1 Prolog

Tinggal di sebuah desa yang terpencil dan jauh dari kota besar membuat semua penduduk disana menjalani kehidupan disana dengan penuh gotong royong dan saling tolong-menolong. Daerah di sekitar desa itu cukup luas dan memiliki tanah yang subur untuk ladang pertanian. Ketika memasuki masa panen semua penduduk akan menyimpan hasil panen tersebut untuk ketika masa sulit datang, seperti ketika musim kemarau yang panajang dan musim dingin yang tidak menumbuhkan tanaman sama sekali.

Meskipun tidak hidup dalam kemewahan yang selalu berlebihan, para penduduk selalu memancarkan senyuman mereka dengan penuh kegembiraan. Termasuk para anak-anak yang tinggal di panti asuhan desa itu. Mereka selalu riang dan gembira, terutama ketika masa panen telah datang. Para anak-anak itu akan ikut serta membantu proses panen yang sedang berlangsung.

"Hei! Alex, kau seharusnya tidak membawa gandum sebanyak itu" Kata seorang gadis muda seusianya, dia salah satu anak dari panti asuhan yang ikut membantu dalam kegiatan panen saat itu.

Alex membawa banyak gandum dengan kesulitan dan jumlahnya lebih banyak "Hah? ini tidak seberapa aku akan tumbuh kuat dan menjadi yang terkuat" Dia mengatakan itu dengan senyuman diwajahnya.

"Biarkan saja dia Sophie, nanti juga pasti akan jatuh berserakan" Kata seorang temannya yang ikut membantu kegiatan panen, mereka berjalan menuju lumbung desa "jika kau menjatuhkannya jangan membuat yang lain kerepotan!"

"Berisik kau Gary" Alex mengejeknya dengan memasang wajah konyol "Kau lemah, memang leeee….mmaa….ah…."

"Hah!!" Dia ikut tersulut "kau berani macam-macam denganku?"

"Oh? Mau bertanding? Baik, yang sampai di lumbung pertama kali dia yang menang"

"Baik, ayo mulai!!"

Mereka bertanding, sesaat setelah itu mereka langsung berlari dengan kecepatan yang mereka miliki. Selayaknya anak-anak merek selalu menghabiskan waktu dengan penuh kegembiraan dan permainan. Teman-teman yang lain hanya memperhatikan saja. Alex, Gary dan Sophie mereka bertiga adalah yang tertua dari anak-anak panti asuhan. Usia Sophie sekitar 14 tahun, sementara Alex dan Gary satu tahun lebih tua dari Sophie.

"Mereka memulai lagi" ucap Frey dia berusia 9 tahun, anak perempuan yang berjalan disamping Sophie "apa kau tidak akan menghentikannya kak Sophie?"

"Biarkan saja mereka" Melihat mereka berdua yang berlari jauh, dengan wajah datar "jangan sampai kau ikut-ikutan ya Frey.."

"…" Frey hanya melihat tingkah konyol mereka.

Selain mereka berempat ada juga empat anak lainnya yang berusia 10 tahun yang tinggal bersama di panti asuhan. Mereka adalah Sara, Saly, Arie dan Niel. Anak-anak dari panti asuhan itu jumlahnya ada delapan anak. Kesemuanya turut serta menolong dalam masa panen itu, membawa beberapa karung kecil yang terisi gandum dan ada juga yang mengikatnya dengan tali. Yeah meskipun anak-anak mereka hanya membantu sedikit, tentunya pengasuh panti itu juga ikut menolong juga. Dia pengasuh yang baik hati, Cantik, dan muda. Dia bernama Alice.

"Hei…hei anak-anak jangan berlarian, nanti jatuh berserakan" Ucap Nona Alice, dia pengasuh panti asuhan yang ada di desa itu. Semua orang di desa itu menghormatinya, dan dia selalu ramah kepada semua orang.

"mereka berdua selalu bersemangat ya…" Sara menanggapinya.

"Tapi bukankah setiap hari mereka selalu seperti ini" Saly menghela napas pendek.

Berbeda dengan kedua perempuan itu, Arie dan Niel melihat mereka berdua dengan kekaguman.

"menurutmu siapa yang akan sampai dahulu" Tanya Arie sambil melihat kearah Niel.

"Mungkin Kak Alex akan terjatuh, dia selalu ceroboh dalam beberapa hal" Jawab Neil.

"Heh… jadi begitu ya, tapi Kak Alex selalu bersemangat dan sepertinya dia lebih jauh berlarinya" Arie memicingkan matanya melihat kearah mereka berdua.

Hari itu sebenarnya panen hampir sudah selesai, hanya tinggal membawanya dari ladang munuju ke lumbung penyimpanan. Sore itu tinggal sedikit lagi gandum yang dibawa menuju lumbung, semuanya berjalan lancar. Matahari juga sebentar lagi akan terbenam, langit merah yang indah sedang menunjukkan keagungannya.

Dari kejauhan tampak seorang kakek tua mengendarai gerobak yang ditarik oleh seekor kuda jantan berwarna coklat tua. Semua warga yang berjalan menuju desa dari ladang melihat kakek tua itu, dan sepertinya semua orang kenal. Setiap orang yang menyapanya kakek tua itu melambaikan tangannya sambil tersenyum ramah. Di mulutnya ia menghisap pipa yang mengebul asap ketika dia menghembuskan napasnya. Penampilannya memakai jubah panjang dan lebar, lalu memakai topi kerucut dan dengan janggut panjang yang ditata rapi. Dia adalah seorang pertapa sekaligus penyihir yang senang berkelana. Dia juga sering datang ke desa itu.

"Halo Tuan Elsker… lama tidak jumpa" Seorang warga menyapanya sambil mengangkat topi jerami yang ia kenakan saat bekerja di ladang.

Satu persatu para penduduk di sekitarnya lalu menyapa "Selamat datang Tuan Elsker!"

"Wah Tuan Elsker datang"

"Tuan Elsker! selamat sore"

Tuan Elsker sedang duduk mengendalikan kudanya agar berjalan lebih pelan, dia tersenyum kepada para warga itu, sambil mengangkat satu tangannya "Hai… kalian sehat-sehat saja kan, kalian sehabis panen ya"

Dia adalah penyihir tua yang disegani sekaligus seorang petapa yang mendalami berbagai ilmu dan penuh dengan kebijaksanaan. Oleh karena itu dia sering bepergian kesana-kemari untuk mencari berbagai ilmu unik serta fenomena-fenomena yang kemungkinan akan datang mengancam.

Tuan Elsker terus mengendarai kereta kudanya itu dengan tenang sampai ia berpapasan dengan Alice bersama beberapa anak-anak yang ada didekatnya.

"hai Nona Alice, selamat sore" Sapa Tuan Elsker itu dengan ramah.

"Oh!.. Tuan Elsker, kau sudah kembali. Selamat datang" Jawab Alice dengan ramah "Anda sehat-sehat saja kan?"

"tentu, aku bahkan merasa bisa hidup beberapa ratus tahun"

"Hai Kakek Elsker" Sapa seorang gadis yang imut dan mungil, dia adalah Frey.

"oh hai Frey, kau sudah tumbuh sekarang" Jawab Tuan Elsker

"Hehe…" Frey hanya terseyum kecil.

Lalu Saly ikut menyapa dengan malu-malu dan menunduk "Kakek Elsker…"

Tuan Elsker melihatnya dan tahu apa yang dia pikirkan "Naiklah, kalian semua naiklah"

"Benarkah?" Jawab Saly dengan penuh kegirangan.

"Yeay…." Ucap Sara.

Mereka semua lalu naik ke kereta kuda milik Tuan Elsker. Sophie membantu menaikkan Frey, Sara dan Sely, sementara Arie dan Niel langsung naik dan duduk di samping tuan Elsker. Nona Alice hanya melihat kelakukan lucu mereka dengan tersenyum kecil. barang bawaan mereka berupa gandum itu lalu diletakkan ditengah. Dan terakhir nona Alice ikut naik. Setelah itu kereta kuda kecil itu berjalan. Kuda yang menariknya tidak tampak lelah atau apapun itu, mungkin dia adalah kuda yang paling kuat karena kelihatannya dia lumayan gagah.

"Ehm…" Tuan Elsker tampak kebingungan "Dimana Alex dan Gary?"

"yeah… Mereka sudah pergi dulu tadi, seperti biasanya mereka bertanding" Jawab Sophie, dia menghela napas panjang.

"ahaha….Mereka selalu tampak bersemangat" Tuan Elsker menjawab dengan senyuman.

"Kakek Elsker ayo melaju kencang" Pinta Arie

Lalu Niel melanjutkan "Kita susul mereka berdua"

"ahaha…. Baiklah kalian semua berpegangan" Tuan elsker bersiap melecutkan tali yang mengendalikan kuda miliknya "Hiya…Hiyaa…."

Kuda yang menarik kereta itu hanya merespon tidak peduli. Seperti dia hanya berjalan dengan malas. Kuda itu sepertinya juga istimewa, dia hanya akan merespon jika keadaanya darurat atau jika diperlukan untuk berlari kencang.

"eeeehh!?!?!?" tampak wajah kedua anak itu kecewa

"Sepertinya kuda ini sedikit kelelahan, ahahaha…." Tuan Elsker menjawabnya dengan santai.

Nona Alice juga ikut tersenyum tipis "Kalian berdua jangan menganggu Tuan Elsker"

Mereka lalu menuju desa dan menyimpan gandum yang mereka bawa ke lumbung di desa itu. Tuan Elsker juga mengantarkan mereka menuju panti asuhan lalu menitipkan kuda beserta keretanya di situ, ada sebuah kandang di panti itu. Sebenarnya Tuan Elsker yang mendirikan panti itu lalu Nona Alice datang dan dengan senang hati mengurus panti tersebut. Tuan Elsker selalu mengunjungi desa itu setiap saat untuk melihat keadaan anak-anak yang ada di panti.

Mereka semua adalah anak-anak yang kehilangan orang tuanya akibat suatu invasi monster beberapa tahun kemarin, mereka berhasil selamat bersama orang-orang yang mengungsi. Tetapi karena tanpa orang tua, Tuan Elsker mengadopsi mereka dan mengasuhnya di sebuah desa yang dia bangun. Desa itu bernama Senja Merah, dinamakan begitu karena desa itu memiliki pemandangan yang indah ketika matahari mulai terbenam.

Kesemua warga yang tinggal disitu memiliki latar belakang yang sama, yaitu korban perang dan korban akibat invasi para monster hutan beberapa tahun terakhir. Dengan bantuan Tuan Elsker, mereka lalu membangun desa di pinggiran hutan yang aman dan disekeliling desa itu ada pagar kayu yang menjulang tinggi sebagai pertahanan desa. Tuan Elsker juga mengajari para penduduk untuk, bertani, melindungi desa dengan busur dan panah, mengajari mereka berburu hewan di hutan, dan mengajari mereka untuk saling menjaga satu sama lain. Kekeluargaan yang Tuan Elsker ajarkan sangat kuat, disamping juga karena kesamaan nasib.

Desa itu terletak di dekat hutan yang lebat tetapi karena di pinggiran jadi tidak terlalu mengerikan atau mendapat serangan hewan liar, dan di sebelah utaranya ada pengunungan yang jaraknya lumayan jauh. Tetapi udara dingin nan sejuk dari pegunungan membuat desa itu juga merasakan hal yang sama. Dari pegunungan itu mengalir sungai, dan percabangannya sampai ke kerajaan terdekat serta kota yang menjadi daerah kekuasaannya. Kerajaan yang dimaksud adalah Kerajaan Broomiere, milik ras manusia dengan wilayah yang sangat menguntungkan dalam hal pangan.

Tujuan Tuan Elsker ke desa itu bukan hanya untuk mengunjungi mereka saja tetapi juga karena alasan lain. Alasan ia datang kemari karena ada beberapa anak yang dia titip kan kepada panti asuhan selama beberapa tahun sebelum dia mengambilnya kembali untuk dia didik secara pribadi. Dan kedatangannya sekarang adalah untuk mengajak beberapa anak-anak itu untuk ikut bersamanya. Mereka anak yang terpilih. Mereka adalah Alex, Gary dan Sophie.

Ketiga anak itu berasal dari desa yang sama sebelum mereka tinggal di Desa Senja Merah. Desa kelahiran mereka dibakar hangus oleh monster yang menginvasinya. Hanya mereka bertiga yang bertahan lalu diselamatkan oleh Tuan Elkser yang sedang berkelana. Ketika pertama kali dia melihat ketiga anak itu, dia terkejut bukan main. Mereka bertiga memiliki energi yang sangat kuat dan banyak. Umumnya energi itu dinamakan Mana. Dengan mana sebanyak itu, mereka bisa menjadi seorang ksatria yang akan menyelesaikan masalah yang sedang ada saat ini. Masalah besar yang akan memicu terjadinya perang besar sekali lagi.

avataravatar
Next chapter