINYA KALO KALEAN NGEBAC..."

"DIEM LO!!!" bahkan lawan akan kalah jika adu mulut dengan mereka berdua.

Pelatih mereka hanya bisa meminta maaf kepada lawan yang harus menunggu perdebatan dua manusia itu.

'kesian mana udah tua, harus ngurus murid kek dajjal gitu'

Begitulah kata-kata yang selalu diucapkan para lawan mereka.

"MENANGIN...JANGAN BIKIN BAPAK MALU!" pekik pak Mamat dari pinggir lapangan.

Dito tersenyum melihat situasi ini, teman-temannya terlihat sangat senang begiitu juga dengannya.

Sangat sulit memilih, ia menyukai olahraga, tapi ia tumbuh dilingkungan pembisnis, ayahnya takkan membiarkan ia bergabung dengan tim.

avataravatar
Next chapter