webnovel

0.1: T-tunggu dulu!

Warn: seggs, ra*e, abuse

.

.

"GUSTIIII!!"

"ALLAHUAKBAR!!"

"KYAAAAAAAA!"

Hal yang terakhir lelaki itu dengar adalah teriakan memekakkan telinga dari berbagai sisi. Ia terperanjat, terbangun dari tidur pulasnya dan langsung menoleh ke sana-ke mari untuk mengetahui ada ribut-ribut apa sebenarnya.

Hanya saja, apa yang ia lihat diluar dugaan. Begitu matanya terbuka, cahaya putih menyilaukan terlihat, seketika pupil mengecil dan ia mengernyit.

Namun sedetik berikutnya … semua gelap.

Gelap gulita bak seluruh cahaya di bumi menghilang.

"A-apa?!" lelaki itu, pria 29 tahun bersetelan putih-hitam dengan name tag Bima Farhan D. pada seragamnya berceletuk. Ia terkejut setengah mati dengan apa yang terjadi.

Cepat, ia mulai memperhatikan sekelilingnya. Kelereng hitam itu menyapu kegelapan dalam hitungan detik. Sayang ia tak menemukan secuil petunjuk dimana dia. Bahkan mana atas mana bawah pun tak tahu. Ia coba lagi lakukan scanning, tapi hasilnya sama. Hanya hampa yang menyapa.

Sampai di suatu titik, terdapat sesuatu melayang di depannya. Bentuknya seperti jendela opsi dalam game. Agaknya mirip sekali dengan hasil tampilan projector di tempat kerja.

Namun tulisan yang berada di dalamnya membuat ia menegang.

[You're dead. Do you want to stay alive?]

[Yes] [No]

What?! Apa-apaan ini?! Lelaki itu menganga. Dalam benak, ia menduga ini prank. Mungkin dia sedang disekap atau dijadikan bahan penelitian.

Tapi … entah mengapa rasanya real.

Menjulurkan tangan, insting bertahan hidup Bima bekerja. Tanpa menunggu lama, ia raih cahaya biru yang tunjukkan kata-kata 'Yes'.

Sedetik ia mengagumi fakta jika pendaran cahaya itu mampu ia sentuh. Namun detik berikutnya, seluruh kekaguman Bima terhempas. Entah mengapa dunianya jumpalitan, ia seperti dilempar ke atas, tendang kanan kiri dan dihempas ke tanah.

Semua berputar. Berputaaar. Berputaaaar.

Ia ingin muntah, tapi tak kuasa. Ingin pingsan pun tak bisa. Rasanya Bima sudah mabok, mabok tapi masih waras.

Tiga menit kemudian baru semuanya mereda. Meski hanya sesaat.

Karena yang berikutnya ia rasa adalah guncangan hebat. Guncangan yang makin lama makin kencang. Ia tak nyaman. Ia ingin tahu apa yang membuatnya begini.

Namun sekeliling masih gelap gulita.

Sampai di satu titik, ia merasakan sesuatu lonjong padat berisi, melesak masuk dalam pantatnya.

Seketika Bima membuka mata. Betapa dia terkejut ketika di atasnya ... di atasnya ada seseorang telanjang penuh keringat sedang memandangnya lapar.

W-what? What the hell?! Bima menegang. Kelereng biru tubuhnya membelalak, napasnya tercekat, wajah putih di sana pun memucat. Selayang pikir memenuhi benak. A-apa yang terjadi? Kenapa tiba-tiba—dimana dia? Siapa orang ini?!

Namun belum juga Bima selesai dengan keterkejutan yang melanda, orang entah siapa yang berada di atasnya ini, kembali bergoyang.

Benda keras di dalam pantatnya, bergerak.

Bulu roma Bima berdiri serempak. Sakit yang ia rasa di bagian anus ini menyadarkan jika dia harus berbuat sesuatu. Ia berusaha meronta. Tangannya menghambur ke segala arah, berjuang untuk membawa tubuhnya menjauh. Sayang, entah mengapa, setiap gerak yang diberikan orang di atasnya, membuat ia kesulitan bergerak. Tenaganya seperti tersedot, atau menguap. Napas bahkan sampai tersendat, erangan demi erangan meluncur. Erangan yang entah bagaimana di telinga Bima, jadi begitu asing.

Ada yang tak beres di sini. Bima merasa tiap sodokan yang diberikan padanya, ia menjadi lemah. Lemah tapi bergairah.

Dari sana saja Bima mulai merasakan ketakutan menjalari hatinya. Tidak! Ia tak mau! Fokus lelaki ini berganti, ia tak lagi berusaha kabur tapi berusaha menghempas mundur manusia bajingan ini. Cepat tangannya terangkat, meraih bahu lelaki di atas sana, mereka gigih mendorong.

Sayang, tak ada tenaga di sana. Ia kalah.

Bahkan si lelaki berambut kuning di atasnya tertawa kecil melihat usahanya yang mengenaskan.

Sebelum akhirnya dia merengkuh punggung Bima, membawanya duduk di pangkuan, lalu melesakkan benda keras itu dalam rektum dengan penuh semangat.

"Ahhhn~" detik itu juga, Bima melenguh kencang. Pandangannya serta merta putih dan benaknya terhempas entah kemana. Yang ia rasa hanya nikmat. Nikmat yang sangat menggila.

A-apa itu tadi?! Bima tak kuasa mengucapkan apa yang melandanya. Dia hanya bisa membuka mata sejenak, menatap liar ke sekeliling kebingungan, sebelum memejamkannya lagi dan kembali melenguh.

"H-hentikaanh~" katanya sembari mendesah keenakan. Dia berusaha mendorong manusia sialan ini, tapi entah mengapa itu membuat benda di dalamnya jadi lebih jauh tertanam, menggesek suatu titik di dalam sana membuatnya menjerit penuh kenikmatan sebelum kembali terjatuh di atas kasur dan menggelinjang.

Orang itu tertawa melihat hal ini. Bima bisa mendapati senyuman miring si bajingan, sebelum orang itu memposisikan diri dan menghantami titik nikmat Bima tanpa henti.

Niat hati untuk mendorong atau memukul makhluk di atasnya sirna sudah.

Dan menit-menit berikutnya, Bima hanya bisa merasakan tubuhnya digesek, dipenuhi. Dan dia keenakan karenanya, ini menakutkan. Hanya saja, sungguh, setiap sodokan membuat Bima melayang hingga ke langit ke tujuh. Pandang matanya memutih berkali-kali seiring keringat mengalir di sekujur tubuh. Lalu kejantanannya ... mengeras, mengencang, tegak berdiri menjulang.

"Tuan Kiel, kau lacur sekali. Apa harus aku lakukan ini terus agar kau tahu dimana posisimu, hm?"

Bima terengah, telinga sudah berdengung. Nikmat membuat kemampuan pendengarannya turun separuh lebih. Ia tak mendengar apa yang orang itu bicarakan. Dia hanya bisa menjulurkan lidah, melenguh-lengah. Hnnnghhh, ah, aaahhnn~

"Duke Vaseo itu anjing dan kau adalah penerus anjing, Tuan. Ingaaat~"

Bima membelalak. Mulutnya terbuka lebar, saliva turun dari ujung bibir dan mengaliri hingga telinga. Sebuah sentakan batang besar di dalam anusnya menghujam kuat G-spot yang ia miliki. Bintang bak berputar di mata Bima, napasnya terengah, erotic. Hal ini dilakukan manusia entah siapa itu sembari menekankan suatu nama; Vaseo? Paseo?—uh, merk Tissue? Entah, Bima tak ingat.

"Kau melewati batas, anjing harusnya bertingkah seperti anjing, patuh! Paham?" orang itu berseru seraya mengangkat pinggang Bima lebih tinggi dan menghujamkan pedangnya ke dalam lubang Bima lebih dalam. Bima hanya bisa terengah dan menggelengkan kepalanya kuat di sini. Rasa nikmat yang begitu melejit membuat dia tak tahu harus apa. Tubuhnya panas. Tokyo tower mininya berkedut tak karuan, seluruh tubuh pun memanas.

"KIEL JAWAB AKU!"

Teriakan demi teriakan terdengar. Sayang, Bima setengah sadar, kenikmatan yang ia rasa membuat telinga seperti auto memfilter suara-suara tak berarti.

Setidaknya sampai ia merasa badannya diputar dalam sekali hentak, membuat kepala dan tangannya terbenam dalam lautan kapuk sedang pantatnya menjulang tinggi ke atas; nungging.

Bima seketika berkeringat dingin. Dia jadi lebih sadar dari sebelumnya jika dia berada di tempat yang tak ia ketahui dan sedang dalam kondisi disetubuhi orang yang tak ia kenal: dia sedang diperkosa.

"H-hentikan ...," akhirnya Bima kembali bersuara. Ia mencakari sprei yang ada dan berusaha mengangkat tubuhnya untuk berdiri. Namun kuat, tangan entah milik siapa itu menekan punggungnya, membuat Bima kembali jatuh dan melesak ke atas kasur.

Diperlakukan begini, membuat Bima makin berontak. "Hei! Henti—aaaahnn!!!" sayang, sebelum ia bisa menyampaikan apa maunya, batang besar itu kembali tertanam di sana dan sekali lagi, titik nikmatnya dihujam.

"Hentikan? Kau yang harusnya berhenti bicara! Jawab aku! Jabarkan apa salahmu!!" adalah apa yang diucapkan manusia biadab itu seraya meraih batang miliknya dan meremas. Bima mencicit, tubuhnya membusur atas apa yang dilakukan orang ini.

Rasanya sakit sekali ditekan begini. Batangnya berdenyat-denyut tak jelas dalam genggaman kuat pun urut-an si makhluk biadab. Namun entah mengapa, makin lama Bima merasakan nikmat.

Seketika setelah kenikmatan dalam kesakitan ini ia rasa, tubuhnya mengejang. Lalu gendangnya seperti mendengar suara mesin [[Welcome to Deel's System]]. Bima membelalak. Dia tergugu, tak mengerti. Sayang, tanpa ia bisa berkomentar, suara mesin yang sama mengikuti [[Memories synchronization: start]].

Dalam waktu yang sangat cepat, Bima terasa tersedot dalam pusaran yang dipenuhi dengan puing-puing cuplikan video. Dia bisa melihat sesosok lelaki berambut pirang mentah berdiri tegak, sendiri, tersenyum ke sana-sini di segala episode. Ia adalah putra Gilbert yang digadang-gadang menjadi penerus Dukedom Vaseo.

Dan itu adalah dirinya; Kiel dei Vaseo.

Di rumah, pemuda ini memiliki orang-orang yang menunggunya pulang jika ia lelah—adiknya. Dari apa yang berkelibat di depan Bima, ia bisa menyimpulkan hubungan mereka dekat dan tidak ada perebutan penerus di sini. Mereka, memilih hidup yang mereka inginkan.

Hal yang tak bisa ia lakukan.

Bima melihatnya, Kiel, ingin berlari ke arah mereka. Ingin hidup bebas seperti mereka.

Namun setiap langkah ia ambil, rantai emas yang mengekang menyentaknya dan ia kembali dalam dunianya.

Dia tak bisa menolak, tak bisa membelot, tak berhak bebas; karena dia anjing peliharaan yang wajib menurut. Apa yang diberikan harus dikerjakan. Semua perintah Imperial harus dituruti. Termasuk jika dia harus menyerahkan tubuhnya.

Karena itu garis kehidupannya.

Sampai di suatu titik, Kiel ingin 'bernapas' sejenak.

Lalu hal yang menyambutnya adalah ...

Menitikkan air mata, Bima menyadari posisinya kini. Siapa orang biadab yang memperkosanya atas nama hukuman dan sedang dalam kondisi apa ia.

[[DING!!]]

Bima mendengar suara lagi, seperti sistem berikan notifikasi. Matanya yang memburam melihat cahaya pelan-pelan berpendar di ujung matanya. Setelah itu suara cempreng khas anak kecil menggelegar, [[Halo Host! Kenalin aku sistem yang akan menemanimu, Neo. Kau sudah mati di dunia nyata dan kini akan berpetualang di berbagai dunia bersamakuuu~]]

Huh?

HUUUH?!

Mengikuti suara, muncul ngengat dengan ekor seperti lampu pijar terang— kunang-kunang—di depan Bima. Keterkejutan merajah lelaki Indonesia yang kini menjadi Kiel itu. Mukanya memucat.

Tapi belum juga dia kembali dari keterkejutan ... kunang-kunang itu berkata lagi, [[Oh Host! Untuk menyelesaikan suatu dunia, host harus melakukan dua hal: SATU, host harus membuat harem minim 3 orang dan mendapatkan cinta mereka. DUA, host harus melakukan slebewslebew asek dengan mereka.]]

Bima menganga mendengar penjelasan itu.

Hah? Gimana, gimana? Apa tadi syarat menyelesaikan dunianya?

Bima tak heran dengan kondisi tiba-tiba tertransmigrasi begini, tapi tunggu dulu! Syarat menyelesaikan dunia ini apa tadi? Slebewslebew bersama para harem? Hah?! Bukan kedamaian dunia atau semacamnya?!

[[Kalau mau menjadi penguasa dunia juga boleh, tapi kalau dua syarat tadi diabaikan ya sama aja Host tak akan bisa mati. Restart deh~]]

Hah?! Bima terhenyak sekali lagi. Otaknya berpintal cepat.

Jadi … selain dua yang disebutkan Neo, masih ada yang ketiga untuk bisa berpindah dunia: dia harus mati. Tapi kalau belum ews dan membuat harem, dia tak bisa mati.

Hah?! PERMAINAN SETAN MACAM APA INI GUSTI?!

[[Haha. Sans, host. Host sudah dapet poin tambahan kok. Orang yang sedang tusuk-tusuk host ini namanya Carl. Aku menyarankan host memasukkan dia dalam daftar harem, karena karakter tertentu bisa memberikan poin tambahan. Dan host sudah kentwo dengannya, jadi tinggal menaikkan rate cintah saja~]]

Bima menegang mendengar hal ini. Kepalanya seketika pusing tujuh keliling. Informasi yang ia dapatkan terlalu absurd.

Detik berikutnya ia klimaks dan pingsan.

[]

Cerita ews ews suka-suka dibuat lagiii~ yihaaa~

Deelnefirecreators' thoughts
Next chapter