30 Bab 29 - Mata Dewa Roh

KRUSAK... KRUSAK... Bunyi nyaring dari dedaunan kering yang terinjak-injak oleh kaki ku, mengisi dalam keheningan hutan kelam ini.

Dengan penuh perasaan waspada aku berjalan menyusuri hutan lebat berbalutkan oleh tebalnya kabut.

Karena lebatnya hutan, sesekali aku harus menyingkirkan ranting dari pepohonan yang saling berdekatan menggunakan tanganku.

Sudah pasti ada beberapa serangga meski dengan bentuk aneh yang mana belum pernah aku lihat sama sekali, tengah bergelantungan pada dedaunan maupun ranting-ranting itu.

Tapi aku bisa sedikit mengurangi rasa khawatir karena aku telah melapisi seluruh tubuhku dengan energi roh sehingga beberapa hal tak terduga seperti gigitan serangga tidak mampu menembus kulit ku.

Aku terus saja menyusuri kedalaman hutan meski dalam benak ku dipenuhi oleh rasa gundah.

Mau bagaimana lagi? Aku juga tak memiliki pilihan lain.

Agar dapat keluar dari tempat ini maka aku harus segera menemukan lokasi checkpoint itu.

Tapi Guru justru sama sekali tidak memberitahuku satu pun petunjuk diarah mana lokasinya.

"Aku tidak keberatan sama sekali dengan pelatihan berat yang Guru berikan. Tapi... Setidaknya tolong beri aku petunjuk kemana aku harus pergi!"

"Ini juga salah satu bentuk pelatihan mu, checkpoint yang kita tuju itu memiliki pancaran energi roh yang terasa unik. Kamu harus mampu memilah-milah energi roh yang tersebar disekitar dengan indra mu. Mulai dengan energi roh dari alam yang punya sumber berbeda-beda, energi roh dari berbagai macam mahluk lain dan juga energi roh unik yang terbentuk karena pola inskripsi. Makin tajam indra mu maka makin cepat dan efisien tindakan yang akan kamu ambil, kapan pun waktu dan kondisinya. Itu merupakan aset besar bagi Praktisi Roh untuk bertahan hidup."

Meskipun Guru telah memberikan penjelasan mengenai maksudnya, tapi ini masih terasa memberatkan.

Aku pun menggaruk-garuk kepalaku tanpa sadar saat mengutarakan pendapat ku untuk menyanggah penuturan Guru.

"Tapi hutan ini sangat luas, aku tidak tahu harus memakan waktu beberapa lama untuk mencapainya. Mencari satu tempat di hutan seluas ini ibarat mencari jarum pada tumpukan jerami."

"Yah... Jika Kamu cukup beruntung, dalam 2 atau 3 hari kamu pasti bisa menemukannya."

Tentu saja aku langsung menghentikan langkahku tiba-tiba ketika mendengar ucapan Guru barusan.

Tak ku sangka bisa memakan waktu selama itu, seharusnya dia bilang dari awal.

Ada hal penting yang harus ku lakukan besok, bukankah Guru sudah tahu itu.

Aku pun mengerutkan kening karena diriku sekarang sedang dipenuhi oleh rasa kesal.

"Begini Guru... Anda sudah tahu besok aku ada janji kencan dengan Gita bukan? Jika latihan ini memakan waktu selama itu, lalu bagaimana aku dapat memenuhi janjiku? Aku tak ingin jika harus membuat Gita kecewa, terutama pada janji kencan pertama kami."

Guru yang dari tadi terus melayang dibelakang ku akhirnya bergerak maju ke depan ku.

Setelahnya ia berputar hingga kami saling berhadapan kemudian menaruh kedua telapak tangannya pada pinggang tepat sebelum ia membalas keluhan yang aku sampaikan.

"Bukankah sudah aku beritahu padamu bahwa hukum di dunia ini berbeda dengan hukum 3 dunia utama. Tentu saja salah satunya adalah hukum waktu. Pada dimensi kecil dimana kita berada sekarang memiliki hukum waktu 5 kali lebih cepat. Jadi satu hari di dunia nyata setara dengan 5 hari di dimensi kecil ini."

Setidaknya aku masih bisa bernapas lega jika begitu, masih ada waktu bagiku.

"Ya sudah jika waktu yang kumiliki masih cukup. Tapi bagaimana aku bisa menemukan checkpoint di hutan yang luasnya bahkan aku tidak tahu?"

"Checkpoint di hutan ini ada lebih dari satu meski pun aku tidak tahu tepatnya ada berapa jumlahnya. Dan masing-masing checkpoint memiliki harta ataupun warisan tersembunyi yang berbeda kegunaan, kemampuan, keunikan dan kelangkaannya. Lalu apa yang akan kamu dapatkan itu tergantung oleh usaha, keberuntungan dan takdirmu sendiri. Para leluhur mengatur tempat latihan yang sedemikian rupa dengan suatu tujuan. Mengajari bahwa jalan bagi seorang Praktisi Roh itu ditentukan dengan 3 hal tersebut. Mau memilih mengandalkan salah satunya maupun mengandalkan ketiganya. Pilihan yang sudah dibuat akan menjadi pembimbing jalan seorang Praktisi Roh dan tak akan ada jalan kembali lagi. Namun jalan yang manapun itu tidak ada yang sepenuhnya benar maupun sepenuhnya salah, semua memiliki konsekuensinya sendiri."

"Huh... Aku jadi sedikit teringat dengan ceramah Kakek malam itu, kurasa dia mendapat pemikiran seperti itu juga karena ceramah yang Guru berikan. Hmmm... Menentukan jalanku sendiri... Kurasa itu cukup menarik. Untuk usaha aku cukup percaya diri karena sejak kecil aku sudah menjalani pelatihan beladiri yang berat. Lalu untuk keberuntungan mari kita lihat saja nanti akan bagaimana. Dan untuk takdir, aku ingin tahu kemana takdir seorang pewaris Kaisar Roh akan membawaku."

Guru sedikit memiringkan kepalanya ketika mencoba memastikan diriku.

"Bagaimana? Kamu sudah jauh lebih bersemangat? Mari kita lanjutkan saja latihan mu sekarang, tapi bergeraklah jauh lebih cepat dari sebelumnya. Karena jika hanya berjalan maka persiapan kencan mu itu akan makin tertunda."

Dengan melakukan peregangan untuk menyiapkan tubuh, aku membalas ucapan dari Guru itu.

"Kita lihat saja, seberapa cepat diriku dapat menemukannya. Tak akan kubiarkan Gita sampai menunggu terlalu lama. Dan akan aku pastikan untuk mendapatkan hasil terbaik dari tempat ini sebelum pulang."

WHUUUUZZZ... SRAK!!! SRUK!!! SRAK!!!... Aku mulai melesat dengan secepat mungkin untuk menyusuri hutan ini, hingga suara dedaunan yang aku injak silih berganti dengan cepat.

Meski ketebalan kabut cukup mengganggu ketika bergerak cepat, aku masih bisa memprediksi yang ada didepanku meski hanya dari bayang-bayang samar didepan sana.

Baik dari semak, pepohonan maupun tebing sekalipun.

Setelah beberapa waktu aku melihat sosok yang bergerak dari balik kabut yang mana terlihat bereaksi akan kedatangan diriku.

"Berhati-hati lah nak, rintangan sudah mulai bermunculan."

Aku menimpali peringatan Guru diiringi dengan senyum percaya diri.

"Jangan khawatir Guru, akan aku atasi dengan cepat."

Sosok itu mulai berlari menuju diriku, lalu aku pun mulai mulai melapisi kepalan tanganku dengan energi roh yang cukup tebal.

Ketika sampai pada jarak kurang dari 10 meter, sosok itu mulai terlihat dengan jelas.

Yaitu seekor macan tutul putih dengan sepasang taring atas yang lumayan panjang serta mata merah yang menyala.

Macan itu langsung lompat dan menerkam kearah diriku.

Kemudian dengan tatapan mataku yang dengan cepat terbuka lebar, aku mencari titik yang harus aku serang dalam sepersekian detik.

Ku geser tubuhku kesamping namun tetap maju kedepan untuk menghindari jangkauan cakarnya.

Dengan secepat kilat, tinju berlapis energi roh sudah aku ayunkan kearah rahang macan itu dari bawah dengan upper cut.

KRAAAKKK!!! Suara tulang rahang dari macan itu hancur bisa terdengar begitu keras.

Tubuh macan itu terhempas keatas setinggi beberapa belas meter lalu jatuh ketanah.

BRUUGGH... Macan itu telah jatuh dan tidak bergerak sama sekali, sepertinya dia telah mati.

Aku kemudian berjalan mendekati mayat dari macan itu untuk memastikan apakah mahluk tersebut sungguh telah mati.

"Macan tutul kabut, sepertinya kamu sudah bertemu hewan mistik yang cukup berbahaya. Mahluk ini setara dengan Praktisi Roh Tahap Dasar Roh Tingkat 5 dan kamu bisa membunuhnya dengan cepat. Perkembanganmu sungguh sangat mengerikan, bahkan para Praktisi Roh Tahap Dasar Roh Tingkat 5 yang setingkat dengan macan itu butuh berkelompok 2 atau 3 orang untuk mengalahkannya."

"Terimakasih untuk latihan berat yang telah Kakek berikan, kemampuan beladiri ini telah membawaku pada tingkat yang jauh lebih tinggi."

"Kekuatan tubuh berpadu dengan energi roh, kamu sudah memanfaatkan dengan baik potensi milik Praktisi Roh dari ras Manusia."

"Oh iya, mayat macan ini haruskah kita tinggalkan begitu saja?"

"Biarkan mahluk ini menjadi makanan bagi binatang mistik lain. Tapi ambilah dahulu Kristal Inti Rohnya."

Dengan penuh rasa heran aku mengangkat alisku.

"Maksud Guru dari Kristal Inti Roh?"

Guru mulai mengangkat tangan kanannya dengan siku masih setinggi pinggang, sementara telapak tangan membuat gerakan menunjuk keatas dengan jari telunjuk disaat dia mulai memberikan penjelasan.

"Kristal Inti Roh hanya terdapat pada hewan mistik ataupun juga siluman. Fungsi dari Kristal Inti Roh itu untuk perlindungan Inti Roh mereka dari gangguan Energi Roh alam maupun serangan jiwa dari mahluk lain yang bisa menggangu Inti Roh. Karena Inti Roh hewan mistik dan siluman itu tidak sekuat milik Manusia dan juga Druid. Disisi lain jika mahluk itu mati maka bisa dengan mudah dipanen Inti Rohnya sebagai bahan kultivasi roh ataupun bahan untuk membuat benda berbasis teknologi roh. karena sisa energi Inti Rohnya masih terawetkan dalam kristal."

Senyum senang akhirnya terukir pada wajahku, karena bahkan baru dengan menghadapi rintangan saja aku telah mendapat hadiah sebaik ini.

"Hoo... Jika begitu Kultivasi Roh ku bisa terbantu jika bisa mendapatkan kristal itu. Tapi aku tidak tahu dimana letak kristalnya."

"Letaknya tepat berada didalam hati, kamu tinggal membelah bagian hatinya dan kristal itu bisa kamu ambil didalamnya."

Rasa sungkan tiba-tiba saja muncul, karena membayangkan aku harus mengambil kristal itu dari mayat mahluk ini tanpa alat apapun.

"Apa Guru meminta diriku mengorek-ngorek mayat ini dengan tangan kosong? Itu cukup menjijikkan aku rasa."

"Gunakan Energi Rohmu untuk memotong mayatnya, bentuk jadi setajam mungkin."

"Tapi jika aku sembarangan memotong bisa-bisa aku menghancurkan kristalnya karena aku tidak tahu lokasi kristal itu."

"Pada dasarnya kamu harus memotong perlahan dan memilah secara hati-hati. Namun kamu bisa menemukan kristal itu jauh lebih cepat, karena dirimu memiliki satu kelebihan."

"Aku tahu jika memiliki Inti Roh yang mengandung lautan energi yang begitu besar, tapi aku tidak yakin jika itu bisa membantu untuk situasi ini."

Mendengar pendapatku, Guru langsung membuat gerakan melambai untuk meluruskannya.

"Bukan Inti Roh mu, namun Mata Dewa Roh milikmu. Mata yang sama dengan milik para Dewa."

Aku jadi begitu terperanjat ketika mendengar apa yang baru saja Guru nyatakan.

Mata Dewa Roh? Aku tidak ingat sama sekali jika memiliki hal seperti itu.

"Tunggu... Tunggu sebentar Guru... Memang aku memiliki mata seperti itu? Apa yang membuat Guru yakin aku memiliki hal luar biasa seperti... Mata... Dewa-"

Bola mataku terbuka lebar saat mengingat kembali ketika kekuatan roh ku bangkit.

Mata merah yang tiba-tiba saja muncul waktu itu dan bisa membuatku melihat semua pergerakan Energi Roh pada alam sekitar dan juga dalam mahluk hidup lain.

"Mu-mungkinkah maksud Guru adalah mata kananku yang berubah menjadi merah ketika kebangkitan Energi Roh ku?"

"Tepat sekali..."

Segera aku tepuk jidat ku, kenapa aku sampai melupakan hal luar biasa seperti itu.

Padahal penampilan mata itu sangat terlihat mencolok bahkan ketika aku melihat dari kaca jendela waktu itu.

Juga penglihatan dari mata itu yang sangatlah menakjubkan.

"Huh... Bagaimana bisa aku sampai tidak ingat hal yang luar biasa itu. Semua aliran Energi Roh yang beragam jenis dan mewarnai seluruh penjuru, bisa aku lihat dengan jelas menggunakan mata tersebut. Sayangnya aku tidak tahu cara mengaktifkannya lagi."

"Edarkan Energi Roh jauh lebih banyak pada bola mata kananmu melalui meridian. Sirkulasi kan Energi Roh pada bola matamu terus hingga Mata Dewa Roh milikmu terangsang. Mata Dewa Roh mu nanti akan bangkit dengan sendirinya. Tetap pertahankan jumlah energi roh yang terus mengalir pada mata itu, lebih banyak Energi Roh yang mengalir maka akan makin tajam penglihatan Mata Dewa Roh. Tapi ingat jangan terlalu berlebihan memakainya, karena dampak dari kekuatan Mata Dewa Roh dapat membebani tubuhmu. Terutama tubuh dari seorang Praktisi Roh yang masih berada pada Tahap Dasar Roh."

"Akan aku ingat saran darimu Guru, baiklah akan aku coba intruksi yang telah anda jelaskan. Semoga ini tidak akan berjalan terlalu sulit."

Dengan konsentrasi penuh, aku memfokuskan aliran Energi Roh pada mata kanan ku.

Dan benar saja, aku bisa merasakan gejolak pada mata ku ini.

Dulu aku tidak menyadarinya karena pada saat kebangkitan Energi Roh ku, seluruh tubuhku teraliri oleh Energi Roh yang meledak-ledak.

Untuk sekarang aku bisa merasakan dengan jelas gejolak pada mataku ini.

Kemudian dalam waktu singkat iris mataku berubah menjadi merah, pupilnya berubah menjadi lonjong secara vertikal seperti milik binatang buas dan garis linear Energi Roh berwarna merah mulai mengalir keluar dari mata kanan ku sementara ujungnya menghilang setelah pancarannya mencapai jarak tertentu.

Sekarang aku bisa melihat dengan jelas seluruh aliran Energi Roh nan beragam dari alam termasuk semua tumbuhan dan binatang-binatang baik besar maupun kecil yang tertutup oleh ketebalan kabut.

Setelah aku selesai memandangi lingkungan sekitar, pandanganku beralih pada mayat Macan Tutul Kabut tadi.

Pada mayat itu aku bisa melihat dengan jelas jalur meridian milik macan tersebut, yang mana membentuk jalinan seperti pembuluh darah dan menjangkau tiap bagian organ tubuh.

Lalu aku juga bisa melihat secuil energi roh berwarna biru yang bersinar dengan terang didalamnya, sepertinya itu merupakan kristal Inti Rohnya.

Senyum percaya diri mulai terlihat dengan jelas pada wajah ku.

"Ah ha ha ha... Sepertinya aku bisa menyelesaikan latihan ini lebih cepat dari perkiraan ku. Mata Dewa Roh? Sungguh menarik, mari kita lihat sebesar apa potensinya ini."

avataravatar
Next chapter