4 Bab 3 - Keluarga Bangsawan

Kembali pada saat ini, aku masih memandangi Gita sembari memegangi keningku, ketika tengah berpikir.

Aku masih berusaha mencerna semua hal yang baru saja ku alami ini.

"Gita, mengapa kamu bisa berada disini? Lalu apakah serangan barusan adalah perbuatanmu juga?"

"Uhm... Memang seperti dugaanmu, Senior."

"Ugh... Lalu bagaimana kau dapat melakukannya?"

Aku melanjutkan pertanyaan lagi ketika masih berusaha mencoba menenangkan pikiranku.

Gita mengangkat tangan kanannya kedepan dengan telapak menghadap atas.

Kemudian perlahan cahaya berwarna biru muncul membentang secara horizontal dari tangannya.

Cahaya itupun berubah wujud menjadi sebilah tombak bergagang putih dengan mata tombak dari logam berwarna silver, mata tombak itu mempunyai pangkal logam berbentuk cincin yang menghubungkannya dengan gagang tombak.

Sementara pada pangkal gagang tombak terdapat 2 untaian tali merah yang menghiasnya.

Aku terperangah melihat kejadian yang cukup mustahil ini, namun hal ini sungguh terjadi tepat didepan mataku.

Pada saat itu juga, Gita pun mulai memberikan penjelasan terkait tekniknya barusan padaku.

"Aku menyalurkan energi roh ku pada Senjata Suci dan mengayunkan energinya melalui senjata tersebut, kemudian melepaskan energi roh yang berada dalam tombak menuju target dengan kekuatan energi roh yang sudah ditingkatkan oleh metode tadi."

"Bukan begitu, maksudku bagaimana kamu bisa mengeluarkan kemampuan misterius seperti tadi?"

Mata Gita melebar setelah menyadari maksud pertanyaanku.

"Astaga, aku lupa senior masih awam soal ini. Sebenarnya aku adalah Praktisi Roh. Sama seperti mereka, jadi aku bisa memanfaatkan energi rohku untuk bertarung."

Setelah mengatakan itu dia sedikit menjulurkan ujung lidahnya bersamaan dengan mata yang ia pejamkan, itu reaksi yang cukup manis untuk mengekspresikan kekeliruannya.

Aku hanya tersipu malu melihatnya berekspresi seperti itu, diriku tanpa sadar memalingkan wajahku ketika melihat dirinya membuat ekspresi yang belum pernah ia tunjukkan pada siapa pun di kantor.

Ditengah perbincangan kami, salah seorang penyerang yang masih ambruk di tanah tadi mulai menyuarakan rasa herannya.

"Bahkan pemilik Senjata Suci, siapa kamu ini? Berani sekali ikut campur urusan kami."

Gita lalu memutar tombaknya hingga mata tombaknya mengarah ke jalan dengan sudut beberapa derajat.

"Sepertinya Senior terlibat dengan hal yang tidak seharusnya orang biasa terlibat. Aku akan bereskan mereka dahulu, kurasa satu serangan tadi tak cukup rupanya untuk mengalahkan mereka."

Ucapnya ketika dia mulai berjalan menuju para penyerang itu.

Aku hanya bisa terdiam dan melihat dirinya yang terus melangkah mendekati mereka.

Mereka bertiga berusaha berdiri dan mengambil posisi waspada akan kedatangan Gita yang terus mendekat.

Salah satu yang ditengah mulai memberikan ancaman pada Gita.

"Dengar nona, kau tak tahu dengan siapa kamu berurusan. Aku sarankan pergi maka kami akan anggap ini tak pernah terja-"

Belum selesai mengatakan semuanya dia terhenti dan melebarkan tatapan matanya saat itu juga.

Karena Gita sudah hilang dari hadapan mereka, lalu dia pun segera menengok pada arah belakang mereka.

Ternyata Gita sudah tepat dibelakang mereka sekitar beberapa meter dengan posisi lutut kanan menekuk ke depan dan kaki kiri lurus kebelakang, serta tombaknya terhunus kearah depan.

"Mustahil, siapa orang ini?"

Ucap orang yang menengok kebelakang tadi dengan ekspresi takut dan heran.

Saat itu juga pakaian mereka robek dan muncul luka goresan yang mulai terbuka ditubuh mereka, lalu darah muncrat keluar dari luka itu.

Diikuti munculnya aura roh biru berbentuk garis tebasan dan membentuk jalur yang terhubung antara luka mereka.

"KUGH!!!... Wanita sialan."

Dan mereka pun kembali tersungkur ke jalan dengan luka jauh lebih parah dari sebelumnya.

Aku hanya bisa terpaku melihat hal yang baru saja terjadi dalam sekejap mata.

Meski begitu aku masih menyadari sesuatu mengenai bagaimana dia bisa berpindah secepat itu.

Telapak kakinya mengeluarkan aura biru ketika mengambil ancang-ancang, lalu ada ledakan aura sedikit dan dia melesat dengan sekejap melewati mereka.

Sepertinya energi roh bisa dipakai dengan beragam cara.

Disaat yang sama, aku melihat salah seorang dari mereka mulai merogoh sakunya dan mengeluarkan alat seperti peluit.

"Gita! Dia akan melakukan sesuatu."

Teriak ku untuk memperingati Gita tentang hal mencurigakan yang akan dilakukan pria itu.

Namun terlambat... PRIIIIIIIT!!!... Suara peluit telah terdengar dengan keras saat itu juga.

Gita segera memutar tubuhnya dan berjalan mendekati mereka.

"Isyarat pertolongan? Mau berapa pun bantuan yang datang, akan tetap berakhir sama."

Tapi peniup peluit tadi justru menunjukkan tawannya.

"Ha ha ha.. sayang sekali nona, hanya satu saja rekan kami yang datang kemari. Tapi ini lebih dari cukup untuk untuk mengakhiri kalian."

"Percaya diri sekali meski sudah dikalahkan dengan mudah, kalian belum sadar siapa diriku ?"

Balas Gita sambil menghentakkan tombaknya ke tanah.

"Ah... Aku jadi ingat, salah satu dari 4 keluarga bangsawan di Indonesia yang masing-masing punya aliran pengguna senjata suci khusus untuk keluarga mereka secara turun-temurun. Dan Kamu dari keluarga Sanjaya pemilik Sanjaya Corp. Yang dikepalai Laksmana Sanjaya."

"Hee... Jadi kau sudah menyadarinya"

"Kamu memakai senjata suci tipe tombak yang berarti dari Keluarga Sanjaya, tak kusangka bisa bertemu salah satu anggota keluarga bangsawan yang menyumbang kekuatan besar bagi organisasi Pengawas Roh."

Lalu Gita memposisikan tangan kiri memegang pinggang untuk menunjukkan dominasinya sembari memperingati mereka.

"Berarti kalian paham apa yang kalian hadapi sekarang, jadi menyerahlah dan serahkan diri pada para Pengawas Roh."

Salah satu dari mereka menyeringai ketika menanggapi Gita, aku sangat yakin ada hal yang tidak beres jika melihat reaksi orang itu.

"Hahaha... Kamu pikir semua bisa berjalan sesuai keinginanmu, nona muda? Kami ini orang-orang yang siap melakukan apapun demi tujuan kami apapun cara dan resikonya."

Pada saat itu juga Gita tiba-tiba saja tersentak akan sesuatu, begitu pula dengan diriku.

Karena kami merasakan tekanan dan hawa membunuh yang kuat datang dari atas.

Aku terpaku disana seolah ada yang menahan tubuhku untuk tidak bergerak.

BRUAAAKK!!!... Terdengar suara keras dari sesuatu yang mendarat antara aku dan Gita.

Awan debu memenuhi asal suara keras tersebut.

Dan disana muncul sosok seseorang yang memiliki kulit gelap dan menggunakan jubah hitam juga seperti 5 orang penyerang lainnya itu, tapi dengan tubuh yang lebih besar dan tinggi sekitar 2,2 m.

"Hehe... Ini akhir bagi kalian."

sambung salah satu penyerang yang tersungkur tadi dengan tersenyum picik.

Gita menoleh dan menatap pria yang baru saja datang tadi dengan sangat serius.

"Ternyata kalian punya Praktisi Roh yang sudah ada pada Tahap Dasar Roh Tingkat 6, benar-benar merepotkan. Jadi ini sumber rasa percaya dirimu tadi."

Aku khawatir dengan hal yang baru saja diucapkan oleh Gita.

"I-itu berarti dia dua tingkat lebih kuat dari Gita, padahal Gita saja sudah sekuat itu."

Aku mulai mengucurkan keringat dingin setelah menimbang ancaman baru yang terlihat berbahaya ini.

Disisi lain Gita justru mulai mengangkat tombaknya untuk siap bertarung, akan tetapi pria besar itu sudah maju cukup dekat dengan Gita dalam waktu singkat.

Dia sudah mengepalkan tinju dengan aura roh yang menyelimutinya, dan ketika tinju itu sudah hampir menggapai Gita.

Gita dalam sepersekian detik melebarkan matanya dan berusaha mengerakkan tombak untuk memblok tinju itu.

Akan tetapi dalam sekejap, Gita telah melesat dan terpental dengan cepat ke dinding yang berjarak sekitar berapa puluh meter dibelakangnya dengan punggung duluan menghantam dinding.

avataravatar
Next chapter