3 Chapter 2

Ting! Tong! Suara bel pulang terdengar sangat jelas, semua murid berlalu lalang di lapangan sekolah. Langit sudah mulai gelap,

Valin berjalan keluar gerbang, bis yang tadi pagi, sekarang muncul kembali di hadapan sekolah.

Murid-murid masuk dengan tertib kedalam bis, Valin duduk di bagian tengah, dengan seorang murid lain yang dia tidak kenal.

"Eh tau ga kemarin si a ketemu sama aku di deket ruang guru" ujar seseorang perempuan di belakang valin.

"Kamu suka?" Tanya temannya.

Di belakang kursi valin terdapat tiga perempuan sedang berbicara, seorang laki-laki yang mungkin dari salah satunya ada yang menyukainya.

"Ganteng kan?" Tanya temannya.

"Iya, aduh si a mau ga yah kenal sama aku" ujar si cewe.

Valin menatap jendela bis, sore ini jalan terlihat padat, dan air hujan pun mulai turun perlahan, kaca bis mulai ditutupin oleh air hujan.

"Hei" ujar seorang cewe yang ada di samping valin.

Valin terlihat Terkejut, seorang di sebelahnnya memulai pembicaraan.

"Ya?" Valin menoleh.

"Kamu kelas apa yah, aku ga pernah lihat kamu" ujar perempuan itu.

Valin menghela nafas, "kelas D, duduknya paling belakang, suka sendiri"

"Maaf" perempuan itu tertawa sedikit.

"gak apa-apa" jawab valin.

"Eh, nama aku, sore, kamu?"

"Valin, engga pernah dengar yah"

Sore mengangguk, tersenyum. "Oh iya, kamu tadi dengar percakapan perempuan di belakang kan?"

Valin mengangguk.

"Kamu percaya?"

"Maksudnya?"

"Perempuan liat laki-laki karena dari tampang?"

Valin mengangguk.

"Menurut aku, bohong"

"Kenapa?"

"Aku engga liat laki-laki dari tampang kok"

"Tapi, liat dari kecerdasan kan?"

"Ehmm, itu nomor kesekian"

"Liat dari bentuk badan kan?"

"Engga juga"

"Liat dari penampilan?"

"Ehmm nomer dua" sore tersenyum.

"Jadi?"

"Menurut aku perempuan liat dari percakapan antara perempuan dan laki-laki, apakah dari dua sisi ini terlihat nyaman, kalau iya, itu nomer satu buat aku"

Valin terdiam, menelan ludah.

"Kenapa diem?" Sore tersenyum melihat wajah valin.

Valin menggeleng.

"Percakapan barusan nyaman ga?" Tanya valin.

Sore mengangguk tersenyum, pipinya terlihat burubah memerah.

Valin terdiam.

Tiba-tiba bis berhenti, valin dan sore sontak melirik ke arah depan, pak petugas meneriaki, nama valin.

Valin berdiri dengan cepat, lalu berjalan keluar bis.

"Sampai besok, sore!" Teriak valin.

Sore tersenyum, melambaikan tangan.

Bug! Valin telah keluar dari bis, jalanan basah, dan terlihat genangan air dimana-mana. valin melihat bis pergi dari hadapannya.

***

Krek, valin membuka pintu rumah, suasana rumah terasa dingin dan hening. Valin sudah terbiasa untuk hal ini.

Valin berjalan kearah kamar, lalu mengganti pakaian dan membereskan isi tas. Valin merebahkan badannya di atas kasur, menatap langit-langit kamar.

Krek pintu kemar menoleh, valin langsung menoleh ke arah pintu.

"Ya elah kirain siapa yang dateng" ujar kakak.

"Ehm" valin menghela nafas.

"Kenapa kamu?" Tanya kakak.

"Ga apa-apa" jawab valin.

Kakak melangkah masuk kedalam kamar, lalu menarik kursi dan duduk di depan valin.

"Ada apa sih?" Tanya lagi kakak.

"Kak aku tuh bingung sama apa yang aku selama ini lakuin" ujar valin.

"Bingung gimana?" Kakak semakin penasaran dengan ujaran valin.

"Kaya apa yang aku lakuin itu, kosong, aku ga ngerti kenapa tapi-" valin menghentikan bicarannya.

Kakak menghela nafas, membenarkan duduknya.

"hmm, kakak tau, mungkin kamu kurang menikmati, jadi setiap yang kamu kerjakan atau lakukan itu tidak ada bekas yang rasain" ujar kakak.

"Sesimple itu?" Tanya valin wajahnya tidak percaya.

Kakak mengangguk tersenyum, "coba besok"

***

avataravatar
Next chapter