2 Bab 1 - Pertemuan

Pada suatu malam yang hening disuatu sudut perumahan di kota Yogyakarta, tiba-tiba saja terdengar suara kegaduhan yang cukup keras.

Kegaduhan itu bersumber dari diriku seorang pemuda yang bernama Arya Narendra Yaswanta berusia 20 tahunan dengan berseragam kantoran set putih hitam, tengah berkelahi dengan 5 orang misterius berpakaian jubah hitam.

Sementara itu di pinggir jalan, disana tergeletak tak sadarkan diri seorang pria yang mengenakan mantel putih dengan kerah berbulu serta memiliki rompi hitam dibalik mantelnya.

Terlihat dia tengah menderita luka dibalik pakaiannya, karena tampak rembesan darah pada mantel keluar dari area pinggangnya.

Lalu kembali pada diriku, aku tengah terkepung oleh 5 orang berjubah hitam misterius.

Mereka mengatur formasi pengepungan dengan penempatan 2 orang berada di depanku, 1 orang dibelakang dan 2 orang lainnya di atap rumah.

Sementara itu aku berdiri ditengah-tengah mereka dalam posisi waspada, sembari mengawasi pergerakan orang-orang itu dengan napas terengah-engah.

Entah kenapa mereka begitu keras kepala mengejarku meski ini adalah pertemuan pertama kami.

Tak lama kemudian, salah seorang yang berdiri di depanku maju menyerang diriku sambil mengepalkan tinju dengan aura biru menyelimuti kepalan tangannya.

Firasatku menyadari hal itu mungkin sangat berbahaya, lebih baik jika mengelak dari pada menahan serangan itu pikirku.

Aku pun langsung mengelak kesamping sambil membelokkan pukulan itu ke aspal jalan.

Dan benar saja, jalannya langsung berlubang cukup besar dengan retakan lebar disekitarnya.

Setelah itu aku menggunakan lututku untuk menyerang ulu hati pria ini.

"UGH!!!"

Teriak penyerang berjubah itu dengan ekspresi kesakitan.

Setelahnya Aku memegang pergelangan tangan orang itu dan langsung memutar tubuhnya secara melingkar dengan kaki kananku sebagai poros dan melemparkannya ketembok, alhasil tembok yang ia hantam pun retak karenanya.

Seketika penyerang itu tersungkur ditanah tak sadarkan diri.

Aku merasa lega telah membereskan satu orang.

Sayangnya melihat dampak serangan pria itu telah membuatku khawatir.

"Apa-apaan kemampuan orang-orang ini? Jika aku terkena sedikit saja tubuhku bisa hancur."

Gumam ku sambil melihat lawan tersisa disekelilingku dalam posisi waspada.

Aku paham untuk tidak lengah saat ini karena masih tersisa 4 orang lagi yang nampak punya kemampuan serupa.

"Aku tidak tahu dan tidak kenal siapa kalian, Aku tak peduli soal kalian yang bisa memakai kemampuan aneh itu. Yang aku permasalahan kenapa kalian menyerangku padahal aku tak kenal siapa kalian?!!!"

Teriak ku cukup keras, dengan sedikit harapan aku bisa menemukan solusi keluar dari situasi ini tanpa mempertaruhkan nyawaku.

"Itu karena kamu sendiri yang ikut campur dalam permasalahan kami."

Jawab salah seorang yang berdiri tepat didepanku.

"Aku hanya menolong orang yang tergeletak di jalanan saja dan tak mengganggu kalian."

Pria berjubah hitam yang didepan ku menunjuk dengan tangannya kearah pria tergeletak penuh luka bermantel putih yang tengah aku bicara kan itu.

"Sayangnya orang itu punya masalah dengan kami dan akan merepotkan jika kau menolongnya. Tapi kami menyerangmu bukan karena itu saja. Kau telah melihat kami dan jadi saksi mata, siapa tahu kamu akan jadi masalah nantinya."

Orang itu kemudian melipatkan tangan di dada untuk menunjukkan superioritasnya.

"Malang sekali manusia biasa sepertimu harus berurusan dengan dunia kami, jadi salahkan nasib burukmu itu."

Aku mengubah tatapanku menjadi dingin, itu untuk memberitahu mereka bahwa ancaman mereka tak menggoyahkanku.

Nampaknya cara untuk melewati hal ini tidak akan berjalan dengan mudah.

"Sepertinya aku terlibat hal yang cukup merepotkan, tapi kalian kurang beruntung terlibat dengan diriku."

Mereka berempat terlihat terkekeh-kekeh setelah mendengar ucapanku.

Tak lama salah seorang dari mereka yang diatap menimpali peryataanku.

"Kemampuan beladiri mu memang hebat tapi tetap tak akan bisa mengimbangi pengendalian energi roh, jadi jangan terlalu percaya diri bocah."

"Hoo, jadi itu disebut pengendalian energi roh."

Gumam ku pada diri ku sendiri.

Aku tidak membalas ucapannya, hanya tetap bersikap tenang dan dingin.

Melihat aku yang tidak terganggu oleh intimidasinya, membuat dia makin terlihat jengkel.

"Huh... kau benar-benar tidak menyadari posisimu sekarang. Segera kamu akan menyesali sikap angkuhmu itu."

Ucap kembali pria yang berdiri didepanku untuk menekan diriku lebih jauh.

Aku hanya membalas dengan tatapan dingin dan menusuk.

Mereka nampak semakin kesal dengan reaksiku yang tidak sesuai harapan mereka.

"Baiklah... Kau akan habis dengan penuh penderitaan sekarang."

Segera mereka melepaskan kumpulan energi roh berwarna biru dari telapak tangan mereka dan melesat kearahku secara bersamaan.

Dan terjadi ledakan energi roh ditempatku berpijak.

Namun aku sudah tak disana, karena dalam sekejap mata aku sudah berjarak 2 langkah dari penyerang yang ada didepanku.

"Bagaimana mungkin?"

Ucap penyerang yang ada dihadapanku dengan wajah terkejut.

Dalam posisi masih berada di udara aku mengayunkan kaki kanan tepat kearah kepalanya.

"AARRGHHH!!!"

Teriaknya penuh kesakitan, dia terpental ke kiri dan mendarat cukup keras di aspal jalan dengan kepala duluan.

Sementara 3 orang lain sangat terperanjat dan tidak percaya.

"Siapa selanjutnya? aku tidak punya banyak waktu."

Aku menaruh tangan kanan ku kepinggang ketika mengucapkannya, untuk memberi kesan aku jauh diatas mereka.

"Sudah kubilang sebelumnya kalian kurang beruntung berurusan denganku."

Raut wajah mereka pun begitu kesal, lalu seseorang yang dibelakangku menimpali.

"Untuk orang biasa kau terhitung luar biasa, karena sanggup mengalahkan 2 orang pada Tahap Dasar Roh Tingkat 2 seorang diri."

Mereka lalu mengambil ancang-ancang untuk menerjang bersamaan.

Mereka sekarang sadar aku cukup berbahaya untuk ukuran orang biasa.

"Kami sepertinya terlalu meremehkan mu. Namun keberuntungan mu sudah habis, semuanya serang bersamaan."

Mereka bertiga maju menyerang, aku pun langsung mengambil posisi untuk menahan mereka.

Aku juga bertanya-tanya pada diriku soal ucapan mereka.

"Tahap Dasar Roh Tingkat 2 ? Apa itu semacam pangkat atau gelar?"

Aku pun menekuk lututku dengan sikap kuda-kuda untuk bersiap menghindar dan melakukan balasan.

Seluruh tubuhku bergetar, hal ini sungguh memacu adrenalinku.

Karena tidak menyangka aku bisa bertemu orang-orang yang mampu menyudutkanku seperti ini.

Terlebih lagi mereka dapat menggunakan kemampuan diluar nalar.

"Cih... Terserahlah... ini akan sulit menghindar dan membalas 3 orang misterius ini sekaligus, tapi harus kucoba atau berakhir sudah."

Pikiranku dipenuhi keraguan disaat mencari celah dari serangan mereka.

Ketika mereka bertiga sudah berdekatan dan hampir menggapai ku, tak disangka sebuah energi roh berbentuk bulan sabit menghantam mereka bertiga.

"AAARGHH!!!!"

Dan mereka terpelanting berapa puluh meter ke jalan dengan teriakan kesakitannya.

Serangan itu meninggalkan jejak energi roh dijalurnya.

Aku terpaku sebentar sehabis melihat serangan itu.

Segera aku menyadarkan diri dan melihat kondisi tiga orang yang telah terhempas itu.

"Praktisi Roh mengeroyok orang biasa... Sungguh memalukan."

Aku terkejut karena mendadak terdengar suara seorang gadis yang berbicara ditengah kekacauan ini.

Tanpa ragu aku langsung menengok pada sumber suara yang tiba-tiba muncul itu.

Dari balik bayangan tiang lampu jalan, terlihat sesosok yang muncul dan berjalan mendekat.

Setelah keluar dari bayangan itu, nampak gadis dengan rambut panjang lurus berwarna ungu gelap dan panjangnya sampai bawah belikat.

Warna iris matanya sama dengan rambutnya dan memiliki bibir merah muda yang tipis.

Sungguh dia seperti pemandangan yang sangat mempesona ditengah kekacauan ini.

Dia juga mengenakan pakaian kerja yang sama dengan pegawai wanita dikantorku yaitu baju putih dengan rok hitam pendek selutut dan pakai stocking hitam menutup sampai paha.

"Kau baik-baik saja senior?"

Gadis itu menatapku dengan wajah tenangnya, lalu ia tersenyum padaku.

Senior? Kemudian aku tersentak setelah sadar ternyata dia adalah pegawai baru di kantor ku pagi tadi.

Dengan mata terbuka lebar sementara mulutku yang hampir terbuka untuk menanyakan semua rasa penasaran ini.

Aku menghentikan niatku untuk bertanya, karena salah seorang penyerang yang tersungkur tadi meneriakkan kekagetannya.

"Tahap Dasar Roh Tingkat 4???!!! Gadis ini berbahaya."

Aku hanya bisa tersenyum kecut, bukankah mereka tadi mengatakan kalau mereka Tahap Dasar Roh Tingkat 2 dan berarti gadis ini sudah 2 tingkat diatas mereka.

Aku berusaha merenungi semua hal yang menimpaku hari ini.

Dunia memang sempit, bisa-bisanya aku dapat bertemu dalam situasi tidak biasa dengan gadis karyawan baru di kantor yang mana baru saja aku kenal.

avataravatar
Next chapter