3 SMA Teitan

Sebuah cahaya tiba tiba keliatan dari depan gerbang sebuah sekolah yang saat ini sedang sepi. Dari dalam cahaya itu, tiba tiba muncul seorang pria dan wanita.

"Jadi ini SMA Teitan?"Tanya pria itu sambil memandangi gedung yang berada di depannya. Sebuah gedung bercat krem yang memiliki 3 tingkat dan terdapat sebuah jam dinding besar di tengah atas gedung itu. Wanita disampingnya mengangkat bahunya, pertanda ia juga tak yakin.

"Ayo"Ucap wanita itu kemudian mendekati gerbang sekolah. Namun tak ada siapapun disana. Sepi.

"Apa kamu yakin ini sekolahnya?"Tanya pria itu lagi.

"Tentu saja, dan seharusnya kita menekan tombol ini"ucap wanita itu yang sepertinya baru mengingat apa yang harus mereka lakukan dan menekan tombol yang berada di gerbang sekolah SMA Teitan. Tiba tiba gerbang sekolah itu yang tingginya 5 meter itu terbuka dengan sendirinya dan ada dua orang petugas yang berdiri di belakang gerbang. Petugas yang pertama seorang pria berusia sekitar 40 tahun dengan seragam berwarna atasan putih dan celana hitam dan disamping kanan dadanya ada name tag bertuliskan Security , sementara satunya pria berusia sama dengan seragam biru tua dan celana panjang sewarna dengan atasnya dan disamping kanan dadanya ada name tag bertuliskan Satpam.

Terlihat kedua pria itu seperti berdiskusi untuk menebak siapa tamu yang menekan tombol , kemudian pandangan keduanya tertuju ke arah tamu mereka. Setelah melihat seragam putih abu abu yang dikenakan salah satu tamu mereka, pria dengan name tag Security langsung kembali ke arah gedung sekolah sementara pria dengan name tag satpam langsung menghampiri mereka.

"Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu?"Tanya pria itu sambil tersenyum. Wanita dan pria yang datang tadi juga tersenyum. Itu yang dikatakan di buku panduan mereka. "jika ada yang tersenyum kepadamu secara tulus, balaslah dengan senyuman tulus"

"Kami ingin ke ruang kepala sekolah, bisa diantarkan?"Tanya wanita itu. Satpam itu memandang mereka sejenak dengan tatapan curiga.

"Kami telah membuat janji sebelumnya"Ucap wanita itu tadi seolah tau arti tatapan itu. Bagaimana pun ia telah belajar kehidupan manusia selama semalam dan itu cukup untuknya.

"Baiklah, mari ikut saya"Ajak si satpam. Wanita dan Pria itu mengangguk kemudian mengikuti langkah kaki satpam sekolah. Sepanjang perjalanan yang kira kira 5 meter, Winda dan Allen –Wanita dan Pria tadi- memandang sekitar mereka, tampak terlihat rerumputan di kanan dan kiri mereka, juga terlihat pepohonan dan bunga bunga yang diurus dengan rapi. Sementara mereka berjalan disebuah aspal yang berwarna kecoklatan.

"Silahkan masuk"ucap si satpam kemudian memasuki gedung sekolah. Pintu yang berada di depannya secara otomatis langsung terbuka, lebih tepatnya satu satunya pintu yang berada di depan gedung sekolah.

"Ini..?" Tanya Allen kebingungan karena begitu masuk didalam pintu satu satunya tadi hanya terdapat ruangan sedang yang kosong dengan kanan kirinya terdapat sebuah pintu, di belakangnya juga terdapat sebuah pintu, dan ditengah tengah ruangan juga terdapat sebuah pintu

"Pintu disamping kanan kalian itu adalah pintu untuk ke ruangan anak anak kelas Sepuluh Normal Class, sementara di kiri kalian itu adalah pintu untuk anak anak kelas sepuluh High Class. Pintu di belakang kalian itu adalah pintu menuju lapangan sekolah. Saya kira cukup, mari"ucap satpam itu mencoba menjelaskan pintu pintu yang berada di ruangan ini kemudian menekan sebuah tombol yang berada di pintu ditengah ruangan, Pintu itu kemudian terbuka namun sudah tak ada jalan lagi didalamnya, hanya berupa sebuah ruangan kecil berukuran 3x3. Tanpa banyak bertanya lagi, Allen dan Winda segera masuk dan duduk di sebuah sofa yang berada di ruangan itu.

Tiba tiba suhu udara didalam ruangan itu menjadi sedikit dingin akibat adanya Air Conditioner, selain itu di dalam ruangan itu terdapat sebuah lampu yang menghiasi langit langit ruangan itu, dan di dekat pintu masuk tadi terdapat angka 1,2 dan 3. Satpam itu langsung menekan tombol 2 dan tiba tiba ruangan itu nampak bergerak. Beberapa detik kemudian ruangan itu berhenti dan pintu dengan sendirinya terbuka.

"Mari"ucap si satpam kemudian keluar. Allen dan Winda menyusulnya. Begitu mereka keluar mereka mendapati sebuah pintu di depan mereka dan disamping kanan kiri mereka terdapat sebuah koridor sekolah. Satpam itu kemudian berjalan ke arah ruangan itu dan pintunya secara otomatis terbuka dan langsung mendapati sebuah ruangan luas yang terdapat puluhan meja dan komputer di atasnya, serta terdapat beberapa map di meja masing masing. Ruangan itu cukup ramai karena di tiap tiap meja terdapat seseorang yang dilihat dari pakaian mereka sepertinya mereka adalah guru.

"Ayo, kesini"Ucap si satpam lagi sambil berjalan ke arah ruangan yang terdapat sebuah pintu. Setelah berbicara dengan seseorang disana, satpam itu kemudian pergi.

"Masuklah, Pak Ryuji sebentar lagi sampai"Ucap seseorang disana. Winda dan Allen mengangguk kemudian masuk di ruangan yang sepertinya ruangan kepala sekolah.

Winda dan Allen kemudian langsung duduk disebuah sofa yang terdapat di dalam ruangan tersebut.

"Sekolahnya lebih luas dari Academy Sparkle Gold"bisik Allen begitu mereka duduk. Winda perlahan mengangguk dan tersenyum.

"Sudah ku katakan bukan? Sekolah ini sekolah nomor satu di negara ini, tak sia sia kemarin aku browsing di internet"ucap Winda sambil tersenyum dan mengangguk ngangguk namun mendapat tatapan bingung dari pria disampingnya.

"browsing? Internet?"Batinnya kebingungan. Berbeda dengan Winda, Allen hanya mempelajari kamus besar bahasa Indonesia serta kebudayaan Indonesia.

***

"Jam setengah 10? Sudah dua setengah jam kami disini, kenapa kepala sekolahnya belum datang juga?"rutuk Winda dalam hati. Tiba tiba pintu ruangan terbuka dan muncul seorang pria kira kira berusia 38 tahun dengan perawakan tinggi dan berkulit putih serta wajah oriental. Winda tersenyum senang. Sepertinya akan sangat mudah menghadapi seorang pria.

"Maaf saya terlambat, jadi ada yang bisa saya bantu?"Tanya kepala sekolah itu buru buru, sepertinya ia orang yang tidak suka berbasa basi.

"Begini pak, saya ingin melamar pekerjaan disini sebagai seorang guru dan adik saya akan menjadi siswa disini, apakah bisa?"Tanya Winda langsung membuat dahi Ryuji berkerut.

"Maaf, tapi kami tidak menerima guru baru dan pendaftaran siswa kembali itu sudah ditutup"jawab Ryuji langsung. Winda tersenyum kemudian bangkit dari tempat duduknya dan mendekati Ryuji dengan langkah dan tatapan menggairahkan.

"Love Spell: Seduction, Ck"batin Allen begitu melihat langkah Winda. Love Spell memang menjadi keahlian Winda di dunia sihir karena itu adalah sihir ciptaannya sendiri, sebelum bergabung dengan Academy Sparkle Gold Winda adalah penyihir wanita independen yang kabarnya merupakan salah satu dari 3 penyihir terkuat wanita di dunia sihir dan memiliki julukan: Winda si Pemburu Pejantan. Tak ada pria yang benar-benar bisa menolak wanita itu kecuali dia lebih hebat dari wanita itu dan tidak lengah saat berhadapan dengan wanita itu.

"Aku tak suka mendengar kata penolakan, Pak"Ucap Winda yang kini bertopang dagu di depan meja Ryuji. Membuat Ryuji sedikit salah tingkah.

"Tapi.." Ucap Ryuji terputus karena Winda langsung menutup mulut Ryuji dengan telunjuknya.

"Sudah kukatakan bukan? Aku tak mau ditolak, apakah bapak yakin mau menolak aku?"Tanya Winda lagi sambil memajukan badannya ke depan sehingga jarak diantara keduanya tinggal beberapa centi. Ia kemudian mulai menatap Ryuji dengan tatapan dalam. Love Spell: Lovey Dovey. Ucapnya pelan.

"Sayaa… ma"Winda kemudian langsung meletakkan tangannya di pipi Ryuji. "Sepertinya pertahanannya lumayan"batin Winda. Ia kemudian mengusap pipi Ryuji dan mendekati wajahnya disamping Ryuji.

"Pakk.."bisik Winda mesra ditelinga Ryuji kemudian menjulurkan lidahnya sehingga menyentuh telinga Ryuji. Membuat pria itu benar benar bertekuk lutut sekarang.

"Baiklah, Baiklah, kalian saya terima. Anda bisa mengajar apa?"Tanya Ryuji sambil mendorong Winda pelan dan memperbaiki posisi duduknya. Sekarang dia sudah bisa mengontrol dirinya lagi karena Winda sudah kembali ke tempatnya dan duduk manis disana..

***

"Kamu sungguh keterlaluan tadi"ucap Allen begitu mereka keluar dari ruangan guru. Winda hanya tersenyum kecil.

"Tapi sepertinya dia lumayan, aku sampai mengeluarkan dua mantra tadi"jawab Winda. Allen mengangguk.

"Sepertinya ini masih jam 10. Kamu bisa istirahat di kantin dan berkenalan dengan lainnya, jam setengah 11 kamu kembali ditempat ini dan menghubungiku lewat pshycall. Kamu bisa pshycall kan?"Tanya Winda. Allen mengangguk. Kemudian menghampiri sebuah papan dan melihat denah sekolah, ia mencari letak kantin, setelah menemukannya, ia kembali memasuki lift tadi dan menekan tombol 1.

***

Sesampainya di lantai bawah, Allen langsung menuju ke belakang ruangan dan melewati pintu yang secara otomatis terbuka dan seperti kata satpam tadi, di belakang terdapat lapangan luas dan terdapat sebuah gedung lumayan besar di seberang sana. Di kanan kirinya terdapat gedung lantai tiga yang menyambung dengan gedung depan sehingga secara keseluruhan SMA Teitan berbentuk seperti huruf |_| dengan gedung lumayan besar secara terpisah berada di belakang sekolah. Allen memperhatikan kanan dan kirinya, terdapat sebuah tangga yang mungkin menghubungkan lantai atas dan lantai bawah. Di kanan kiri lapangan terdapat gedung yang lumayan besar dan terpisah dari gedung utama, yang menurut Allen itu adalah kantin. Ia kembali memperhatikan dua gedung yang menurutnya kantin karena ia harus ke kantin. Hal yang dilakukan pelajar manusia ketika waktu istirahat.

Setelah melihat lihat, ia memutuskan berjalan ke arah kiri yang menurutnya gedungnya lebih menarik dari gedung di sebelah kanan.

***

Tanpa ragu, Allen melangkahkan kakinya ke kiri menuju kantin. Ia berhenti sebentar lalu mengamati kantin yang kini di depannya. Terlihat sangat elegan dan mewah. Ia pun melangkahkan kakinya memasuki kantin yang lagi lagi terdapat pintu otomatis. Setelah masuk kedalam, Allen berhenti sejenak dan mengamati teman teman barunya yang kini berada di hadapannya.

"Hei, lihat"ucap seseorang begitu melihat Allen masuk. Semua yang berada di dalam kantin otomatis langsung menatap Allen dengan pandangan heran. Allen pun menatap balik mereka kemudian berjalan ke arah meja yang berada didekatnya. Tanpa ragu, ia duduk dan mengambil buku menu makanan yang berada di sana, makanan yang sama sekali belum pernah dilihat ataupun dimakan olehnya.

"Hei, lo"ucap seseorang sambil melabrak meja Allen. Allen yang sedang fokus pada buku menu beralih menatap pemuda dihadapannya. Berbeda dengan dirinya yang memakai seragam putih abu abu. Pemuda di hadapannya memakai kemeja biru polos lengan panjang dan didalam kemejanya terdapat kemeja putih lengkap dengan dasi hijau dan berlengan panjang. Terlihat karena kemeja putihnya lebih panjang dari kemeja birunya. Berbeda dengan dirinya lagi yang kemejanya terdapat kancing 5 atau 6. Kemeja pemuda di depannya hanya memiliki satu kancing yang berada tepat di antara pusar dan dadanya.Celana yang dikenakan pemuda di depannya juga sangat berbeda dengan dirinya, kalau dia memakai celana abu abu, pemuda di depannya memakai celana biru panjang senada dengan kemejanya. Dan kemeja pemuda di depannya berada diluar.

"Hai, ada apa?"Tanya Allen dengan nada ramah sambil melemparkan sebuah senyuman. Pemuda di depannya hanya tersenyum sinis dan masih memandang dirinya rendah.

"Ada perlu apa lo disini?"Tanya pemuda itu. Allen menarik kembali senyumannya dan memandang pemuda itu.

"Tujuan kamu disini juga apa? Aku kira kita sama aja kok, makan"ucap Allen kemudian kembali fokus ke buku menu yang berada di hadapannya membuat pemuda di depannya geram.

"Udah, usir aja dia" "Hajar dulu, baru kita usir" dan berbagai ucapan yang diucapkan oleh seisi kantin membuat pemuda di hadapan Allen semakin bersemangat. Ia mengepalkan kedua tangannya erat erat dan siap memukul pemuda asing yang berada di hadapannya.

"BUGH" pukulan dari pemuda itu mendarat di pipi kiri Allen membuat Allen terlempar ke arah kanan dan menghantam dinding kantin yang berada di kanannya. Allen memegang pipi kirinya yang lumayan memar dan ia yakin membiru. Allen langsung menatap tajam pemuda itu dan mengarahkan telunjuknya arah pemuda itu dan siap menyebutkan sebuah mantra.

"STOP, ada apa ini?"Tanya seseorang yang berjalan dari arah belakang kantin membuat Allen dan pemuda itu serta seisi kantin yang menatap ke arah Allen dan pemuda itu beralih ke arah seseorang yang tiba tiba datang. Allen menatap orang itu, seorang cewek berambut panjang dengan seragam berbeda lagi. Ia sendiri bingung kenapa disini memiliki 3 seragam yang berbeda?

Cewek itu mengenakan seragam biru tua berlengan panjang dengan dasi kupu kupu berwarna biru muda berada di dada atasnya, ia juga mengenakan kemeja putih berlengan panjang sebagai dalaman kemeja luarnya. Ia memakai rok hijau tua dengan garis putih dibawah roknya. Roknya berada 15 sentimeter di atas lututnya dan memakai stocking hitam untuk menutupi betis dan pahanya.

"Ada keributan apa disini?"Tanya cewek itu sekali lagi sambil memandang kekacauan didepannya.

"Senpai, ada Normal Class berada disini, dan sesuai peraturan seharusnya Normal Class tidak berada ditempat ini"Ucap pemuda yang menghajar Allen menjelaskan. Cewek itu kemudian menatap Allen yang masih terduduk dilantai.

"Ayo, Senpai. Kita keluarkan dia"Teriak seseorang yang berada di dalam kantin. Membuat semuanya berseru mengiyakan.

"SEBENTAR"ucap cewek yang dipanggil senpai itu. Seisi kantin langsung diam. Cewek itu Kemudian memandang kearah Allen, berusaha meyakinkan penglihatannya walau kemungkinannya 1 berbanding 100.

"Ternyata benar dia"batin cewek itu setelah yakin akan penglihatannya.

"Peraturan sekolah memang mengatakan bahwa Normal Class dilarang berada disini, kecuali ada keperluan. Dan kamu, apakah sudah menunggu lama?"Tanya cewek itu menghampiri Allen yang masih terduduk dan membantunya berdiri.

"Tapi senpai.."Ucap pemuda yang tadi menghajar Allen keberatan.

"Dia kesini untuk menemuiku, maaf sudah membuat kamu mendapatkan masalah"Ucap cewek itu memandang kearah Allen dan merapikan seragam pemuda itu. Allen hanya mengangguk walaupun terlihat ia masih bingung.

"Baiklah, Aku rasa semuanya sudah jelas. Kalian jangan membuat lagi keributan disini, itu sangat mengganggu, mengerti?"Tanya cewek itu mendapatkan seruan mengerti dari semuanya.

***

"Hei, lo lupa sama gue?"bisik cewek itu begitu ia dan Allen duduk kembali di meja kantin dan membuka buku menu pesanan. Ia tak mau seorangpun mendengar pembicaraan mereka.

Allen memandang cewek itu sejenak, seakan berpikir apakah ia mengenal cewek di depannya.

"Em, kamu siapa ya?"Tanya Allen pelan sambil memperbaiki kacamatanya yang melorot.

"Oh ya, dari kampung. Maklum"Batin cewek itu kemudian kembali tersenyum.

"kamu yang menolongku waktu di mall kemarin. Aku Kate, apa kamu ingat?"Tanya cewek itu yang ternyata Kate. Allen mengangguk.

"Sebenarnya aku memiliki banyak pertanyaan untukmu, tapi karena sebentar lagi akan masuk, kita simpan saja itu untuk makan, kamu mau pesan apa? Biar aku yang bayar, anggap saja ucapan terima kasih dariku untuk kemarin"jelas Kate. Allen hanya mengangguk ngangguk walau sebenarnya ia kurang paham kata "ucapan terima kasih" bukankah hanya mengatakan terima kasih saja sudah cukup?

Allen kembali memandang buku menu yang berada di hadapannya dan melihat gambar makanan yang sama sekali belum pernah dilihatnya. Melihat kebingungan Allen. Kate tersenyum dalam hati. "pasti dia belum pernah makan makanan High Class, sepertinya gue harus membantunya kali ini"Batinnya. Kemudian meletakkan buku yang dipegang Allen kemeja.

"Aku yang pilih, dan pastinya makanan ini sangat enak, apakah kamu tidak keberatan?"Tanya Kate. Allen hanya mengangguk lagi. Ia kembali mengingat kata Miss Winda bahwa apabila ada pertanyaan, mengangguk saja cukup apabila ia tidak mengerti.

"Baiklah"ucap Kate. Kemudian menuliskan pesanannya di sebuah kertas dan menggantungkannya di sebuah tali yang berada diatas mereka. Setelah itu kertas itu meluncur ke arah cashier yang berada di depan dapur kantin.

"Jadi, kenapa kamu berada disini?"Tanya Kate sambil bertopang dagu dan memandang ke arah Allen.

"Untuk makan"jawab Allen singkat karena ia tak bisa berpikir jawaban apa yang harus diucapkannya.

"<aksudku, apakah kamu bersekolah disini juga?"Tanya Kate sambil memandang seragam putih abu abu Allen. Allen mengangguk

"Setelah ini aku harus kembali ke kantor guru"jawab Allen. Kate mengangguk mengerti.

"Terus, kenapa seragam kita berbeda?"Tanya Allen yang sedari tadi penasaran karena mendapati 3 seragam berbeda di satu sekolah. Kate tersenyum "ketika kamu masuk ke dalam gedung, apa kamu melihat pintu kiri dan kanan?"Kate membalikan pertanyaan. Allen mengangguk.

"Apa yang dikatakan security? Maksudku, satpam?"Tanya Kate sekali lagi.

"Pintu kanan untuk Normal Class dan kiri untuk High Class"

"Seragam yang kamu kenakan itu untuk seragam anak anak Normal Class, sementara seragam biru yang dikenakan anak anak disini itu seragam High Class, kamu mengerti?"Tanya Kate. Allen mengangguk

"Terus, seragam kamu? Biru tua?"Tanya Allen.

"oh, kau tahu OSIS? Mungkin disekolah lamamu aku disini semacam OSIS, intinya membantu guru guru menertibkan siswa, semacam itulah"ucap Kate. Allen mengangguk. "dan kamu cukup beruntung hari ini aku tugas di kantin High Class, kalau tidak, mungkin kamu sudah dipermalukan tadi"lanjut Kate.

Kemudian pesanan mereka datang. Kate memesan 2 beef steak dan 2 cappuccino float ia sengaja memesan pesanan yang sama karena makanan ini adalah favoritnya sewaktu berada di kantin High Class

"Silahkan, kuharap kamu suka. Mari makan"ucap Kate sambil menyatukan kedua tangannya kemudian mengambil garpu dan pisaunya untuk makan beef steaknya. Sementara Allen, ia hanya diam dan memandang Kate bingung. Bagaimana caranya memakan makanan yang berada di hadapannya? Selama di dunia manusia, ia belum pernah sama sekali memakan makanan disini. Sesekali ia melirik makanannya, terdapat dua buah yang entah apalah itu, ia mencoba mencari tahu dengan kacamatanya tapi tetap saja nihil. Mungkin kacamatanya hanya berisi informasi pelajaran sekolah.

"Ada apa?"Tanya Kate setelah memasukan daging ke dalam mulutnya dan menatap Allen heran.

"Aku tak tau cara memakan ini, apakah aku harus mengangkat benda ini dan memasukannya kedalam mulutku? Tetapi, ini terlalu besar"ucap Allen polos membuat Kate hampir tertawa. Namun ia menahan tawanya kembali, sebodoh apa pun pemuda di depannya, ia telah membantu Kate, walau secara kebetulan.

"Caranya begini"Ucap Kate kemudian mengambil garpu dan pisaunya. Allen hanya melihatnya sampai daging itu dimasukan ke mulut Kate. "kamu mengerti?"Tanya Kate. Allen tak menjawab dan mengambil garpu dan pisau miliknya, tapi sekali lagi, entah kenapa ia mengalami kesulitan. Kate tersenyum. Bagaimanapun, dia orang yang nolong gue. Kate kemudian mengambil garpu dan pisau yang dipegang oleh Allen dan memotong beef steaknya setelah itu ia menusuknya memakai garpu dan menyuapi kearah Allen.

"Kamu tidak keberatan kan?"Tanya Kate yang menyodorkan beef steak didepan Allen. Allen mengangguk dan membuka mulutnya. Kate tersenyum kemudian menyuapi pria yang berada di depannya.

"Bagaimana? Enak?"Tanya Kate. Allen mengangguk. Makanan yang masuk ke dalam mulutnya ternyata enak. Apakah semua makanan manusia seenak ini?

"Cara makannya begini"ucap Kate kemudian berdiri menghampiri Allen dan mengambil kedua tangan Allen dan menyuruh pria itu memegang garpu dan pisau. Sambil memegang tangan Allen. Kate mengajarkan bagaimana cara memotong dan menusuknya. Allen tersenyum senang begitu ia berhasil makan tanpa bantuan Kate. Kate pun tersenyum, entah kenapa ia tak bisa melepaskan senyuman di wajahnya.

"Ini"ucap Allen sambil memegang garpu yang berada daging dan menyodorkannya ke arah Kate yang telah balik duduk di bangkunya.

"Sekarang giliranku"ucap Allen tersenyum. Kate hanya terdiam dan salah tingkah, tapi entah kenapa ia membuka mulutnya dan menerima suapan dari Allen.

***

"Hei hei, kalian lihat, Kate-senpai dan pemuda itu suap suapan"ucap salah seorang cewek ke arah temannya. Membuat semuanya yang semeja dengan cewek itu menatap Kate dan Allen.

"Mereka kencan?"Tanya salah seorang. "bisa jadi, mereka kelihatan begitu mesra, bahkan sejak tadi Kate-senpai tersenyum dan sempat memerah wajahnya begitu disuapi pemuda itu"

***

"Bagaimana makanannya? Enak?"Tanya Kate. Allen mengangguk ia dan Kate baru saja selesai memakan beef steak dan meminum cappucino float mereka.

"Setelah ini kamu akan kemana?"Tanya Kate lagi.

"Aku harus kembali ke kantor kepala sekolah, sudah kukatakan sebelumnya kan?"Tanya Allen. Kate mengangguk.

"Kalau begitu, ayo aku antarkan, kebetulan aku ada keperluan di kantor guru"

"Baiklah, ayo"

***

avataravatar
Next chapter