7 Bab 6 - Balasan

Saat diriku masih tak sadarkan diri, disisi lain Gita nampak tengah kepayahan merangkak menuju diriku yang terbaring tak berdaya.

Sementara pria itu juga ikut menghampiri diriku, disertai senyum yang nampak begitu puas pada wajahnya.

Dikala merintih dengan raut wajah yang menahan rasa sakit, Gita memohon pada pria itu.

"Kumohon lepaskan dia... Pria ini tidak seharusnya terlibat dalam hal ini, karena dia hanyalah orang biasa."

Pria itupun terhenti sejenak setelah mendengar permohonan Gita, lalu mengalihkan pandangan pada Gita yang tengah memohon.

"Bocah ini sudah membuatku kesal dan telah mempermalukan ku. Kau pikir aku akan melepasnya begitu saja?"

Perasaan geram terlihat begitu jelas dari reaksi yang dibuat oleh Gita, ia mengepalkan kedua telapak tangannya dengan keras hingga gemetaran.

"Apa kamu tak punya harga diri sebagai Praktisi Roh untuk melukai orang biasa?"

Pria itu lalu terkekeh-kekeh ketika mendengar ucapan Gita, yang baginya tidak menyinggung harga diri miliknya sama sekali.

"Hey nona, kami ini orang-orang yang selalu melakukan pekerjaan kotor. Harga diri? Yang benar saja, itu bukanlah hal penting bagi kami."

Pria itu melangkah perlahan mendekati Gita, lalu dia pun berjongkok tepat dihadapan Gita.

"Begini saja, kalau kamu mau bersenang-senang denganku mungkin aku akan memikirkannya sekali lagi."

Pria itu mengatakannya dengan wajah penuh nafsu sambil membasihi bibirnya dengan lidah.

Gita nampak sangat kesal terhadap perkataan bejat pria itu.

Terlihat dia sedikit menggigit bibir bagian bawahnya.

Dikarenakan dia kecewa disaat yang sama, disebabkan oleh dirinya yang tidak sanggup berbuat apapun dalam situasi ini.

"Cih... kamu akan menyesali hal ini. Keluargaku tak akan pernah melepaskan kalian dimanapun itu."

"Hey... kau sedang tidak dalam posisi untuk mengancamku nona."

Tangan besar pria itu akhirnya melayang dan meraih kerah dari pakaian milik Gita tanpa sungkan sekalipun.

"Jangan khawatir aku akan membuat dirimu merasakan sebuah kesenangan."

Karena tak berdaya sama sekali, Gita hanya sanggup memejamkan mata dalam menghadapi nasib menyedihkan yang akan segera menimpa dirinya.

Namun pada saat yang sama aku mulai tersadar dan perlahan membuka mataku, aku sempat sedikit mendengar kalimat perdebatan mereka sebelumnya.

Dan karena dia telah berani melayangkan tangan kotornya pada Gita

Aku merasa begitu ingin membunuh pria brengsek ini.

"Ah... Aku sungguh sangat marah sekarang. Belum pernah sekalipun aku sampai ingin menghabisi seseorang seperti saat ini."

Karena suaraku tiba-tiba terdengar, Gita dan pria itu tersentak.

Karena diriku yang sebelumnya tidak sadarkan diri, tak disangka langsung ikut masuk ditengah pertikaian mereka.

Mereka akhirnya mengalihkan pandangan kearahku yang tadinya tengah terkapar, namun sekarang sudah berada dalam posisi duduk.

Saat ini aku merasakan tubuhku sangat ringan dan bertenaga.

Lalu aku segera berdiri ketika mereka masih terpaku melihatku.

"Senior... Syukurlah."

Dia mengucapkan itu dengan senyum lega, bersamaan air matanya yang mulai berlinang.

setelah melihat ekspresi Gita, ada perasaan sedikit kuat yang menembus hatiku.

Membuat aku ingin segera memeluknya dan mengatakan bahwa diriku baik-baik saja dan aku akan melindunginya.

Namun melihat kembali tangan pria itu yang masih menyentuh pakaian Gita, telah membuat rasa amarahku kembali membara.

"Jadi bisa kau lepaskan tanganmu itu darinya? Atau haruskah ku hancurkan lenganmu dahulu?"

Pria itu pun akhirnya mulai berdiri dengan wajah penuh keheranan.

Melihat ekspresi pria itu yang nampak kebingungan, membuatku menunjukkan senyum yang memberi kesan aku berada dalam posisi lebih unggul.

Bersamaan saat itu juga, iris mata kananku perlahan berubah menjadi merah dan pupilnya menjadi lonjong secara vertikal layaknya hewan buas.

Disertai energi roh berwarna merah yang mengalir keluar melalui pupil yang membentuk garis linear dan menghilang ketika memancar melebihi jarak tertentu.

Energi roh berwarna biru juga muncul mengitari tubuhku.

Amarahku yang kuat namun terkontrol, berubah menjadi intensitas membunuh yang kuat terpancar dari diriku, sehingga membuat pria itu jadi merasa waspada.

Meski sudah melihat kondisiku beberapa saat, dia masih sangat terheran-heran.

Padahal aku sudah terkena serangan roh yang fatal bagi manusia biasa karena belum memiliki kekuatan roh untuk melindungi tubuh.

"B-bagaimana mungkin kamu masih sanggup berdiri setelah menerima seranganku yang sudah Tahap Dasar Roh Tingkat 6? Padahal kamu hanya orang biasa tanpa perlindungan energi roh sama sekali. Apa mungkin saja kamu ini adalah seorang Praktisi Roh yang menyamarkan dan menekan kemampuan hingga nampak seperti orang biasa, jika dilihat dari dirimu yang mampu memancarkan energi roh sekarang. Tak heran kamu berani melawan Praktisi Roh."

"Hmm... sayangnya tebakan mu keliru. Aku memang hanyalah orang biasa. Aku hanya beruntung saja telah diberi kesempatan kedua."

"Cih... Omong kosong, lalu ada apa dengan mata milikmu? Aku belum pernah sekalipun melihat pengendalian energi roh yang sanggup mengubah mata sampai seperti itu."

Mataku? Kemudian aku baru saja sadar ada yang sedikit berbeda dalam bidang pandanganku, karena entah mengapa aku bisa melihat aliran energi roh disetiap elemen pada lingkungan sekitar termasuk yang ada dalam tubuh semua orang disini dan juga milik para penduduk yang tertidur dalam rumah-rumah sekitar.

Tapi ada yang sedikit janggal karena para penduduk sekitar yang tertidur, tengah dialiri dan diselimuti energi roh dengan jumlah yang sangat besar dari berbagai penjuru.

Apakah ini yang membuat mereka tetap tertidur setelah semua kegaduhan ini.

Kesampingkan hal itu dulu, ucapan pria itu telah membuatku penasaran.

Aku coba menengok kecermin pada jendela rumah terdekat untuk memastikan.

Ternyata memang benar mata kananku berubah menjadi merah disertai energi roh berwarna merah yang memancar keluar dari mata kananku itu.

"Kamu benar mataku memang berubah."

"Hentikan aktingmu itu, Ah... terserahlah. Lagipula meski aku melihat energi rohmu, aku sama sekali tak merasakan getaran energinya. Mungkin kamu memang lemah dari segi energi roh."

Tak terasa dan lemah? Aku tidak merasa begitu setelah hal yang kualami dalam alam bawah sadarku.

Tapi mungkin lebih baik jika aku mengujinya.

"Kalau begitu, kamu boleh untuk jadi alat uji coba kemampuanku?"

Nampaknya aku sudah membuat dia kesal lagi jika merujuk pada ekspresinya.

"Kamu memang cari mati! kamu pikir aku takut dengan energi roh yang selemah itu ?"

"Apa maksudmu? Dari awal kamu memang berniat membunuhku. Aku sudah siap meski kamu beberapa tingkatan diatasku."

"Kali ini kamu akan mati dengan cara sulit!"

"Hee... Kamu juga sudah bilang itu juga sebelumnya. Aku tidak tuli, atau memang omong besar saja kemampuanmu ?"

Dia sangat jengkel mendengar balasanku dari ancamannya.

Gita pun terkekeh-kekeh mendengar balasanku sembari melihat reaksi jengkel pria itu.

"Bocah brengsek!!!"

Kemudian pria itu menerjangku dengan murka.

Diapun mengarahkan tinju berlapis energi rohnya padaku.

Tapi ini memang saat yang tepat untuk menguji pemberian suara itu.

Saat ini aku coba alirkan energi roh keseluruh tubuh melalui jalur meridian untuk memperkuat tubuh.

Aku juga melapisi telapak tangan kananku dengan energi roh untuk menahan serangan yang meluncur padaku.

Lalu aku menempatkan telapak tanganku untuk menghadang serangannya.

DAP... SWOOSH... suara sentuhan telapak tanganku dengan tinjunnya menimbulkan suara dan angin karena dampak benturannya.

Tak disangka serangan itu berhasil aku tahan.

Pria itu kemudian terheran-heran sembari keringat dinginnya mulai bercucuran.

"Bagaimana mungkin seranganku ditahan hanya dengan satu tangan? Siapa sebenarnya dirimu ini? Bahkan cukup berani berurusan dengan kami."

Dalam keadaan ini aku memahami kekuatanku memang ada pada tingkat berbeda dari orang lain bahkan bagi Praktisi Roh sekalipun.

Akhirnya aku menunjukkan senyum percaya diriku padanya.

"Aku hanya orang yang kebetulan lewat saja. Dan kebetulan kalian duluan yang membuat masalah denganku dan juga rekan kerjaku. Maka aku hanya meladeni kalian."

Aura energi roh yang mengitari tubuhku makin besar sampai sedikit mengangkat baju dan rambutku.

Akan tetapi semua orang di sekitarku termasuk Gita, masih tidak merasakan getaran energi rohku sama sekali.

Semua yang berada disini jadi sangat bingung dan heran karena situasi membingungkan dari diriku.

Mereka jadi terdiam berusaha memahami yang sedang terjadi.

Aku melihat wajah pria itu makin banyak meneteskan keringat dingin.

Lalu aku menurunkan tanganku sementara pria itu masih mematung dalam posisi meninjunya.

Perlahan aku berjalan mendekatinya kemudian mendekatkan wajahku ke telinganya.

"Sekarang bagaimana caramu mengatasi diriku saat ini?"

Keringat pria itu mengalir semakin deras.

Dia mengambil langkah mundur secara perlahan dariku.

Aku hanya melemparkan senyuman dengan intensitas membunuh.

Ekspresi yang aku buat telah meningkat ketegangan pria itu.

"B-begini aku punya penawaran. Kami punya beberapa barang bagus dari bisnis kami atau jasa apapun yang kamu perlukan. Jika kamu mau melepaskan kami maka kamu bisa mendapatkannya cuma-cuma."

"Hoo... kalau begitu aku ada satu keinginan."

"S-sebutkan saja apa itu maka akan kami berikan."

"Memberi pelajaran yang pantas pada orang-orang yang membuat aku sangat kesal hari ini."

"T-tentu saja.. beritahu siapa dan profil tentangnya maka kami akan bereskan untukmu."

Akupun menunjukkan seringaiku padanya.

"Oh jangan khawatir, dia sedang berdiri dihadapanku saat ini."

Mendengar itu, dia jadi sangat tegang.

Jantungnya berdetak makin kencang, napasnya juga terjeda sejenak.

Tak lama dia mundur perlahan.

Kemudian membalikkan badannya dan lari sekencang mungkin.

Dia menengok ke arah sebuah rumah dan melompat ke atasnya.

Dan ketika dia hampir sampai atap.

SLAP... Suara dari telapak tanganku yang sudah memegang wajahnya.

"Sungguh tidak sopan meninggalkan lawan bicara begitu saja tanpa pamit dahulu."

SWOOOSH... BRUAGH... Dia terhempas ketanah oleh ayunan tanganku.

Perlahan aku mendekatinya lagi yang tengah berusaha berdiri.

"Ugh... kau harus tahu organisasi yang berdiri dibelakangku cukup berbahaya di dunia bawah. Jika kamu membunuhku maka kau akan berurusan sangat serius dengan organisasi kami."

Aku hanya menghiraukannya saja dan terus mendekatinya.

"Dasar keras kepala, jangan pikir aku hanya akan diam saja. Aku masih punya kartu truf."

Dia mengambil kuda-kuda untuk memantapkan posisi.

Dengan mata khususku, aku bisa melihat sirkulasi energi roh dalam tubuhnya.

Dari sumber energi roh diperutnya mengalir deras dan berkumpul pada kedua tangannya.

Setelahnya dia menyatukan kedua lengannya berdampingan kedepan dengan telapak tangan menghadap padaku.

"Aku tak menyangka harus memakai ini, teknik rahasiaku yang mampu melubangi baja tebal sekalipun. Meski harus kehabisan energi roh, setidaknya sepadan. HEAAAAA !!!! Teknik Dasar Roh Tingkat Atas... Meriam Roh Pemusnah!!!"

Kedua telapak tangannya bersinar terang.

Lalu melesatlah energi roh dari kedua telapak tangannya yang disatukan, berupa energi roh seperti laser dan menerjang kearahku.

Angin berhembus kencang ketika dilewati jalur serangan itu.

Tekanan energi besar yang mendekat aku rasakan pada tiap inchi tubuhku.

Dalam keadaan ini Mungkin lebih baik aku mencoba mematahkan serangannya daripada menghindar.

Selain meminimalisir kerusakan disekitar, itu juga bisa mematahkan harapan lawan.

Aku putuskan mengambil sikap kuda-kuda.

Siku tangan kanan aku mundurkan kebelakang.

Kemudian kualirkan sejumlah energi roh ketanganku itu membentuk pusaran disekitar lengan.

Teknik pengendalian roh yang kudapat tadi dan basis teknik beladiriku, jika aku gunakan bersamaan mungkin akan jadi cukup kuat.

Ini sungguh saat yang tepat untuk menguji kemampuanku.

Terjangan energi roh lawan melesat dengan cepat.

Tekanan yang aku rasakan bukan main.

Dalam jeda waktu ketika serangannya hampir mengenaiku, aku melepas seranganku.

"Teknik Dasar Roh Tingkat Atas... Pusaran Angin Penyayat!!!"

Dengan aliran energi roh yang aku kontrol bersamaan dengan tinju berotasi yang ku lepaskan.

Serangan lawan bertabrakan dengan tinjuku.

Swooosh... Energi lawan yang melewati tinjuku langsung memencar melewatiku tanpa menyentuh tubuhku, walau dampak dari tekanan anginnya masih menerjang tubuhku.

Pusaran energi roh dari seranganku terus maju secara horizontal dan memencarkan energi roh lawan.

Nampaknya aku berhasil membalikkan serangannya.

Pria itu yang melihat energi rohku yang terus menerjang kearahnya layaknya badai, dia terpaku tak percaya.

Dengan refleks dia menyilangkan tangan didepan tubuhnya untuk melindungi badannya.

SRAK!!! SREK... SRAK... suara koyakan seranganku mengenai tubuhnya dan wilayah sekitar dirinya.

Pakaiannya tersayat kecil-kecil bersamaan munculnya banyak luka sayatan tak terhitung yang memancarkan darah disekujur tubuhnya.

Energi rohku yang telah melewatinya pun mengikis dan menghancurkan area dibelakang dia.

Aku terkejut dampak seranganku bisa sebesar itu.

"Kugh... b-bagaimana bisa dengan energi roh yang tak terasa itu sanggup mengoyak seranganku dengan tingkatan energi roh yang jauh lebih besar?"

"Aspek kekuatan bertarung tidak hanya berdasar kuantitas saja tapi juga kualitas dalam mengolah kekekuatan itu sendiri."

"J-jika kamu sungguh seorang amatir seperti yang kau bilang maka kamu itu m-monster."

BRUUGHH!!!... dia terjatuh ketanah setelah berusaha berdiri sekuat tenaga.

"Yah... entahlah, kau bebas berpendapat."

Tak bisa ku percaya aku bisa menghabisi orang ini ketika aku kira tak mungkin menang sebelumnya.

Yah... semua ini berkat orang yang berbicara dalam diriku tadi.

Sepertinya aku memang perlu berbicara dengannya lagi dalam waktu dekat.

Kemudian aku berputar dan menghampiri Gita yang terluka.

Ketika aku sudah sampai dihadapannya, aku ulurkan tangan untuk membantunya berdiri.

Mata kananku pun segera berubah normal lagi disaat bersamaan.

"Terimakasih sudah menolongku sampai kamu terluka begini."

Gita terdiam sejenak melihatku, matanya ia buka lebar-lebar karena kejadian yang tak terduga ini.

Kemudian dia tersenyum sambil menerima uluran tanganku.

"Pada akhirnya kamu yang membereskan sendiri."

Melihat senyuman itu, secara refleks aku palingkan wajah ku untuk menutupi rasa maluku yang tersipu dengan wajah manisnya.

"Aku hanya beruntung saja mendapat kesempatan kedua."

"Aku juga tak menyangka senior bisa mendadak menjadi seorang Praktisi Roh, akan tetapi aku penasaran kenapa aku masih tak sanggup merasakan energi rohmu meski ketika kamu sudah memancarkan energi rohmu."

"Entahlah aku juga belum tahu, kamu juga mengucapkan hal yang sama dengannya."

Saat melihat orang yang kukalahkan barusan aku jadi terkejut.

"Eh???!!!"

Telinganya nampak runcing seperti Elf dalam cerita fiksi.

Aku jadi teringat perkataan suara dalam diriku sebelumnya soal tiga dunia.

Apa mungkin dia penduduk dari dunia lain.

Aku segera menatap Gita penuh pertanyaan dalam kepalaku.

Tapi Gita yang melihat pria itu, malah tidak terkejut.

Ia menajamkan tatapan matanya seperti sudah memahami yang terjadi.

"Hee... tak disangka salah satu ras Druid ikut terlibat dalam organisasi dunia bawah milik manusia."

Mendengar itu, aku jadi sangat yakin mengenai keberadaan dunia lain seperti yang dikatakan suara dalam diriku itu.

Dunia ini ternyata menyimpan hal begitu besar, hal apa lagi yang akan aku hadapi setelah ini ?

avataravatar
Next chapter