5 Bab 4 - Kondisi Kritis

Gita tersandar pada dinding dengan punggungnya setelah menerima serangan itu.

Kondisinya terlihat begitu kepayahan, Gita berusaha sebisa mungkin menopang tubuhnya dengan tombak agar tidak terjatuh.

Tapi Gita nampak berhasil memblok serangan tadi tepat waktu menggunakan tombaknya, jika dilihat dari bekas hangus pada gagang tombak tersebut.

"Urgh… Jika saja aku terlambat menepis dengan tombak ini dan melapisi tubuhku dengan energi roh maka aku sudah pasti terbunuh."

Gita nampak merintih menahan rasa sakit, tubuhnya gemetaran serta ada juga darah yang mengalir keluar melalui mulutnya.

"GITAAA!!!"

Teriak diriku dengan keras karena rasa khawatir padanya.

Mendengar suaraku itu, membuat Gita berusaha berdiri tegak kembali.

"Senior tak perlu khawatir, aku ini salah satu dari penerus aliran Senjata Suci Tombak Roh dikeluargaku. Hal seperti ini bukanlah masalah besar."

"Tapi lukamu nampak cukup parah. Sudah cukup Gita... Kumohon segera pergi dari sini."

"Sudah kubilang tenang saja senior, percayalah padaku."

Gita menunjukkan senyumnya ditengah rasa sakit yang ia tahan padaku.

Walau begitu diriku masih sangat khawatir, aku hanya bisa merapatkan gigiku dan mengepalkan tangan keras-keras hingga sedikit melukai kulitku karena melihat hal seperti itu.

Bagaimana bisa dia masih sanggup tersenyum begitu, meski dalam kondisi penuh luka hanya karena menahan satu serangan..

Aku merasa menjadi pria yang sangat tidak berguna saat ini.

Ada seorang gadis dihadapanku yang mana telah menolongku, namun aku hanya dapat terpaku melihatnya terdesak.

Aku sangat kesal kenapa tubuhku seolah menolak untuk bergerak.

Kemudian orang yang menyerang Gita pun menyeringai dan menolehkan pandangannya padaku.

"Pasti rasanya memalukan hanya bisa bersembunyi dibelakang wanita dan tak mampu melakukan apapun... Hey pria yang disana."

Perkataannya sungguh membuat ku kesal dan marah karena telah melukai harga diriku.

Aku pun ingin membalas dan menghajarnya saat ini juga karena rasa amarah ku telah tersulut.

Namun disisi lain aku juga sangat marah pada diriku karena tak dapat melakukan apapun.

Dengan tubuh yang terasa kaku ini aku berusaha membalas ucapannya.

Ketika aku sudah sedikit membuka mulut untuk menimpalinya, Gita sudah menimpali pria itu duluan.

"Dia hanya orang biasa dan tak ada hubungannya, wajar dia tidak harus ikut campur dalam hal ini. Bahkan dia berani melawan 5 Praktisi Roh seorang diri meski hampir tidak mungkin orang biasa bisa menang."

Gita lalu menunjukkan ekspresi merendahkan pada pria besar itu.

"Dia jauh lebih baik daripada dirimu. Kau hanya berani pada orang yang jauh lebih lemah darimu. Kau inilah yang pengecut, hanya berani memukul wanita bahkan tanpa aba-aba dahulu dengan segannya."

Pria itu mulai menunjukkan rasa kesalnya dan mulai menanggapi peryataan Gita.

"Hah? Sepertinya kamu belum paham mengenai dunia pertempuran, nona. Aku tak terlalu peduli soal harga diri seperti itu. Dalam pertempuran, berani ambil keputusan apapun bukan masalah. Yang penting pastikan dirimu tidak terbunuh karena hal kecil sekalipun. Meski yang kau hadapi wanita atau anak-anak sekalipun."

Gita justru menunjukkan tawanya setelah mendengar itu.

"Ha ha ha… itulah kenapa aku bilang senior jauh lebih baik daripada dirimu. Kau hanya seorang pengecut yang takut akan hal-hal kecil dihadapanmu."

Kemudian Gita mengambil posisi siap bertarung, dengan keadaannya yang masih terengah-engah.

Gita membuka mulutnya dengan tubuh yang sedikit gemetaran.

"Yah terserah, lagipula aku akan membereskanmu segera. Aku tak akan kalah terhadap pria sepertimu. Kita akhiri perbincangan ini."

Tanpa takut sekalipun Gita memprovokasi pria itu.

Dan pria itu memperlihatkan amarahnya yang mulai makin membara, dia merapatkan giginya sambil mengepalkan tangan untuk menahan luapan amarahnya.

Dia mengeluarkankan tekanan energi yang sangat besar sampai tanah yang ia pijak pun retak.

"Aku akan pastikan kalian mati tidak dengan cara mudah."

Ucap pria itu ditemani tatapan mata yang melotot.

Tak butuh waktu lama, Gita segera berlari dengan kencang kearah pria itu sambil menghunus tombaknya kedepan.

Dia bergerak sangat cepat, akan tetapi pria itu menembakkan kumpulan energi roh yang berasal dari telapak tangannya secara beruntun.

Namun Gita mengindarinya dengan cepat sambil terus melaju secara zig zag melewati celah serangan itu.

Gita sudah tepat didepan pria itu, namun pria itu melakukan tinju kedepan berselimut energi roh.

Gita tidak menepis tapi merundukkan dirinya, dan mengambil posisi siap menghunus tombaknya.

Gagang area pangkal dipegang tangan kanan, tombaknya membentang melewati dada dan tangan kiri menopang gagang yang dekat mata tombak.

Lalu tombaknya diselimuti aura roh yang lumayan tebal, kemudian dia memantapkan posisinya dan meneriakkan nama tekniknya.

"Gaya Tombak Roh Keluarga Sanjaya Tipe Dasar… 9 Kilat Penghujam !"

Gita melakukan 9 tikaman tombak yang sangat cepat hingga meninggalkan jejak bayangan dirinya alias <<afterimage>>, sehingga nampak Gita melakukan 9 serangan dalam satu waktu.

Pria besar itupun terdorong mundur beberapa meter.

Sayangnya serangan Gita barusan hanya meninggalkan goresan kecil saja di tubuh pria itu, pria itupun kemudian menyeringai.

"Serangan yang menakjubkan, jika saja tingkatan roh mu sama denganku maka aku pasti sudah terbunuh. Tapi dengan kekuatanmu sekarang akan sangat sulit menembus enegi roh pertahananku."

"Cih... nampaknya memang belum cukup, tapi aku masih memiliki cara lain."

Gita melapisi telapak kaki dan mata tombaknya dengan energi roh.

Kali ini energi roh pada tombaknya hanya terfokus di mata tombak saja, jadi energi roh yang menyelimuti mata tombak jadi lebih tebal.

"Gaya Tombak Roh Keluarga Sanjaya Tipe Dasar… Tebasan Beruntun Empat Penjuru !"

Dia meneriakkan tekniknya lagi, kemudian ada ledakan roh ditelapak kakinya dan membuat dia melesat seperti kilat.

Gita melakukan gerakan mengitari lawannya dengan sangat cepat sambil menebaskan tombaknya.

Hampir tak ada jeda dari serangan itu, setiap selesai satu tebasan maka sudah ada tebasan lain disisi yang berbeda jika dilihat dari jejak energi roh tebasannya.

Pria itu menahan serangan pada tubuhnya dengan posisi tangan menyilang didepan wajahnya.

"Huh… jadi ini rencanamu? Dengan memanfaatkan kecepatan, kamu mengikis energi roh pelindungku sedikit demi sedikit dengan energi roh ditombakmu. Dan memanfaatkan keunggulanmu yang memakai senjata ketika energiku sudah terkikis habis."

Pria itu kemudian menunjukkan seringainya.

"Tapi apa kau pikir aku hanya akan diam saja? Teknik Roh Dasar Tingkat Menengah... Gelombang Pemecah Udara!"

Teriak pria itu diiringi satu tepukan yang keras, telapak tangannya sudah dilapisi energi roh yang sangat tebal dahulu.

Setelahnya terjadi ledakan gelombang energi roh yang kuat sampai menghancurkan tanah disekitarnya.

Sungguh kekuatan yang begitu mengerikan.

"HYAAAAAA!!!"

Teriak Gita yang terpental bersamaan darah muncrat keluar melalui mulutnya, kemudian ia terpelanting kejalan.

Aku yang melihat itu, mengepalkan tangan dengan sekeras mungkin serta mengertakkan gigiku karena didera rasa panik dan khawatir yang hebat.

Aku sangat ingin kesana untuk menolongnya tapi kakiku terasa sangat berat.

Sementara Gita terkapar tak berdaya disana dengan penuh luka-luka.

Pria itu perlahan berjalan mendekati Gita sampai berdiri tepat disamping Gita.

Pria itupun mulai membasahi bibirnya dengan lidah.

"Sayang sekali jika membunuhmu langsung, dengan wajah dan tubuh seindah ini sebaiknya kau temani aku bermain dulu… he he he."

Kemudian kedua tangannya berusaha menggapai tubuh Gita dengan wajah penuh nafsu bejatnya.

Melihat itu, emosiku sangat meledak-ledak.

Tapi entah kenapa semua tekanan yang menahan tubuhku menghilang.

Lalu BRUAAAGH!!!…  suara kaki kananku yang sudah mendarat diwajah pria itu, posisi badanku saat itu sudah melayang disampingnya sambil diriku mengeluarkan tatapan penuh dengan kemarahan.

avataravatar
Next chapter