7 Para Utusan

"Kalian serius aku harus pindah lagi?" tanya seorang cowok pada empat orang teman di hadapannya.

"Serius, kita sudah mengatur semuanya. Kau hanya perlu masuk seperti biasa tanpa atensi dari orang-orang." Kali ini seorang gadis berambut biru navy terurai panjang itu yang berbicara.

Cowok yang tadi bertanya mendengkus kasar setelahnya.

"Brian, di antara kita semua lo yang paling cocok mengenakan seragam sekolah. Lo yang ahli memata-matai seseorang," ujar cowok lain di sana yang memakai kacamata hitam sendiri.

Brian, cowok itu hanya menatap teman-temannya datar. Bola mata merahnya menatap sangat tajam ke arah empat orang di sana.

Clara menepuk bahu gadis lain berambut putih salju yang diikat kepang satu. "Kembaranmu tak seharusnya mengusul untuk pindah sekolah secepat ini, Olivia," ujar Clara berbisik.

Gadis bernama Olivia itu mendesis ke arah seorang cowok yang berwajah mirip dengannya. "Peter, tak seharusnya secepat ini." Olivia rasanya ingin menjambak rambut saudaranya itu.

"Percayalah ini yang terakhir, firasatku mengatakan seperti itu. Kau percaya 'kan padaku, Alex?" Peter beralih menatap si cowok kacamata yang disebut Alex.

"Ya, aku harap juga begitu, jadi aku masih sedikit ragu untuk percaya," jawab Alex.

Peter langsung merasa kecewa. Dia beralih menatap Brian, Peter dengan segera mengambil tangan Brian dan menggenggamnya di atas meja. "Brian, percayalah padaku. Aku merasakan ini adalah pindahan yang terakhir kalinya. Instingku tidak mungkin salah, mengendus jejak si Utara itu terasa sangat nyata."

Brian dan keempat lainnya mendengar kalimat Peter dengan muka yang sangat datar. Peter sulit untuk dipercaya, karena terkadang dia ceroboh. Cowok putih salju ini sering berbuat kesalahan di muka umum, bahkan ramalan-ramalan dengan dalih insting itu sering salah sasaran. Namun, kali ini dia tidak mau kalah, dia berencana pindah sendiri ke kota ini jika teman-temannya tak ada yang ingin ikut. Katanya dia akan mencari seseorang yang akan menyelamatkan kehidupan mereka sendiri kalau mereka tetap tak percaya pada dia kali ini. Pada akhirnya, teman-temannya memilih untuk mengiyakan apa yang Peter lakukan.

Namun, Brian masih merasakan perasaan kesal karena berpindah lagi.

"Aww." Peter, melepas genggaman tangannya dari Brian ketika merasakan panas yang luar biasa dari tangan itu. Dia mengaduh kesakitan, karena telapak tangannya seperti terbakar. Dengan gerakan buka tutup pada tangan, Peter mengumpulkan angin yang banyak agar tangannya menjadi dingin.

Brian tersenyum miring sedang yang lain tertawa. Peter malah tersenyum masam, dia tahu teman-temannya tak mempercayai perkataannya lagi kali ini.

Sudah delapan bulan lamanya, kelima orang ini bertualang mencari seseorang yang dapat menyelamatkan kehidupan manusia. Manusia normal tidak akan tahu, bahwa sebenarnya di dimensi berbeda dari bumi terdapat kaum pengendali elemen yang menghidupkan bumi manusia.

Elemen adalah empat tatanan penting bagi bumi yang harus terus berputar, jika salah satu saja ada yang hilang maka sangat bisa dipastikan bahwa bumi tak akan memiliki nyawa. Bayangkan saja, jika air menghilang dari muka bumi ini, manusia tidak akan bertahan hidup karena terkena dehidrasi, tak akan ada tanaman yang dapat tumbuh subur atau hewan-hewan yang bisa hidup pula. Jika seperti itu, maka kehidupan di bumi akan kacau balau. Oleh karenanya, Tuhan menciptakan mereka di dimensi berbeda yang dapat menggerakkan tatanan bumi ini.

Manusia, masih kadang melakukan hal yang semena-mena pada bumi. Membuka lahan dengan membakar hutan, membuang sampah di lautan, merusak tanah dengan bahan kimia, hingga menciptakan banyak polusi udara oleh kendaraan. Manusia tak tahu, perilaku mereka merugikan keberlangsungan hidup di bumi pada masa yang akan datang. Namun, manusia semestinya bersyukur juga, karena para pengendali ini sebisa mungkin membuat elemen-elemen di muka bumi tetap seimbang seperti seharusnya.

Alasan mereka semua diutus ke bumi saat ini adalah karena kondisi tempat tinggal mereka Caraka, negeri para pengendali elemen sedang mengalami kekacauan. Setelah hampir seribu tahun lalu, terjadi peperangan besar dengan seorang penghianat dari negeri mereka, kini dia kembali lagi dengan kekuatan yang lebih besar. Seribu tahun lalu, peperangan berakhir dan dimenangi oleh para kaum pengendali. Namun, saat ini kekuatan dia yang disebut penghianat itu sudah jauh lebih besar dari mereka semua.

Karena keadaan yang sangat mendesak, beberapa remaja yaitu Brian, Alex, Clara, Oliv, dan Peter diutus mencari si pelengkap dari empat elemen ini. Kaum pengendali elemen merasa yakin, ada elemen lain di muka bumi yang lebih kuat dan dapat menghidupkan umat manusia. Sesuai dengan ramalah witch dari negeri timur.

Para remaja yang diutus itu merupakan remaja-remaja yang dipercayai memiliki kekuatan yang lebih kuat dan pengendaliannya yang lebih hebat. Para remaja itu antara lain, Brian Keegan, dia adalah salah satu remaja dari kaum pengendali elemen api dari Territory of ignis yang terletak di bagian Utara negeri Caraka. Keturunan langsung dari ketua pengendali saat ini. Rambut miliknya tak mencolok seperti teman-temannya, rambut itu hanya berwarna hitam gelap. Yang membuat khas pada dirinya hanyalah mata yang berubah merah menyala ketika sedang menahan marah. Rambut miliknya bergaya pompadour, rahangnya tegas dengan bentuk muka yang terlihat lebih menjurus ke bentuk persegi. Alis Brian tebal, oh ya bola mata normal miliknya berwarna jingga. Hidung Brian sudah pasti mancung dengan bibir titpis berwarna merah muda.

Kemudian ada juga utusan dari negeri pengendali elemen tanah atau Territory of terra, Alex William Demetrius. Alex merupakan salah satu remaja yang berkemampuan di atas rata-rata. Posisinya menjadi pelindung sekaligus petarung bagi kaum di negeri Caraka bagian Timur. Di usia yang terbilang muda, dia bahkan sudah beberapa kali diutus untuk membantu mengendalikan elemen tanah di muka bumi bersama tetua-tetua lainnya. Parasnya cukup tampan seperti yang lain, rambutnya sangat tebal bergaya tousled hair dengan warna coklat tua, Alex memakai anting-anting besi di kedua kupingnya, postur badannya lebih berisi dengan otot-otot yang tebal. Tinggi Alex mencapai 180 cm dengan massa 75 kg. Kulitnya lebih putih dibanding teman-temannya yang lain. Yang membuat Alex unik adalah, cara berpakaiannya lebih stylish dibanding keempat orang temannya itu.

Dari negeri Caraka bagian Selatan yang bernama Territory of aqua, diutus seorang gadis remaja yang juga merupakan anak dari ketua pengendali elemen air saat ini. Clara Ryola, gadis dengan rambut dan mata berwarna biru navy ini jika dilihat sekilas terkesan sangat jutek dan judes. Namun, kenyataannya, Clara memiliki sifat keibuan yang dapat mengayomi teman-temannya. Clara terlihat judes karena bentuk alisnya yang tergesan tegas. Namun, jika Clara tersenyum, semua mungkin akan mengakui bahwa Clara memiliki paras yang sangat cantik. Senyum lebarnya itu membuat proporsi wajahnya sangat sempurna. Clara kadang dibilang terlihat sangat dewasa, tapi hal itu karena Clara yang suka memakai lipstik berwarna merah menyala sepertinya. Bagi Clara, lipstick merah membuat kulitnya yang pucat lebih terlihat segar.

Terakhir, dari negeri Caraka bagian Barat tempat para pengendali elemen udara yang disebut Territory of ventus, diutus dua saudara kembar bernama Olivia Thomas Breeze dan Peter Thomas Breeze. Keduanya memiliki proporsi wajah yang nyaris sama. Dari mulai mata biru sedikit sipit, hidung mancung, bahkan bentuk bibir yang sebelas dua belas. Perbedaan keduanya hanyalah bentuk rahang Peter lebih tegas dibanding Olivia yang sedikit chubby pada bagian pipi. Oh, satu lagi yang beda dari mereka, tentu saja tinggi badan. Dimana Peter menjulang tinggi sedangkan Olivia lebih pendek dari dirinya.

"Baiklah, kalau begitu kita harus mencari rumah lagi di daerah sini," putus Clara pada akhirnya. Mau tak mau yang lain mengangguk pasrah termasuk Brian tentunya.

...

Hari pertama Brian masuk sekolah, dia sengaja datang paling pagi. Brian tidak datang dari pintu gerbang depan melainkan menembus tembok belakang bangunan dengan bantuan Alex lalu naik ke gedung lantai tiga bersama awan buatan Clara dan dua bersaudara Oliv dan Peter. Brian sebenarnya tak masuk ke dalam bangunan ini sendiri melainkan bersama keempat temannya itu. Rencananya sama seperti di sekolah-sekolah sebelumnya, Peter akan membuat ingatan berbagai manusia di dalam gedung sekolah ini tertanam nama Brian sehingga tak ada satupun kecurigaan. Sebenarnya bisa saja mereka masuk sekolah dengan jalur legal sebagai murid baru, tapi bayangkan saja selama delapan bulan lamanya entah sekian ratus sekolah sudah mereka datangi. Mereka tak memiliki banyak uang untuk bertahan hidup, walau berada di dimensi manusia mereka perlu mencari uang tambahan sendiri karena hanya dibekali uang untuk bertahan hidup dan tempat tinggal. Lagipula, kalau mereka bisa membuat Brian masuk tanpa uang, mengapa mereka harus cape-cape membayar. Bahkan, mereka mungkin hanya beberapa hari saja di sini.

Olivia membantu Peter menciptakan banyak angin ingatan untuk berembus ke tiap penjuru bangunan sekolah ini. Hanya memakan waktu sekitar tiga menit keduanya selesai melakukan ritual itu. Oliv menatap Peter lalu mengangguk, Peter membalas dengan mengacungkan jari jempolnya.

"Oke, Bri, kita tinggal ya," ujar Alex. Dia menepuk bahu Brian tiga kali. Brian hanya berdeham singkat, setelah itu semua teman-temannya pergi dari sana dan menyisakan dirinya seorang diri dalam ruangan hening ini.

Mungkin sekitar 15 menit Brian tak melakukan apa-apa, seorang gadis masuk menatapnya sekilas dan langsung menuju ke tempat duduknya. Brian masih menatap punggung gadis itu lama. Syukurlah, Peter berhasil mengelabui orang di kelas ini lagi. Namun, anehnya dari sekian banyak kelas yang ada di sini mengapa Peter menyuruhnya masuk di kelas sosial ini. Ada kelas dengan fasilitas lebih bagus daripada di kelas ini, dan Brian lebih memilih untuk berada di kelas sana.

Kata Peter dia benar-benar merasakan kehadiran sosok kegelapan dari ruangan ini. Katanya juga, bisa jadi si hadiah Tuhan berada di kelas sosial ini. Brian walau masih agak ragu, tapi tak bisa dipungkiri jika dia merasakan kepercayaan pada omongan Peter itu, karena tak biasanya Peter menjelaskan begitu detail tentang keberadaan orang yang mereka semua cari – cari.

Tak berselang lama kelas mulai ramai, tak ada satu pun orang di kelas ini yang menjadikannya sebuah atensi. Peter membuat ingatan semua orang tentang Brian yaitu makhluk paling pendiam dan tak mau ngomong dengan siapa pun. Alhasil, orang – orang yang ada di kelas ini tak mengindahkan keberadaannya.

Selama jam pelajaran hingga jam pulang sekolah, mata tajam Brian selalu berputar kesana kemari mencari orang yang disebut sebagai Hadiah Tuhan itu. Bisa saja, Brian akan langsung mengenali jika orang itu masih sekaum dengan mereka. Namun, kali ini nihil, Brian sama sekali tak melihatnya

avataravatar
Next chapter