8 Bab 7 - Druid dan Manusia

Seorang dari ras Druid?... Aku pernah mendengar mitologi mengenai mahluk ini dari legenda bangsa Eropa.

Namun tak kusangka mereka benar-benar ada, dan lagi yang paling mengejutkan adalah fakta bahwa mereka ternyata sungguh hidup diantara manusia hingga saat ini.

Apakah dia berasal dari dunia lain ataukah memang berasal dari dunia yang sama dengan manusia, itu masih merupakan misteri bagiku.

Entah kenapa setelah mengetahui ada hal semacam ini, didalam hatiku terpecik rasa menggebu untuk mengetahui hal ini lebih jauh.

Rasa ini seperti saat sedang membahas hal-hal mistis dengan teman atau orang lain dan kita jadi ingin dengar lebih banyak lagi.

Lalu tanpa kusadari mulutku begitu saja menyuarakan rasa keingintahuan dalam benakku.

"Druid? Mahluk mitologi dalam legenda bangsa Eropa? Huh... Tak kusangka mereka sungguh ada."

Mendengar pendapat ku, Gita mulai mengalihkan pandangannya pada wajahku yang tengah menunjukkan ekspresi takjub.

"Ah itu... sebenarnya bagi para Praktisi Roh manusia mereka bukanlah mahluk mitologi. Karena sejak dahulu kita sudah menjalin hubungan ibarat tetangga, bagi Praktisi Roh Manusia."

"Jadi semua ras Druid selama ini hidup berdampingan dengan Manusia, aku tak pernah menduganya."

"Tidak semuanya, yang hidup berdampingan dengan kita di Dunia Nyata atau bisa disebut Dunia Fana, hanya ada sebagian kecil saja. Sebagian besar dari mereka berasal dan juga hidup di Dunia Roh. Lalu begitu juga sebaliknya berlaku bagi kita Manusia."

Mataku perlahan terbuka lebar ditemani dengan ekspresi wajah yang sedikit terperangah, setelah mengetahui kebenaran dari dunia ternyata berbeda dari yang telah aku pahami selama ini.

Bagaimana aku bisa tidak heran? Jika hal sebesar itu bisa tersembunyi dengan rapi dari khalayak umum.

Dan lagi, aku juga ingin tahu apa yang membedakan Manusia dengan Ras Druid.

"Lalu selain jenis ras, apa yang membedakan kita dengan mereka?"

Gita kemudian melipat tangannya didada sembari sedikit mengangkat wajahnya untuk memandang langit.

Tak lama setelah termenung sesaat, dia mulai memalingkan tatapan wajahnya kepada diriku lagi.

Entah dia ingin menjelaskan atau tidak, aku hanya bisa menanti jawaban darinya.

"Hmmm... Sebenarnya ada banyak hal yang membedakan kita. Namun aku akan ambil point perbedaan paling utama antara ras kita dan mereka, yaitu bakat untuk dicintai energi roh."

Aku sedikit mengangkat alisku karena masih bingung dengan jawaban Gita barusan.

"Bakat untuk dicintai energi roh? Mungkinkah seperti mereka dapat dengan mudah berkomunikasi dengan Roh?"

"Bukan... Bukan seperti itu maksudku... "Bakat untuk dicintai energi roh" hanya perumpamaan saja. Sebenarnya Ras Druid sejak awal memiliki tubuh yang jauh lebih mudah beradaptasi dan menyatu dengan energi roh. Jadi mereka jauh lebih mudah dalam menyerap energi roh dari alam dan jauh lebih mudah bagi mereka melakukan kultivasi roh untuk menaikkan tingkatan roh mereka dengan cukup cepat. Kemudian kapasitas energi roh mereka yang jauh lebih banyak karena Druid lebih mudah mengendalikan energi dari roh alam. Dan yang terakhir, karena tubuh yang dicintai energi roh jugalah yang membuat mereka memiliki umur jauh lebih panjang dari manusia."

"Jika diambil kesimpulan dari penjelasanmu itu berarti manusia kalah jauh dengan mereka sebagai Praktisi Roh dalam berbagai aspek."

"Tidak begitu juga... Kamu tahu? Dunia itu punya caranya sendiri untuk menjaga keseimbangan. Jika Druid dicintai roh, maka Manusia dicintai raga. Tubuh Manusia jauh lebih baik dalam menampung maupun menahan tekanan dan kekuatan energi roh. Jika Druid mudah dalam menaikkan tingkatan roh namun untuk Manusia jauh lebih mudah melakukan terobosan tahapan roh. Menerobos tahapan roh adalah hal terberat bagi ras Druid karena tubuh mereka sulit menahan lonjakan kekuatan perubahan energi roh yang begitu besar ketika naik tahapan. Dan lagi Manusia juga jauh lebih maju pada bidang teknologi roh, salah satunya termasuk penempaan Senjata Suci."

"Ah... lalu mengenai Tahapan dan tingkatan roh aku masih belum begitu paham, Gita?"

"Anu... Maaf senior, aku akan menyambung perbincangan kita setelah aku selesai mencari bantuan untuk mengurus semua kekacauan ini. Senior tak keberatan bukan?"

"Uhm... Tentu, tidak masalah."

Lalu Gita mulai merogoh sakunya untuk mengambil ponsel miliknya.

Gita mulai membuka kunci di ponsel yang sudah ditangannya, kemudian dia segera mulai mengetikkan pesan pada seseorang.

Kemungkinan ini akan melibatkan organisasi lain selain dari organisasi para penyerang itu.

Sambil mengetik, Gita mulai berbicara padaku lagi.

"Maaf… Aku tahu kamu masih lelah tapi aku harus melibatkanmu sedikit lagi."

"Ya… Tak mengapa, lagipula dari awal aku memang sudah terlibat dalam situasi aneh ini karena keputusanku sendiri... Jadi ada apa Gita?"

"Kamu benar-benar orang yang baik senior... Jadi bisakah senior menjaga anggota organisasi Pengawas Roh yang tengah terluka disana sebentar saja sampai bantuan datang menolong? Sementara aku akan hubungi bantuan dulu."

"Uhm… tentu tak masalah. Dan panggil saja namaku, aku merasa lebih nyaman begitu daripada dipanggil senior."

Aku menggaruk bagian belakang kepalaku karena mengucapkan itu ditemani perasaan agak malu, sembari diriku memalingkan pandanganku darinya.

Dia justru tersenyum ketika menanggapi ucapanku itu.

"Baiklah… Mas Arya atau kupanggil Arya saja?"

"Um… ya itu lebih baik"

Setelah itu aku berjalan menuju seorang anggota organisasi Pengawas Roh yang sebelumnya tengah terluka dan tergeletak di jalanan.

Aku sungguh merasa bersalah karena aku sudah melupakannya tadi.

Sembari berjalan agak cepat, aku memikirkan apa yang harus kulakukan selanjutnya.

Aku sudah terlibat dengan organisasi berbahaya jadi aku juga harus bersiap dengan organisasi mereka yang akan datang untuk balas dendam.

Aku juga harus bertanya lebih detail soal dunia Praktisi Roh pada suara itu dan Gita.

Ketika sudah sampai ditempat pria itu aku mengambil posisi jongkok dan mengecek keadaan dia kemudian.

Dia nampak terluka cukup parah, aku ingin melakukan sesuatu tapi takut jika nantinya malah makin membahayakan kondisinya.

Karena aku tidak punya pengetahuan mengenai ilmu medis.

Hal terbaik adalah menjaganya saja, semoga tim penolong segera tiba.

Benar-benar malam yang panjang dan melelahkan.

Setelah ini aku hanya ingin pulang dan merebahkan diriku di kasur.

Dan juga besok aku pikirkan cara menghubungi suara itu, dia bilang ada dalam diriku, jadi pasti bisa kuhubungi lagi.

Demi kejelasan situasi dalam diriku ini... siapa dia? Dan siapa aku ini?

Ah... lalu ketika aku bertarung tadi... diriku tadi...

Aku mengerutkan dahiku karena harus teringat hal yang telah aku lakukan sebelumnya.

Tak kusangka aku memiliki sisi gelap seperti itu, aku bahkan sempat memiliki hasrat membunuh... Bersikap dingin dan tersenyum dengan dipenuhi hasrat membunuh yang cukup kelam.

Apakah aku terpengaruh dan tertelan oleh kekuatanku, ataukah itu diriku yang sebenarnya.

Aku takut jika alasan yang kedua yang benar, namun satu hal yang pasti aku tak boleh kehilangan siapa diriku ini.

Sambil merenung, angin malam berhembus menerpa tubuhku.

Terasa mulai dingin karena malam makin larut.

Suasana masih senyap, aku hanya mendengar suara Gita yang menelepon bantuan dari kejauhan.

Lampu-lampu dalam rumah disekitar banyak yang masih padam.

Tapi kenapa bisa begini, setelah semua keributan itu.

Harusnya orang-orang segera terbangun ketika keributan terjadi.

Aliran energi roh besar yang tadi menyelimuti mereka mungkin penyebabnya, aku tak tahu hal itu baik atau buruk.

Tapi sudahlah... Aku sudah terlalu lelah untuk memikirkan hal rumit, aku cari tahu lain kali saja.

***

Sekitar 15 menit telah berlalu semenjak Gita mencari bantuan.

Entah berapa lama lagi harus menunggu, kondisi luka orang ini cukup serius.

Disisi lain Gita selesai mengikat para penyerang itu.

"Gita... Apakah masih lama bantuan yang akan datang? Pria ini terluka cukup serius... Aku takut jika..."

Namun pada waktu bersamaan, tiba-tiba saja Gita menatap lurus ke arah belakangku.

"Tenang saja... Mereka sudah tiba."

Saat itu juga aku merasakan beberapa energi roh yang mendekat dari kejauhan.

Secara refleks aku menoleh kebelakang.

Dan aku melihat beberapa orang bermantel putih yang sama dengan milik pria terluka ini bermunculan dari atas atap rumah-rumah dan mendekat pada kami.

Jadi begitu, pria yang tengah terluka ini dari organisasi yang sama dengan mereka.

Tapi jika Gita tahu cara menghubungi mereka apakah dia salah satu dari mereka atau hanya memiliki relasi?

Yah setidaknya mereka pasti bukan orang-orang dengan niat buruk, aku bisa tenang untuk saat ini.

Mereka berjumlah 4 orang, namun salah satu dari mereka memisahkan diri.

Yaitu seorang gadis berambut coklat pendek menghampiri kearah ku dan pria yang terluka disampingku.

Dia mendarat dengan anggun, rambut dan mantelnya yang bergerak diterpa angin menambah kekerenan dan pesona pada kedatangannya.

Gadis ini memisahkan diri dari ketiga orang lainnya.

Sementara 2 dari 3 orang tadi menuju para tahanan yang diikat Gita.

Dan yang nampak seperti pemimpin mereka yaitu pria berkacamata dengan rambut hitam kecoklatan dan terlihat seperti berusia 30 tahunan itu.

Dia yang menghampiri Gita, nampaknya dia ingin mencari informasi terkait kejadian yang kami alami tadi.

Tapi jika dilihat, sikap pria itu nampak begitu hormat terhadap Gita.

Meskipun aku sedikit merasakan kekuatan mereka berada jauh diatas Gita.

Pastilah Gita memiliki status yang cukup tinggi.

Tidak, mungkin justru status keluarganya itu yang sangat tinggi.

Apakah sebenarnya keluarga Sanjaya dan organisasi Pengawas Roh itu?

avataravatar
Next chapter