11 Bab 10 - Orang Biasa Yang Misterius

Aku akan mengesampingkan mengenai pria misterius tersebut untuk saat ini.

Sekarang lebih baik jika fokus untuk menggali informasi dari anggota keluarga Sanjaya itu dahulu.

Dalam waktu singkat setelah melewati Pria itu berserta Arsyana, aku sudah mendarat dihadapan putri keluarga Sanjaya.

Kalau tidak salah gadis ini bernama Gita Trisha Sanjaya jika seingatku.

Dia benar-benar gadis yang cukup menawan, jadi beginilah putri seorang bangsawan.

Aura yang terpancar darinya juga berbeda daripada gadis pada umumnya.

Kesan elegan terpancar kuat dari dalam dirinya.

Dan seperti yang dirumorkan, Gita Trisha Sanjaya adalah salah satu keturunan yang paling berbakat setelah kakaknya.

Rumor itu telah terbukti karena saat ini dia sanggup mengatasi permasalahan dengan organisasi <<Night Merchant>> meski belum masuk organisasi Pengawas Roh sekalipun.

Aku berjalan perlahan kehadapannya dan memberikan hormatku.

Selain sebagai tanda ucapan terimakasih juga karena peran keluarganya yang cukup berpengaruh dalam organisasi Pengawas Roh.

"Salam wahai putri keluarga Sanjaya, saya ucapkan terimakasih sebesar-besarnya atas bantuannya karena telah menolong rekan kami dan bahkan menghentikan organisasi <<Night Merchant>> yang telah memburunya."

"Uhm... Tidak masalah, hanya kebetulan ketika aku lewat saja. Jadi aku hanya membantu sebisa ku saja."

"Anda terlalu merendah, Kepala keluarga Sanjaya nampaknya berhasil mendidik keluarganya untuk tetap rendah hati. Saya sungguh salut akan hal ini."

Tapi melihat reaksi gadis ini yang nampak tidak nyaman akan sanjunganku, apa karena aku yang terlalu berlebihan atau memang dia tidak suka akan pujian.

Harusnya pujian sudah menjadi makanan sehari-hari kalangan seperti dirinya atau mungkin dia sudah lelah akan semua itu.

Mungkin jawaban darinya akan memberikan petunjuk, jadi aku bisa memberikan perlakuan yang lebih nyaman baginya.

"Begini... sebenarnya yang paling berjasa adalah pria awam yang berada disana itu. Sejujurnya hingga saat ini, aku masih penuh akan rasa heran dan kagum terhadap dirinya."

"Ah tentu saja, dia sanggup menolong anda mengalahkan Druid yang kekuatannya jauh diatas kalian. Dia cukup hebat untuk ukuran orang awam."

Namun gadis dari keluarga Sanjaya ini malah memejamkan mata sembari menggelengkan kepalanya sejenak.

"Tidak, aku bahkan tidak sanggup memberikan luka yang berarti sekalipun pada Druid tersebut. Ketika aku ditengah kondisi tak berdaya entah bagaimana Pria itu mampu mengalahkan Druid tersebut dengan kebangkitan kekuatan rohnya secara tiba-tiba setelah serangan fatal yang dia terima."

Aku sangat terkejut akan fakta yang baru saja aku dengar ini.

Nampaknya hal ini berjalan lebih menarik dari dugaanku.

Meski aku punya firasat jika pria itu memiliki kemampuan yang tersembunyi dalam dirinya.

Tapi sejauh mana kemampuan yang dia miliki masih menjadi misteri, aku bahkan masih belum sanggup mendeteksi kemampuannya meski aku telah lewat dengan jarak cukup dekat dari dirinya tadi.

"Hoo... Jadi bisa anda ceritakan dan jelaskan detail kejadiannya pada saya ?"

Aku memperbaiki posisi kacamataku menggunakan jari tangan kanan untuk sedikit mendorong bingkai penghubung kedua lensanya bersamaan senyum ketertarikan yang secara tidak sadar aku tunjukkan padanya setelah mengajukan pertanyaan itu.

Dia menjelaskan semua rinciannya dengan hati-hati dan terperinci.

Mulai dari bagaimana ia menemukan pria itu yang tengah bertarung dengan anggota <<Night Merchant>> hingga bagaimana Druid itu kalah.

Meski cukup nampak dari cara penyampaian ceritanya dia cukup meninggikan pria itu.

Tak kusangka putri bangsawan keluarga Sanjaya bahkan sampai begitu menjunjung tinggi seseorang dari kalangan orang biasa.

Jika kejadiannya seperti yang dia sampaikan, ini justru membuatku semakin heran.

Orang biasa ini sanggup membangkitkan kekuatan rohnya setelah terkena serangan energi roh yang cukup fatal bagi non Praktisi Roh, lalu yang luar biasa yaitu bahwa pria itu masih baik-baik saja bahkan ketika dia jelas belum mampu memakai energi roh untuk melindungi tubuhnya sendiri.

Apa mungkin hal seperti itu bisa terjadi?

Karena kemampuan penggunaan roh hanya bisa didapat jika orang tersebut terlahir dengan kapasitas energi roh yang memadai.

Dan jika memang dia memiliki kapasitas energi roh yang memadai, ia tetap butuh latihan dalam waktu berbulan-bulan atau bertahun-tahun untuk belajar mengendalikan energi rohnya dan baru bisa mulai memasuki tahap dasar roh setelahnya.

Jumlah energi yang dapat diproduksi pusat energi roh pun bukan hal yang bisa didapatkan secara instan.

Perlu kultivasi roh untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas energi roh secara perlahan dan bertahap dengan tekun.

Jadi aneh apabila orang biasa yang belum pernah melatih energi roh, mendadak dapat mengendalikan dan mengeluarkan jumlah energi roh yang cukup besar dalam percobaan pertama.

Lebih masuk akal apabila dia dari awal adalah praktisi roh yang menekan dan menyembunyikan kemampuannya.

Sepertinya aku perlu menyelidiki latar belakang pria itu nanti.

Karena dia mampu mengalahkan Druid pada tahap dasar roh tingkat 6 disaat pertarungan pertamanya antar praktisi roh.

"Jika benar dia pertama kalinya memakai energi roh miliknya, maka dia seharusnya masih berada pada tahap dasar roh tingkat 1."

"Benar, karena tubuh butuh waktu juga untuk terbiasa dengan aliran energi roh dalam tubuh. Setelah tubuh dapat beradaptasi barulah bisa naik tingkatan roh. Karena jika lompat beberapa tingkatan roh ketika tubuh belum beradaptasi maka tubuhnya sudah pasti akan hancur. Untuk naik 1 tingkatan roh pun butuh pelatihan tubuh dan jiwa yang cukup lama dan tekun."

Aku coba memikirkan segala kemungkinan yang masuk akal bagaimana dia bisa mengungguli Druid pada tahap dasar roh tingkat 6 seorang diri.

Dengan memejamkan mataku sejenak sembari melipat tanganku untuk berpikir, ku coba cari berbagai kemungkinan.

Aku tetap tak bisa pikirkan kemungkinan lain, hanya ada kebuntuan.

"Dan yang membuatnya semakin membingungkan bahwa dia mampu mengalahkan praktisi roh yang 5 tingkat diatasnya yang seharusnya mustahil jika tanpa bantuan. Apa anda punya penjelasan lain yang masuk akal nona?"

"…"

Apa dia tidak dengar ?

"Nona?"

Aku kemudian mencoba sedikit meliriknya karena dia tak menggubris pertanyaanku.

Dia nampak cemberut dan mengeluarkan gumaman yang samar.

"uuuh…"

Terlihat ia memandangi dengan kesal pada arah belakangku dan disaat yang sama aku mendengar suara tawa Arsyana dan pria itu.

Mereka terlihat berbincang dengan cukup akrab,  sudah lama aku tak lihat Arsyana cukup akrab dengan orang lain apalagi dengan orang yang baru ia temui.

Hooo… dasar nona muda ini, disaat begini masih saja bisa terganggu dengan hal-hal seperti itu.

"Ehe-hem"

Gadis ini langsung tersadar seketika setelah batuk yang aku buat-buat untuk menyadarkannya.

"Ah-huh… maafkan aku, aku tidak mendengarkan barusan. Jadi apa yang tuan katakan tadi ?"

Dia mengatakan itu ditemani senyum kecutnya karena masih terganggu akan hal yang ada di belakangku itu.

"Tidak… lupakan saja, aku ingin melihat dan berbicara dengan pria itu secara langsung. Mari kita kesana nona."

"Uhm… baiklah tuan."

Kami lalu segera berjalan kearah mereka, saat itu juga aku mengamati pria itu dengan seksama.

Tapi kulihat pria itu yang tiba-tiba menoleh kearah kami dengan sedikit tersentak.

Apakah karena tatapanku dan wajahku ?

Jika benar karena itu maka aku merasa agak tersinggung, kenapa orang-orang seringkali menilai dari penampilan saja.

Mungkin juga karena wajah nona ini yang nampak masih kesal.

Entah apa hubungan mereka berdua, jika mereka ini sepasang kekasih maka akan ada sedikit keributan setelah ini, terutama karena Arsyana yang memang cukup usil.

Ataukah dia tersentak karena dia mampu merasakan perbedaan energi roh ku ?

jika begitu, kurasa dia punya bakat yang bagus sebagai Praktisi Roh.

Karena belajar merasakan perbedaan tingkat itu juga butuh waktu yang lama.

Lalu beberapa saat kemudian aku telah sampai dihadapannya.

Aku segera mengulurkan tangan kananku untuk berjabat tangan dan memulai perbincangan.

"Selamat malam tuan, nama saya adalah Lasmana Paijo. Senang bisa bertemu dengan anda."

Dia terpaku sejenak dan kelihatan bingung, namun dia segera menjabat tanganku dengan sikap canggung.

"Ah… maafkan saya, nama saya Arya Narendra Yaswanta. Senang bisa berkenalan dengan anda tuan."

Cekraman tangannya cukup kuat, dia seperti sudah cukup berpengalaman dalam pelatihan tubuh.

Apakah dia seorang ahli beladiri ? Mungkin itu salah satu faktor keberhasilannya dalam mengalahkan anggota <<Night Merchant>>.

Kemudian setelahnya kami saling melepas jabat tangan ini untuk melanjutkan perbincangan.

"Jadi kamu pria yang telah mengalahkan para anggota <<Night Merchant>> itu. Terimakasih atas bantuannya."

"Ah… sebagian dikalahkan Gita. Jadi bukan hanya aku saja."

"Tapi anda sudah mengalahkan anggota yang paling berbahaya, itu adalah pencapaian yang luar biasa."

"Ah ha ha... Anda terlalu berlebihan menilai saya."

"Itu pujian yang pantas bagi anda. Tapi baiklah aku akan langsung ke intinya saja, aku ingin bertanya mengenai apa yang terjadi ketika kemampuanmu bangkit? Apa yang kau rasakan saat itu ?"

"I-itu entah kenapa mendadak aku mampu mengeluarkan energi roh begitu saja dan secara tak sadar bisa mengendalikannya."

Dilihat dari ekspresinya dia belum berkata jujur, masih ada yang disembunyikannya.

Tapi memaksanya untuk jujur tidak akan menghasilkan hal yang bagus.

Sikap waspadanya menghalanginya untuk bisa menjawab dengan jujur, dan kurasa itu sikap cukup wajar terhadap orang yang baru ia temui.

Aku mungkin juga akan begitu jika dalam posisinya.

Aku ajukan satu pertanyaan lagi saja, karena masih banyak yang harus diurus.

"Satu hal lagi, apakah kamu berasal dari keluarga praktisi roh ?"

"Uhm… tidak aku hanya berasal dari keluarga biasa, hanya saja aku punya kakek yang ahli dibidang beladiri. Dulunya kalau tidak salah dia anggota militer."

Untuk yang satu ini dia berbicara dengan lugas, nampaknya kali ini dia tidak berbohong.

Namun jika begini terus aku tak akan dapat informasi apapun darinya, aku akan kirim seseorang untuk mengamatinya nanti.

Lagi pula jika orang ini memang seorang jenius praktisi roh maka mungkin akan berguna bagi organisasi Pengawas Roh jika dia bisa bergabung nantinya.

"Baiklah sudah saatnya kami membereskan para anggota <<Night Merchant>> itu dan rekan kami ini."

Aku lalu mengambil sebuah kartu namaku di saku bajuku di balik rompi dan kuserahkan pada dirinya

"Ini adalah kartu namaku, hubungi saja jika butuh sesuatu. Aku akan segera membantu sebisaku karena kami berhutang budi padamu."

Dia menerima kartu namaku dengan agak sungkan.

"Y-ya… sama-sama. Senang jika bisa kebetulan menolong juga."

Lalu Arsyana ikut menyahut meski dia masih dalam posisi menyembuhkan rekan kami.

Dia menengok Arya dengan senyum riangnya.

"Tunggu jangan pergi dulu, aku tadi lupa mengenalkan diriku. Namaku Arsyana Kirana, senang berkenalan denganmu Arya. Lain kali aku ingin berbincang-bincang berdua denganmu lagi."

Sebuah kedipan dari mata kanan pun diberikan oleh Arsyana kepada Arya, sebagai isyarat yang bertujuan untuk menggoda pria ini.

"T-tentu saja, jika kita bisa bertemu lagi."

"Jangan khawatir, biar kakak yang mencarimu… ehe he."

Gadis keluarga Sanjaya itu lalu segera membuat ekspresi agak kesal.

Dasar anak muda, yah aku jadi sedikit agak iri dengan romansa kehidupan anak muda.

Tapi pemuda ini tiba-tiba tersentak seolah tersadar akan sesuatu.

"Ah... tunggu, temanmu yang terluka itu sempat menyerahkan USB."

Dia merogoh saku celananya untuk mencari benda yang ia bicarakan.

Kemudian dia mengulurkan benda itu padaku, aku menerimanya dengan tangan kananku.

Hmm... jadi dalam penyusupan, rekan kami berhasil mendapatkan data organisasi itu.

Beruntung sekali kami berhasil dapat datanya, kukira sudah gagal dia dalam misi itu.

"Terimakasih, kami akan membalasmu suatu saat."

"Ya, tidak masalah."

Lalu gadis Sanjaya itu langsung menyerobot obrolan kami.

"Baiklah jika semua sudah beres kami akan pergi dahulu tuan Lasmana dan… nona Arsyana."

Dia tersenyum kecut ketika menyebut nama Arsyana, setelahnya ia kemudian meraih lengan Arya.

Lalu menyeretnya pergi dari kami, Arya jadi bersikap kebingungan saat itu juga.

"E-eeeh… t-tunggu ada apa Gita? Uh… S-sampai jumpa tuan Lasmana dan kak Arsyana."

Dan mereka pun perlahan pergi menjauhi kami.

"Huft… gadis bangsawan yang menyebalkan."

Ucap Arsyana sembari menatap mereka berdua yang pergi semakin jauh.

"Aku tak akan komentar mengenai hal ini"

"Kapten, bagaimana mana menurutmu soal Pria itu ?"

"Cukup menarik, aku juga bisa merasakan sesuatu yang luar biasa darinya. Yah dengan kemampuannya mungkin akan berguna jika dia bergabung dengan kita."

"Apa yang membuatmu berpikir demikian?"

Aku menengok kearah lokasi Druid yang terkapar penuh luka.

Dan menunjuk area yang dalam lingkup cukup luas telah hancur karena sayatan energi roh yang telah mengalahkan seorang Druid pada tahap dasar roh tingkat pertengahan.

"Lihatlah kerusakan ini, dan itu hanya disebabkan oleh seorang pada tahap dasar roh tingkat 1. Yang sekaligus sanggup mengikis pertahan seorang pada tahap dasar roh tingkat 6, dia benar-benar seorang monster."

Arsyana terdiam sejenak lalu perlahan ia melontarkan senyum yang menandakan ketertarikannya dalam hal ini, ketika dia beralih menatap ke arah pria itu yang mulai menghilang dari pandangan kami.

avataravatar
Next chapter