5 Bab 5 : Leon Panetta

Puspa menatap kursi kosong di hadapannya, emosinya melambung tinggi. Berjalan meninggalkan cafe ia mengambil ponselnya. Berjalan ke arah lorong sepi, ia merenung untuk sesaat sebentar sebelum mulai menelpon seseorang.

"Bantu aku."

"Apa lagi kali ini?" jawab seseorang di seberang sana.

"Lakukan saja seperti yang ku minta terakhir kali."

"Aku ingin pembayarannya tiga kali lipat dari terakhir kali."

"Baik." tck.. lihatlah orang-orang ini, belum melakukan apa pun mereka sudah banyak menuntut.

'Aku tidak akan mencari mereka jika bukan karena hal sia-sia ini.'

"Kapan uangnya akan di berikan?"

"Soal uangnya aku akan memberikannya setelah kau lakukan apa yang aku perintahkan." Puspa mematikan panggilannya dengan kesal.

"Huh! uangku terbuang untuk hal tidak berguna. Adinda ini adalah apa yang kau minta padaku."

Ia meninggalkan tempat menjijikan itu setelah memastikan tidak ada orang di luar lorong.

"Sial! Sangat menjijikan!"

'------------÷÷÷÷÷÷÷°°°°°°°°°÷÷÷÷÷÷÷------------'

Seorang pria menatap penuh arti pemandangan malam yang ramai di balik jendela kamar hotelnya. Ia menaikkan sudut mulutnya tersenyum penuh arti dengan segelas wine merah di tangannya.

'Aku tidak menyangka akan kembali lagi, Apa semuanya sama seperti masa lalu?'

Leon Panetta, tidak pernah berpikir dalam hidupnya akan mengalami hal begitu luar biasa. Ia berpikir saat itu hidupnya telah berakhir tapi tidak menyangka ia akan kembali ke kehidupannya tiga tahun lalu. Kali ini ia tidak akan membiarkan hidupnya kembali pada kehancurannya di masa itu, ia tidak akan mengulangi hal yang sama lagi. Karena, saat ini ia tidak sama dengan dirinya di kehidupan lain. Tapi, orang yang mengetahui semua yang akan terjadi dan ini mungkin adalah kompensasi atas kehancuran yang di rasakannya sebelumnya.

"Aditya, hidupmu akan menjadi sulit kali ini."

Leon berdiri di kehampaan dalam sunyi di ruang yang begitu redup. Sendirian.

Seorang pria berjas hitam datang menghampirinya.

"Kau sudah menyelidikinya?" tanya Leon tanpa memperhatikan pria di belakannya. Matanya hanya terfokus pada apa yang dilihatnya di balik kaca transparan di hadapannya.

Pria itu melihat Leon dengan bingung yang membuatnya penasaran apa yang di katakan orang ini padanya. Bagaimana bisa mengetahui banyak hal yang akan terjadi di masa depan? Siapa dia.

"Semuanya sama persis seperti yang Tuan katakan. Hanya saja, orang yang ingin Tuan selidiki Aditya, hubungan dengan istrinya tidak seperti apa yang anda katakan. Mereka menjalin hubungan dengan sangat baik."

Leon mengernyitkan keningnya berkata dengan tidak percaya.

"Ini tidak mungkin. Apa yang seharusnya terjadi hubungan mereka sangat buruk. Apa kau sudah menyelidikinya dengan benar?'"

"Saya yakin tidak ada kesalahan. Saya telah memantau mereka secara langsung dan masih ada orang-orang kita yang mengikuti di sekitar mereka."

Leon melirik pria di belakangnya.

"Baik, terus awasi mereka. Jangan membuat mereka curiga. Pergilah."

"Baik Tuan." pria itu pergi meninggalkan ruangan yang kini kembali pada kesunyiannya.

'Hubungan mereka di masa ini sangat baik ya. Bukankah istrinya bernama Adinda. Ini menarik.'

Kembali pada hidupnya saat ini semua karena wanita yang bernama Adinda. Jika, ia tidak berjalan begitu sembarangan ia tidak akan menabraknya saat itu hingga membuat mobil yang di kendarainya menabrak mobil lain di jalur yang berlawanan arah. Tidak mungkin ia kembali ke hidup tiga tahun lalu. Walau kecelakan yang terjadi saat itu begitu mengerikan. Tidak ada kerugian baginya justru itu menguntungkan.

'Mungkin ia harus berterima kasih padanya.' menatap pantulan bayangan dirinya, wajah itu tersenyum sangat cerah hingga terasa begitu menakutkan.

Tak berapa lama wajah itu menunjukkan ekspresi tawa terdistorsi dan mulai berbicara pada kehampaan.

"Haha..Ini menarik! Sangat menarik! Bagaimana hidup mereka begitu berbeda sekarang?! Mungkinkah wanita itu juga sama seperti dirinya?"

Leon berjalan memutari ruangan dengan terus berbicara pada udara kosong terkadang tangannya akan memukul dan menunjuk pada kehampaan di sekitarnya.

"Brengsek! Sial! Bukankah berarti wanita itu akan menjadi pengganggu dalam rencananya?!"

"Jangan salahkan aku. Karena kau yang memberi hidup kedua padaku, aku akan berjanji untuk memberi kematian yang baik padamu."

,____________×××__________,

Adinda kembali ke ruangannya dengan perasaan puas. Ia bersenandung lembut.

Duduk di kursinya ia mulai berpikir dengan sebelah tangan menyangga sisi wajahnya.

'Ini tidak akan berakhir mudah, dengan karakter wanita itu ia pasti akan terus mencari masalah. Jika itu aku, apa yang akan di lakukan? Penculikan? Preman di tengah jalan? atau mungkin... seperti kecelakaan mobil? yang mana?' Adinda mengerucutkan bibirnya dengan erat saat ia berpikir begitu serius.

'Apa pun yang akan terjadi nanti, aku harus lebih mempersiapkannya. Di saat itu dengan kelompok mana Puspa berhubungan?' Puspa berpikir keras tapi ia tidak bisa mengingatnya, ia merasa menyesal. 'Seharusnya saat itu aku lebih memperhatikan banyak hal dengan begitu saat aku membutuhkannya tidak akan sesulit ini.'

Dengan seluruh perhatian terfokus dengan semua hal di kehidupannya yang lalu ia tidak menyadari Aditya yang berada di sampingnya.

"Apa yang kau pikirkan? Wajahmu sangat jelek." ledek Aditya seraya mengacak rambutnya.

" Huaa!!!" Adinda berteriak keget, menatap Aditya di sampingnya yang entah sejak kapan.

"Aku tidak memikirkan apa pun." sanggah Adinda.

"Kau tiba-tiba ada disini ada apa?"

"Kupikir kau sangat lelah, ayo aku akan mengantarmu pulang." Aditya menatapnya seraya mengelus atas kepalanya lembut.

"Aku baik-baik saja." Adinda melihat dan merasakannya bagaimana Aditya memperlakukannya dengan begitu lembut. Ini membuatnya begitu sedih.

"Aditya, katakan padaku. Kenapa memperlakukanku begitu baik? Padahal saat itu aku begitu buruk padamu?"

"Tidak ada alasan apa pun, karena aku hanya tau itu kamu."

Adinda melihat wajah yang selalu tersenyum padanya seperti saat itu. Seburuk apa pun yang ia lakukan saat itu, wajah ini selalu menunjukkan senyum terlembutnya.

Adinda memeluk pinggang aditya, di balik senyumnya ada kesedihan di baliknya dan entah kenapa ia selalu memiliki firasat buruk akhir-akhir ini. Seolah semuanya akan berada di luar kendalinya lagi dan apa yang dimilikinya saat ini mungkin saja akan kembali terlepas dari telapak tangannya menjauh dari pandangannya, membuatnya begitu takut.

Sangat buruk namun tidak sama seperti saat itu. Karena, apa yang ia rasakan begitu berbeda dan membuatnya sangat cemas.

Seseorang yang pernah menjalani hidup penuh kesakitan saat mereka mendapat hal yang begitu manis penuh kehangatan akan sangat mudah begitu tersinggung seperti kucing kecil tanpa induk yang hidup dengan penuh kedinginan sekali seseorang menaruh rasa peduli padanya dan memberinya kehangatan ia akan terus menempel pada orang itu sangat sulit untuk lepas karena rasa takutnya akan rasa dingin yang akan kembali padanya.

_______________

TBC

avataravatar