5 Chapter 4

Perempuan itu membalikan wajahnya, perempuan itu sore, sore tersenyum ke arah valin.

Valin terlihat bingung, karena sikap yang tadi dan sekarang berbeda, benar-benar membuat valin kebingungan.

Sore berjalan ke arah valin, "hallo" ujar sore, melampaikan tangannya.

"Ha-hai.." jawab valin menatap sore, sangat kebingungan.

"Kenapa sih?" Ujar sore.

Valin menyadarkan pandangannya, "ga kenapa-kenapa" jawabnya.

"Oh iya, kamu udah harus pulang kerumah?" Tanya sore.

"Engga harus sih, emang mau kemana lagi selain pulang?" Tanya balik valin.

"Kalau mau main harus minta izin orang rumah ga?" Tanya sore.

Valin menggeleng, "engga kok, kenapa?"

"Yaudah ayok, aku ajak kamu main" ujar sore menarik tangan valin.

"Ehhhh"

Mereka berdua sudah sampai di belakang gerbang sekolah, menunggu bis sekolah pergi. Sore mengintip sesekali.

"Ada apa?" Tanya valin yang kebingungan.

"Ssttt" sore mengangkat telunjuknya ke depan mulut, "jangan berisik, tunggu bisnya pergi"

"Ada cctv kan?" Ujar valin.

Sore mengangkat dagunya, menyuruh valin melirik ke arah cctv. Valin melirik, sedikit terkejut, cctv yang mengarah ke gerbang sekolah, sudah mengarah lain arah.

Valin melirik ke arah sore, sore tertawa, tanpa suara.

Bis mulai menyalankan mesinya, mulai melayang perlahan lalu, berjalan perlahan-lahan, mungkin berharap ada murid yang akan mengejar.

Sore mengintip, bisnya sudah pergi jauh dari hadapan gerbang sekolah, sore berjalan cepat menarik valin.

"Mau kemana ini?" Tanya valin sambil menyeimbangkan jalan cepatnya.

"Ayo ikut" jawab sore.

'Aku tidak percaya hari ini, sore menggengam tanganku, ada sesuatu yang berdebar dari dalam tubuhku, aku mencoba menghilangkan rasa berdebar ini tapi tidak bisa'

Valin dan sore berhenti di depan bukit di kota valin dan sore, bukit ini di tutupi oleh pagar jaring, agar tidak ada siapapun yang masuk.

"Sore, kita jadi pergi kemana?" Tanya valin menatap bukit itu sambil diperhatikan.

"Masuk!" Jawab tegas sore, sore mengangkat tangannya ke pinggang dengan bangga.

Tiba-tiba terasa tiupan angin kencang dari belakang valin dan sore terasa, valin menatap sekitar, memeriksa semuanya akan baik-baik saja.

Tiba-tiba sore meraih tangan valin dan menarik lagi, "ayok tiupan angin sudah muncullll!!" Seru sore sambil menarik valin masuk kedalam bukit.

Valin dan sore berlari menaiki bukit, dengan masih menggunakan seragam sekolah, mereka akhirnya berdiri di atas bukit.

"Huahh!!" Seru valin menatap ke arah depan, terlihat kota-kota yang baru setengah jadi, sorotan matahari akan terbenam, mengeluarkan warna yang indah.

Sore menatap kedepan juga, tersenyum lebar.

Valin menatap ke atas, melihat awan bergerak begitu cepat, tidak seperti biasanya.

"Seruu kan!" Ujar sore melirik ke arah valin.

Valin melirik ke arah sore, mereka saling berhadapan, seketika raut wajah dari valin dan sore terlihat terkejut.

'Berdebar-debar, sore kamu juga seperti ku tidak? Kita di sini hanya berdua, bersama angin. Aku ingin hubungan ini lebih dekat sore'

"Eh" sore mengedipkan matanya, mengalihkan pandangannya, kedepan.

Valin pun, menggaruk kepalanya yang tidak gatal, mengalihkan ke arah depan.

'Sekarang aku dan sore begitu malu, bahkan sampai tidak bisa mengeluarkan kata-kata apapun'

"maaf sore" ujar

"Tidak apa-apa, ayo duduk valin" ujar sore membenarkan rambutnya lalu duduk.

Valin mengikuti sore duduk di bawah, sekarang mereka melihat ke arah matahari.

"Oh, iya, ngapain kamu ajak kesini?" Tanya valin.

"Aneh yah? Ga suka? Maaf-"

"Eng-enggak kok..." ujar valin sambil melambaikan tangannya, "sukaa" valin tersenyum. "Cuma nanya aja"

"Ehmm" sore menaikan telunjuk ke pipinya, melihat ke arah langit, sambil berfikir. "Ga ngapa-ngapain sih, cuma tempatnya adem, seru ajak kamu sini" ujar sore tersenyum.

"Aku boleh nanya sesuatu engga?" Tanya valin.

Sore melirik, lalu mengangguk.

"Kamu di sekolah punya teman kah?" Tanya valin.

Sore mengangguk. "Kamu?"

Valin menggeleng

"Yah... jangan sedih valin, aku ga di anggap? Ya walaupun baru kenalan di bis kemarin" ujar sore.

"Di anggap kok, maksudnya teman sekelas" ujar valin.

"Mungkin memang tidak cocok aja, aku pun hanya 1 temen sekelas" ujar sore.

Valin mengangguk.

"Oh iya, kamu udah memikirkan masuk ke universitas kemana?" Tanya valin.

Sore menurunkan mulutnya, lalu menggeleng. "Tapi kayanya aku bagaimana orang tua aku saja sih"

"Anak yang pintar" ujar valin mengusap-usap kepala sore sambil tertawa.

"Yehh, tapi ragu" ujar sore.

"Yahh sama dong ragu kaya aku" ujar valin.

"Ragu kenapa?" Tanya sore.

"Ragu bisa masuk ga yah ke universitas yang bagus" jawab valin.

"Semoga bisa yah" ujar sore sambil melirik ke arah valin, lalu tersenyum lebar.

"Yahh!!!" Teriak valin.

Sore terkejut, valin pun terkejut, lalu mereka saling melirik, lalu tertawa keras bersama.

'Aku tidak tahu masa yang akan datang, tapi aku akan mencoba mengungkapkannya padamu nanti'

Matahari mulai terbenam, langit-langit menjadi gelap, hanya ada valin dan sore di atah bukit itu.

Sore menggenggam tangan valin, valin sedikit terkejut.

"Ayo berjanji jangan lepaskan tangan kita" ujar sore tersenyum.

Valin melirik ke arah tangannya dan melirik lagi ke arah wajah sore, lalu mengangguk.

"Terima kasih sore! Kenangan berharga ini, aku tidak akan lupakan begitu saja" ujar valin.

Sore tersenyum, mengangguk.

***

avataravatar
Next chapter