2 Chapter 1

Klik! valin mematikan lampu kamarnya, yang sebelumnnya sangat amat terang, sekarang sangat gelap.

Valin berjalan ke tempat tidur lalu merebahkan badannya, menutup mata perlahan.

Pikiriannya mulai berjalan

"Aku berjalan melewati lorong sekolah, memakai baju wisuda berserta memakai kalung piagam kelulusan, aku memikirkan data nilai yang untuk masuk ke universitas, apakah aku yakin akan bisa masuk? Sedangkan temanku yang lain masuk dengan nilai yang sempurna, aku takut sekali jika tidak masuk, plan aku yang lain untuk saat ini tidak tahu"

Valin membuka mata perlahan, menghela nafas, pikirannya terus berjalan, tidak bisa berhenti, terus Menatap langit-langit dinding.

Valin mengganti posisi tidurnya, mencoba menutup mata kembali.

"Kayanya gabisa yah masuk universitas yang sama orang nilainya gede, aku yakin, aku gabakal masuk sih"

"Kalau aku engga masuk ke universitas yang aku pilih, kemana yah aku. Emang universitas harus yang bagus yah ? Kalau biasa aja gabisa emang? Aku takut kalau ga keterima di universitas yang bagus, apa kata orang"

Valin menyadarkan diri, menghela nafas berkali-kali.

"Ayo lah, pikiran, aku ingin istirahat" ujar Valin yang masih menutup mata.

"Gimana bisa bagus masa depannya kalau universitas bagus sekarang aja belom tentu masuk."

Valin mengintip ke arah jam, jam menujukan 2 pagi, menutup mata kembali. Menghela nafas sekali lagi berharapnya bisa tidur, tidak memikirkan yang tidak-tidak.

"Kamu tau aku sangat benci momen ini"

Valin mengeratkat matanya, memulai fokus untuk tidur yang sebenarnya.

***

DUG! DUG! Seseorang mengetuk pintu pagi hari, valin perlahan membuka matanya.

"Valin engga berangkat ke sekolah?" Teriak ayah dari luar.

Valin beranjak dari kasur, lalu membuka pintu sekaligus menyalakan lampu.

"Sekolah" ujar valin kepada ayahnya.

"Oke, siap-siap, langsung ke meja kan" ujar ayah.

Valin mengangguk, bug! Menutup pintu kamar kembali.

Valin langsung mengambil handuk dan mandi, dilanjut dengan membereskan buku dan bersiap pergi kesekolah.

Krek! Valin membuka pintu kamar lalu berjalan ke arah ruang makan, di sana sudah ada ayah dan ibu, kakaknya tidak tahu kemana.

Valin langsung duduk di meja makan, sebelah kiri ayahnya, depan valin, ibunya.

Valin mengambil piring lalu mengisi nasi dan lauk pauknya.

"Ujian akhirnya 2 minggu lagi kan?" Tanya ibu sambil mengelap tangannya yang basah.

Valin mengangguk.

"Emang mau masuk universitas mana?" Tanya ayah.

"Belum tau yah, masih cari-cari" valin mengangkat sendok dan garpuh, lalu mulai melahap.

ayah hanya mengangguk, sambil mengunyah makannya.

"Mau coba masuk universitas yang bagus?" Tanya ibu sambil memotong makannya.

"Kayanya, tapi ga yakin" ujar valin.

Ibu menghela nafas, "coba aja dulu"

Valin mengangguk.

"Lin, kamu engga bosen dikamar terus?" Tanya ibu.

"Engga" jawab valin.

"Main sana sama alex, dia keren tuh main keluar sama temen-temennya" ujar ibu.

"Siapa alex?" Tanya ayah.

"Anak temen ibu, yah, yang kemarin kesini" jawab ibu.

"Engga ah bu, males" jawab valin.

"Ah kamu, terserah kamu aja lah" ujar ibu.

Valin membereskan makannya lalu membawa ke watafel, dan berpamitan ke ibu dan ayah, berjalan ke luar rumah.

Valin menunggu bis sekolah menjemputnya, tidak menunggu lama bis berwarna kuning tanpa roda itu datang, dan tepat di depan valin, bis membuka pintu lalu valin melangkah masuk.

Gedung-gedung di kota ini sangat besar, berbentuk bulat dan seperti kubah raksasa, lalu bola-bola di atas melayang, itu seperti ruang penting di sebuah perkantoran.

Suit! Pintu bis terbuka otomatis, valin melangkah keluar, berjalan cepat masuk kedalam sekolah.

Tepat, valin masuk ruangan kelas, bel sekolah berbunyi.

Ting! Tong!

***

avataravatar
Next chapter