webnovel

Prologue

Gua yang gelap dan suram hanya diterangi oleh cahaya pudar dari obor tua di dinding. Bau amis bercampur dengan asap. Memenuhi atmosfer buruk yang sudah ada. Sesekali, terdengar kekehan kecil yang menggema entah dari mana, membuat tempat yang sudah mengerikan menjadi layaknya mimpi buruk.

Batuan runcing mengisi sebagian dari lorong gua, dan bercak darah yang menempel padanya juga terlihat masih segar.

"KRYAAK—"

Teriakan keras menutupi kekehan kecil yang sedari tadi menggema. Namun, teriakan itu berhenti seketika, seperti alarm yang tiba-tiba berbunyi dan dimatikan dengan cara dibanting.

Di sini bukanlah tempat dimana manusia biasa dapat datang dan pergi begitu saja, apalagi tinggal di dalamnya. Tempat ini tak lain dan tak bukan sudah memiliki tuannya sendiri yang sudah menempatinya selama bertahun-tahun.

Tubuh yang kecil dan bungkuk. Tangan kanannya yang kurus memegang sebuah bola merah yang disebut dengan 'Orb'. Dan di tangan kiri, dia menggenggam tongkat panjang yang pada ujungnya terdapat sebuah tengkorak manusia sekaligus beberapa tulang kecil lainnya yang berbunyi ketika saling berbenturan. Matanya hijau, tajam dan terang di dalam kegelapan gua. Namun, mata itu tidak lagi menunjukkan martabat sebagai pemimpin, digantikan oleh ketakutan akan sosok yang jauh berada di atasnya. Beruntung, kerudung coklat yang dia kenakan menutupi ekspresinya dari para pengikutnya yang mati-matian sedang berjuang melawan seorang manusia di bawah singgasana.

Dalam diam, Goblin Warlock memperhatikan bawahannya mati satu per satu.

"Si ... Siapa dia sebenarnya?!" gumam Goblin Warlock.

Berkali-kali sudah dia lemparkan kutukan pada manusia itu, tapi tidak satupun yang efektif. Kutukan lambat, kutukan lelah, kutukan racun, sampai pada sihir tingkat tiga, Flame Spear. Tak satupun dari semua itu yang memberi luka signifikan pada targetnya.

"Bagaimana bisa seorang manusia rendahan dapat mengungguli tiga ratus goblin yang kukumpulkan sekaligus?! Dia juga mengalahkan dua Goblin Champion!" Goblin Warlock menggerutu sendiri dari atas singgasana tulangnya. "INI TIDAK MASUK AKAL!!!"

Tongkat panjang dihentakkan ketika dia berteriak.

"[Flash]!"

Cahaya silau meledak keluar dari bawah tongkat, mengubah semua pemandangan yang gelap menjadi warna putih polos yang disertai dengan bunyi dengingan.

"PENGIKUTKU, LARI LAH! TINGGALKAN TEMPAT INI! BUANG HARGA DIRIMU DAN PERGI LAH HIDUP-HIDUP DARI SINI! TEMPAT INI SUDAH TIDAK LAGI AMAN! KALIAN TIDAK AKAN BISA MENGALAHKAN MANUSIA ITU!" seru Goblin Warlock. Suaranya menggema keras layak seruan perang, namun untuk menyerah.

Jika dia tetap memaksa untuk melawan manusia itu, dia hanya akan membuang-buang pengikut goblinnya begitu saja. Setidaknya harus ada beberapa dari mereka yang selamat dan bisa terus melayaninya di luar sana.

Goblin Warlock adalah goblin yang telah diberkahi dengan kecerdasan oleh kekuatan mutlak dari sihir. Umur mereka tidak lagi terikat takdir dan berakhir jika terbunuh. Ilmu pun mereka peroleh secara perlahan dari pengalaman hidup yang sedang berjalan dan ingatan samar ketika mereka menjadi goblin rendahan.

Goblin Warlock memiliki satu tujuan, yaitu memenuhi hasratnya. Hasrat yang berupa kekuasaan mutlak terhadap yang lemah. Oleh karena itu, dia tidak bisa bergerak begitu saja seperti orang bodoh dan langsung melawan makhluk yang superior dari dirinya tanpa adanya persiapan yang matang. Dan ketika persiapan itu mulai dibangun secara perlahan, kini malah dihancurkan, bagai kumpulan balok kayu yang ditumbangkan dengan sebuah tendangan telak.

Jika mencari balok kayu saja sama sulitnya dengan mengembangkan mereka menjadi kayu yang lebih kokoh, maka menyelamatkan satu dari ratusan balok yang ada sangatlah menjadi priorotas. Goblin Warlock tidak ingin kehilangan semua persiapan yang sudah dia bangun hingga titik ini.

"Kuharap sepertiga dari mereka selamat." Goblin Warlock mengangkat tongkatnya tinggi-tinggi. Lalu, "[Telepor—]"

*BANG!!!*

"GHYAAKH!" erang Goblin Warlock. Tangan kiri yang memegang tongkat pun terputus setelah bunyi ledakan tadi. Goblin Warlock gagal merapalkan sihir tingkat tinggi yang seharusnya dapat membuat dirinya langsung keluar dari gua ini.

'Apa itu? Sihir? Dari jarak sejauh itu dan keadaan yang seperti ini?'

Meskipun pandangan secara perlahan kembali menggelap seperti semula, namun untuk menggunakan sihir yang akurat diperlukan konsentrasi yang tinggi serta adanya penglihatan kepada target. Meskipun begitu, Goblin Warlock masih terkena sihir, yang diduganya, berasal dari 80 meter di depannya saat efek 'flash' masih terjadi.

'Dengan kerumunan sebanyak ini, bagaimana bisa?! Apa itu tidak disengaja? Atau apa dia sengaja menyerangku? Tidak, jika dia bisa menggunakan sihir, berarti serangan tadi memang ditujukan kepadaku. Jika begitu, selama aku berada di dalam jarak penglihatannya, aku akan mati!' Insting Goblin Warlock berteriak keras memperingati dirinya.

Lawannya hanyalah seorang manusia, akan tetapi bukan seorang manusia biasa. Fakta bahwa dia masih bertahan menghadapi tiga ratus ekor goblin, yang mana setengah dari mereka adalah hobgoblin, sudah sangat mengagumkan untuk diakui sebagai 'Goblin Slayer'.

Pakaiannya berbeda dengan para manusia yang biasa ada di luar gua. Antara manusia itu adalah seorang prajurit bayaran yang kebetulan lewat atau seorang utusan dari Kekaisaran Gilmund yang diperintahkan untuk menghancurkan sarang goblin.

Goblin warlock sudah bertindak dengan sangat hati-hati. Setiap keputusannya didasarkan pada informasi sekaligus pertimbangan yang dia lakukan berkali-kali.

'Jika dipikirkan kembali semua skenario yang sudah terjadi, kemungkinan bahwa Kekaisaran Gilmund akan mengetahui keberadaan kami ialah saat aku mulai memperluas wilayahku ke desa sekitar, dan sayangnya rencana itu belum aku lakukan sama sekali. Dan kenyataan bahwa yang menghadapi kami hanyalah seorang saja, berarti Kekaisaran Gilmund masih belum mengetahui apapun tentang keberadaan kami.... Jadi, yang tersisa hanyalah kemungkinan yang pertama.'

Di bayangan yang gelap sekalipun, cahaya biru dari matanya bersinar terang seperti mata pemburu di malam hari. Goblin Warlock memperhatikan gerak gerik dari lawannya dalam rasa takut sekaligus kekakuan. Dia harus memikirkan cara agar dirinya bisa pergi hidup-hidup dari manusia itu.

'Apa baru saja mata kami bertemu?!'

"Gawat!"

Goblin Warlock menggunakan tangannya yang lain, yang memegang orb, untuk merapalkan sihir. "[Invisi—]"

*SWOOSH*

"Melakukan kontak langsung dengan target. Bersiap untuk mengeliminasi di tempat." Sebuah suara terdengar di samping telinga. Suara yang datar dengan bahasa yang asing. Tangannya yang keras berhasil menahan Goblin Warlock untuk merapalkan mantra sekali lagi.

'Ini tidak bagus!'

Goblin Warlock memutar otaknya dengan sangat keras, memikirkan cara agar kematiannya dapat ditunda walau sedetik saja.

"TUNGGU!!!" teriak Goblin Warlock.

Sebagai respon dari teriakan tersebut, cahaya terang yang memancar dari sebuah alat yang digenggam oleh manusia itu pun padam.

Goblin Warlock sudah terpojok. Dia mungkin masih bisa hidup karena lawannya ingin mengetahui apa yang akan Goblin Warlock tawarkan kepada dirinya.

"Katakan manusia, apa yang kau inginkan dariku?" Nada yang keluar terdengar ragu.

Mengetahui apa yang diinginkan oleh lawan bicara adalah dasar untuk melakukan sebuah negoisasi. Bukti bahwa dia tidak membunuh Goblin Warlock ditempat menunjukkan bahwa manusia yang sedang berdiri di hadapan Goblin Warlock sedang memerlukan sesuatu darinya yang kemungkinan besar tidak memiliki wujud.

'Jiwa? Sihir? atau Kekuasaan terhadapku?'

Goblin Warlock berusaha menarik lepas tangannya yang dipegang erat, namun tidak berhasil sama sekali.

"Informasi."

"Huh-?"

"Berikan aku informasi tentang dunia ini!" Sang manusia memerintahkan Goblin Warlock layaknya seorang atasan kepada bawahannya.

Next chapter