1 Prolog

Diatas baris penggunungan yang menjulang tinggi dan berselimutkan salju.

Dimana angin bersuhu begitu dingin berhembus cukup kencang, bersamaan dengan awan mendung kelabu yang menutupi seluruh langit wilayah itu.

Tepat diantara salah satu bebatuan paling puncak pada pegunungan tersebut, terlihat seseorang tengah duduk dengan santai meski diatas tumpukan salju sekalipun, sembari menekuk lutut kaki kanan keatas sebagai alas tangan kanannya.

Dia adalah seorang pemuda yang mengenakan mantel hitam beserta syal yang juga memiliki warna hitam, melingkar dileher hingga menjuntai ketanah melalui punggungnya.

Disamping kanannya terbaring sebuah katana panjang dengan pangkal pegangan pedang berwarna merah masih berada dalam sarung pedang bergagang hitam.

Pemuda itu tengah memandangi langit, seolah ia tengah menanti sesuatu dari balik langit itu.

Setelah beberapa saat kemudian ia mulai menghela napas, uap berwarna putih menyembul dari mulutnya.

Tak disangka pada waktu yang sama, dari balik awan mendung turunlah seorang pria dari langit, pria tersebut memiliki sepasang sayap putih layaknya milik burung merpati yang melekat dipunggungnya, namun dengan ukuran yang jauh lebih besar.

Rambut pria itu agak bergelombang dengan warna warna pirang dan panjangnya hampir mencapai bahu.

Matanya berwarna keemasan, terlihat begitu berkilauan.

Orang itu mengenakan pakaian mewah layaknya bangsawan Eropa pada zaman dahulu.

Dia berhenti mendekat setelah sampai pada ketinggian tertentu, namun tetap dalam posisi terbang diatas pemuda yang telah menunggunya.

Setelah melihat kemunculan itu, sang pemuda itu meraih katana miliknya dan segera berdiri.

"Wahai manusia, alangkah beraninya dirimu mencoba membuka gerbang menuju tempat suci kami. Sebaiknya kau memiliki alasan yang bagus untuk ini. Atau aku akan membereskan dirimu disini tanpa sungkan sekalipun."

Ucap pria bersayap itu dengan nada penuh rasa tinggi hati yang begitu kuat dan bergema cukup keras diseluruh puncak pegunungan ini.

"Ah... jangan khawatir, aku hanya mencoba memperbaiki hal yang seharusnya. Mungkin aku hanya akan sedikit membuat babak belur para Dewan Tinggi kalian."

Pemuda itu mengakhiri ucapan provokasinya dengan senyuman.

Nampaknya perkataan si pemuda membuat sang pria bersayap sangat murka, hingga membuat pria bersayap tersebut mengerutkan dahi serta merapatkan giginya.

Matanya memancarkan amarah yang begitu membara.

"Lancang sekali manusia rendahan sepertimu berbicara dengan arogan dihadapan ku. Baiklah biar kematian yang mengajarimu tata krama."

"Hooo... sayangnya aku tak tahu siapa yang akan mati disini."

Dengan penuh rasa murka, pria bersayap itu mengarahkan telunjuk tangan kanannya kedepan mengarah pada pemuda itu.

Kobaran api muncul dari udara yang tipis dan berkumpul menjadi bola api yang sangat besar didepan telunjuknya.

Kemudian bola api itu mulai terkompres makin mengecil hingga ukuran kelereng, cahayanya juga semakin terang.

Dalam waktu singkat bola api itu melesat ke arah pemuda itu dengan sangat cepat.

Pemuda itu menyikapinya dengan tenang dan mengayunkan telunjuk tangan kirinya untuk menebas bola api itu dengan cepat.

Bola api itu terbelah jadi dua melewatinya, belahan yang pertama melesat menuju bagian puncak gunung yang lain dan meledak seukuran ledakan bom atom hingga meruntuhkan gunung itu, sementara untuk belahan lainnya meledak di dataran yang jauh lebih rendah dan menciptakan kawah sangat besar.

Pemuda itu tampak tidak bergeming dengan hal mengerikan yang baru saja ia hadapi dan menyikapinya dengan santai.

"Aha ha ha... kamu ini sungguh tidak sabaran, lihat perbuatan mu yang telah merusak lingkungan sekitar."

Pria bersayap itu sangat terkejut sekali melihat hal yang tak terbayangkan ini, ia terpaku karena hal mustahil bagi manusia lakukan justru baru saja terjadi tepat didepan matanya.

"Bagaimana mungkin seorang manusia sanggup menahan serangan setingkat ini dengan mudahnya? Rumor itu benar, bahwa ada manusia yang sudah mencapai Tahap Dewa Roh. Eksistensi mu harus dihilangkan dari dunia."

"Huft... Lakukanlah jika kau sanggup, jadi selamat mencoba."

Raut wajah pemuda itu terlihat cukup santai meski disituasi yang sangat menegangkan.

Lalu ia melempar katana ditangan kanannya ketangan kiri, kemudian memegang gagang pegangan katananya dengan tangan kanan.

Pemuda itu mengambil sikap kuda-kuda, kemudian dengan secepat kilat melakukan tebasan vertikal kearah langit dan membuat garis tebasan energi warna hitam yang sangat panjang dan meluncur melewati pria bersayap itu.

Awan mendung diatasnya pun terbelah dua hingga jauh melintasi cakrawala.

Cahaya matahari nan menyilaukan, saat itu juga terlihat turun melewati celah awan mendung yang sudah terbelah.

"Ke-kekuatan ini... seorang manusia memiliki kekuatan ini ? Sulit diper-"

Ucapannya terhenti bersamaan dengan wajah ketakutannya, perlahan tubuh pria bersayap itu terbelah dua lalu hancur tercerai-berai tak bersisa.

"Huh... selanjutnya tinggal memasuki tempat mereka melalui gerbang itu."

Lalu pemuda itu menyarungkan katananya kembali.

Raut wajahnya menjadi dingin, sambil menajamkan tatapan matanya ia merenung.

"Tak kusangka aku bisa sampai seperti ini, yang awalnya hanya manusia biasa dan menjalani kehidupan normal seperti orang lain. Namun semua berubah sejak malam itu yang sudah bertahun-tahun berlalu, malam yang menuntun takdirku sebagai Pewaris Kaisar Roh."

avataravatar
Next chapter