2 Sebuah Awal Cerita Bagian Kedua

Di perjalanan kami melakukan hal yang biasa kami lakukan sebelum ke sekolah seperti membeli jajanan dan membeli minuman di mesin minuman, kami pergi ke sekolah menaiki kereta bawah tanah, sebelum kami sampai ke sekolah kami melewati lorong yang banyak toko elektronik di setiap kiri-kanan jalan. Ketika sampai di toko televisi kami melihat televisi itu sedang memberitakan sebuah kejadian muncul sebuah portal aneh di luar angkasa yang sedang diteliti oleh para ilmuwan. "Apakah Alien itu sungguh ada?" Asuka menanyakan hal yang aneh kepada kami berempat, "Hmm aku tidak tahu sih, tapi bukannya Alien itu hanya mitos—jadi tidak perlu ada yang dikhawatirkan." Kak Ren mengusap kepala Asuka. "Ya sudah ayo cepat sebelum kita terlambat," ujar Kak Kazura. Kami pun melanjutkan perjalanan ke sekolah kami yang berupa perguruan bernama Hyaku No Hoshi.

"Akhirnya sampai juga, baiklah sampai ketemu nanti saat pulang." Kak Kazura melambaikan tangan dan pergi ke sekolah bagian menengah atas.

"Aku juga kak Hikari, kak Hazuki, dadahh." Asuka pergi ke bagian sekolah dasar.

"Ya hati-hati." Kami berdua membalas lambaian tangan Asuka.

"Kau duluan saja ke kelas 8-C Hikari-kun, aku ada urusan OSIS sebentar." Hazuki pergi menjauh untuk memenuhi urusannya.

"Oke aku duluan ya!" jawabku.

Aku pergi ke kelasku 8-C dan menaruh tas disana, sembari menunggu Hazuki mungkin aku membaca buku untuk supaya menenangkan hati karena lupa mengerjakan PR. Tidak lama Disela-sela aku membaca buku—Hazuki kembali datang dan duduk di kursi sebelah kananku. Lalu anak berambut biru itu tiba-tiba berkata dengan wajah senang

"Tenang saja sepertinya kau tidak akan dihukum,"

"Loh, memangnya?" tanyaku kepada Hazuki.

"Lihat saja nanti," ucapnya.

Waktu jam pelajaran pun dimulai, Sensei kelas kami datang ke kelas tanpa membawa peralatan mengajarnya.

"Selamat siang semuanya, baiklah Sensei tidak akan lama. Karena ada rapat besar para guru di semua instansi perguruan ini oleh karena itu kegiatan kalian di ganti ekstrakulikuler masing-masing dan jika ada PR untuk hari ini maka akan dikoreksi minggu depan saja kalian paham?". Kami semua yang ada dikelas serentak mengucapkan "Paham Sensei!".

Setelah itu Sensei keluar kelas dan semua murid di kelas 8-C pergi ke tempat ekstrakulikuler masing-masing, sebelum keluar kelas kami terlebih dahulu membersihkan kelas bersama. Sungguh menit-menit yang sedikit melelahkan tetapi dapat dilalui seperti biasa, aku dan Hazuki pergi ke dojo sekolah karena kami mengikuti ekstrakulikuler Kenjutsu atau teknik jurus berpedang dari Jepang. Di sana banyak teman-temanku yang juga berlatih Kenjutsu bersama atau bahkan terkadang kami semua bertanding satu lawan satu atau berpasangan.

Aku dan Hazuki pergi ke ruang ganti pakaian untuk memakai pakaian yang memang dipakai untuk berlatih Kenjutsu, di sini kami memakai katana kayu untuk menghindari cedera yang serius. Kemudian aku dan Hazuki-bodoh pergi ke arena dojo dan bertanding kenjutsu bersama.

"Baiklah kegiatan kita akan dimulai apakah kalian siap!?" ucap Sensei Kenjutsu itu.

Aku lupa memberi tahu bahwa Sensei Kenjutsu kami adalah Kak Ren dan kak Kazura sendiri, karena Kedua kakakku itu berasal dari Klan Yozora yang dikenal sebagai klan kuno ahli ilmu strategi dan pertempuran terutama ilmu tentang berpedang sebab itu rata-rata anggota Klan Yozora bisa berpedang.

"Siap!!" jawab serentak kami semua.

Seperti biasa yang kami lakukan saat ekstrakulikuler, aku bertanding melawan Hazuki dalam latihan kali ini dengan diawasi Kak Ren. Berbeda dengan Kak Kazura yang sedikit memerhatikan keselamatan dan tidak bebas, kak Ren lebih membiarkan siapapun yang bertanding untuk menganggapnya sebagai musuh asli dengan satu syarat tetap jangan membuat cedera serius.

"Ya.. aku denganmu lagi, berapa skor kita yang lalu?" tanya Hazuki seraya mempersiapkan kuda-kuda sebagai tanda latihan tanding kenjutsu akan dimulai.

"Bukankah kita masih seimbang 13-13 di saat pertandingan yang lalu?"

"Benar juga, terakhir yang menang adalah kau kan? kerja bagus Hikari,"

"Ya terima kasih Hazuki, kali ini aku akan mengalahkanmu lagi!" ucapku.

"Ohh begitu yaa, coba saja kalau bisa!" saut Hazuki.

"Baiklah Kalian siap!?" ujar Kak Ren yang menjadi mentor kami sekarang.

"SIAP!!" jawab kami berdua serentak.

Sebelum mulai kami melakukan Ojigi atau salam hormatnya orang Jepang dengan cara membungkukkan badannya. Setelah melakukan itu kami berdua bersiap untuk bertanding menggunakan katana kayu.

"Okay... let's dance!" Hazuki mengeluarkan kata-kata khasnya sebelum bertanding dan seraya mengeluarkan katana kayu miliknya.

"Huh! lets see who will survive," jawabku seraya juga mengeluarkan katana kayu milikku.

"Baiklah, Ayo mulai!!" seru kak Ren.

"Hiyaaaa!!!!" teriak kami sambil mengayunkan pedang secara bersamaan

Kami beradu hantaman pedang dengan kekuatan semaksimal kami, Hazuki mengincar perutku tetapi aku berhasil menghindar.

"Sekarang giliran ku!!!" ucapku.

Aku mengarahkan pedang ku ke arah pinggangnya dan berhasil mengenainya, di saat dia lengah aku mencoba memukul pedangku ke arah pundaknya. Tetapi yang terjadi Hazuki berhasil menghindar dari tebasan pedang dan dengan lincah dia berpindah tempat ke belakang badanku dan berhasil mengayunkan pedangnya ke punggungku.

"agh ...! sakit," Aku terjatuh ke lantai karena ayunan pedang Hazuki.

"Kenapa kau ini!? kemarin kau bisa mengalahkan diriku dan sekarang kau malah terjatuh dengan mudahnya, cepat bangun!!" kata Hazuki dengan niat mengejekku lagi.

"Tsk! kau!!"

"Hiyaaah...!" teriakku dengan nada sedikit emosi.

Aku mencoba untuk memakai gerakan yang pernah diriku lakukan saat mengalahkan saudara kembarku itu, yaitu gerakan di mana lawan aku ayunkan pedang ke arah perut sebagai tipuan dan serangan yang sesungguhnya aku berputar ke arah belakang lawan dan memukul badan lawan itu sendiri.

"Sekarang aku menang lagi haha!" ucapku karena berhasil melakukan gerakan itu dan disaat aku akan memukul pedangku, tiba-tiba...

"Apakah kau yakin kau akan menang 2 kali berturut-turut Hikari?".

"Apa!!?" aku terkejut, sejak kapan dia tahu cara menangkis serangan pamungkas baruku itu.

"Gerakanmu sudah terbaca, bo...doh—payah—pikun, mana mungkin aku terbodohi untuk kedua kalinya." Hazuki memutar badannya dan balik menebaskan pedang kayunya ke belakang badanku dengan sedikit keras sehingga diriku merasa sakit.

"Berhenti sejenak dahulu!" perintah kak Ren.

"Aww... bisa kah kau sedikit pelan saja! jangan menganggapku seperti orang yang kau benci." Aku mengusap bagian yang sakit.

"Bagaimana kau akan menjadi kuat jika aku terlalu lembut, ingat! Tanah liat jika dibakar akan menjadi keras," ujar saudara kembarku sendiri.

"Berisik, jangan memberi ku motivasi di saat seperti ini ya! Tsk, baiklah!" ucapku kesal kepada Hazuki

"Ingat tetaplah menghormati lawanmu, baik sekarang mulai!" ujar Kak Ren.

"Hiyaa!!!" teriak diriku dan Hazuki.

Bunyi hantaman pedang kayu terdengar keras, tebasan bawah, atas, samping tidak ada yang mengenaiku ataupun Hazuki. Dari sini dimulailah fenomena aneh namun lumrah bagi kami lima bersaudara dan Klan Yozora, yakni saat kami bergerak atau bertarung dengan serius maka entah kenapa kami bisa bergerak diluar kecepatan manusia normal yang tentunya kecepatan itu bisa diatur sesuka hati. Ibu pernah berkata bahwa hal itu adalah kelebihan yang dimiliki setiap anggota Klan Yozora, akan tetapi setiap kelebihan pasti ada efek samping—efek sampingnya tubuh sedikit mudah lelah namun itu bisa ditahan bahkan tidak merasakannya, terlebih lagi ayah juga berpesan kemampuan ini jangan ditunjukkan pada sembarang orang.

Total 5 jam pertandingan dengan 3 kali set istirahat, berlalu begitu saja, semua tebasan dari diriku maupun Hazuki berhasil di tangkis oleh kami berdua masing-masing. Anak berambut biru itu memang ahlinya hal bertahan dan gerakan gesit.

Disaat aku sedikit lengah Hazuki mengayunkan pedangnya kembali namun dengan reflek aku menghindar—padahal itu hampir saja.

"Dasar kau ini, reflek dan seranganmu cepat sekali. Bagaimana aku bisa menyerang kalau begini. Merepotkanku saja," ungkap Hazuki terengah-engah.

"Haah..Haah, baiklah mari kita sedikit serius. jangan menangis ya haha,"

"Oke siapa takut! Haah..hah," balasku juga terengah-engah.

Baru kali ini kami bertanding sampai merasa lebih lelah dibanding 26 pertandingan latihan yang pernah kami lakukan, baik aku atau Hazuki belum terlihat siapa yang menang dan kalah bahkan sejak 4 jam berlalu. Lalu terdengar langkah kaki yang ternyata itu adalah Kak Kazura yang menghampiri adiknya, Kak Ren. Mereka berdua tampak melakukan suatu perbincangan sampai-sampai aku yang tengah bertahan dari serangan Hazuki bisa mendengar percakapan mereka berdua.

"Mereka mirip kita dahulu ya..? kita bahkan pernah bertengkar hanya gara-gara skor aneh itu," ucap Kak Kazura.

"Fufu, teringat lagi ya masa-masa itu," kata Kak Ren.

"Tetapi mereka sepertinya akan melampau lebih kita, lagi pula sistem skor khusus mereka berdua itu kau yang mengusulkan kan Ren-kun?"

"Yaa itu cara paling efektif sih," balasnya

karena pertanyaan Kak Kazura, Kak Ren tersenyum tipis melonggarkan sifatnya yang dikenal dingin nan cuek.

"Yaa aku bersyukur juga hari ini sesekali kau mau murah senyum di jadi ulang tahun adik kembarmu, Ren." Kak Kazura meregangkan kedua lengannya guna menghilangkan pegal.

"Eheehehehe," kekeh sang Pangeran es.

"Ayolah Ren-chan, hilangkan saja sifat dingin mu itu. Nanti banyak orang tidak suka padamu loh,"

"Memang benar tapi siapa peduli dengan itu, ditambah lagi tolong kak, jangan panggil aku dengan imbuhan -chan lagi, oke kak?"

"Ahh maaf Ren-kun, aku keceplosan hehe,"

Tak berselang lama dari percakapan itu, mereka berdua pun kembali mengawasi pertarunganku dan Hazuki.

"Sekarang maju kau sini!!" seru saudara kembarku itu.

Dengan bersamaan kami berlari dengan bersiap akan menghantamkan pedang.

"Ingat jangan membuat cedera serius dan jangan terbawa emosi!" ujar Kak Ren.

"Hiyaaah!!!" Aku dan Hazuki menghentikan langkah berlari dan langsung menabrak kedua bilah pedang hingga menghasilkan dentuman.

Namun karena aku mengayunkannya kurang kuat, pedang yang diriku pegang terlepas dari genggaman jari-jemari tanganku, yang terjadi selanjutnya Hazuki berhasil mendaratkan pukulan pedang kayunya ke dadaku.

"Agh, aduhh... sakit." Diriku terjatuh olehnya dengan sedikit rasa sakit di bagian yang ditebas.

"Baik latihan selesai, kerja bagus." Kak Kazura bertepuk tangan sebagai tanda apresiasi terhadap diriku dan Hazuki.

"Kau tidak apa-apa kan? ayo bangun Hikari-kun." Hazuki mengulurkan tangannya lalu aku menerima uluran tangannya lalu bangun.

Kami berlangkah mundur sedikit lalu kembali melakukan ojigi tapi yang ini sebagai tanda apresiasi kerja bagus.

"Nice try Hikari-kun, skor kita sekarang 14-13 aku yang menang hihihi." Hazuki tersenyum lebar menampilkan gigi putih berseri miliknya.

"Yaa baiklah pasti selanjutnya aku yang akan menang, akan aku rebut skorku kembali,"

Sesaat kemudian ada 3 perempuan yang mendatangi kak Kazura dan Kak Ren dan berkata "Sensei kami bertiga pulang dahulu." Mereka membungkukkan badannya dan kedua Kakak laki-laki kami berdua itu membalas ojigi itu, membungkukkan badannya sembari mengucapkan "Baik terima kasih atas usahanya,". "Sampai jumpa lagi Sensei." Mereka bertiga pergi meninggalkan ruangan. "Yaa sampai jumpa,"

"Baik sudah, ayo ganti pakaian sekarang kita akan pulang." Kami menaruh peralatan dan berganti pakaian di ruang ganti.

Selesai itu semua, Kami berempat menunggu Asuka di gerbang sekolah.

"Lama sekali Asuka padahal jam kereta akan tiba 15 menit lagi," keluhku.

"Kau ini sabarlah sedikit, mungkin sebentar lagi dia datang," balas Hazuki yang ternyata sepertinya dia juga mengeluh.

"Kak Hikari, Semuanya!" teriak Asuka sambil berlari ke arah kami.

"Itu dia datang juga," ucapku.

Akhirnya 5 bersaudara kembali berkumpul, dengan nada sedikit kesal aku mengatakan "Kau ini lama sekali,". Asuka menjawabnya "Maaf, aku mencari tempat pensilku yang hilang dan sekarang sudah ketemu,". Senyuman manis terukir di wajah adik laki-laki imutku itu.

"Ayo pergi jangan buang-buang waktu, kereta akan datang 11 menit lagi, nanti kita ketinggalan." Kak Ren berjalan pergi mendahului, lalu kami pun mengikutinya juga.

Usai menaiki kereta, beberapa menit kemudian mungkin sekitar 36 menit, kami sampai di rumah, benar juga hampir saja aku lupa menceritakan tentang Klanku. Klan Yozora diceritakan berdiri sekitar Zaman Heian atau sekitar 794 Masehi, Klan Yozora dikenal sebagai Klan yang sangat ahli dalam semua teknik pertempuran terutama pertempuran jarak dekat dan juga strategi. Klan ini mempunyai sebuah senjata legendaris dari Pendiri Klan yang bernama Yozora Hanzo, yaitu 4 pedang katana yang konon setiap pedang memiliki kekuatan masing-masing. Di Klanku ada satu gulungan yang ditulis oleh pendiri Klan, gulungan itu hanya boleh dibuka oleh Ketua Klan dan harus dijaga kerahasiaannya. Tetapi aku pernah mendengar bahwa gulungan itu menceritakan tentang bahwasanya di dunia ini kita tidak sendirian, di luar sana ada dunia lain atau lebih tepatnya multiverse yang jika ingin ke sana ada caranya, salah satunya menggunakan 4 pedang katana itu. tetapi kalian pikir aku percaya?—tentu tidak karena aku memiliki sifat realistis, ya coba saja saat aku ingin membuktikan mitos itu aku saja dilarang oleh kakek untuk menyentuh pedang itu, apalagi memegang atau menggunakannya—yang jelas aku bisa saja terkena hukuman.

Ngomong-ngomong aku tinggal di sebuah komplek perumahan yang isinya orang-orang dari Klan Yozora jadi terkadang kalau ada hal penting setiap kepala keluarga mengadakan rapat di rumah kakekku yang sebagai Ketua Klan walau itu jarang terjadi sejak perang dunia kedua, tetapi tetap diadakan jika berhubungan tentang pewarisan jabatan Ketua Klan dan tradisi itu tetap dijalankan sampai sekarang. Mungkin itu saja yang aku ingin ceritakan tentang Klanku ini tapi aku tetap menghargai apa pun yang ada.

Aku membuka pintu rumah dan memasukinya bersama saudaraku yang lain.

"Kami pulang!!" ucap kami berlima di dalam rumah.

"Selamat datang kembali, kalian ganti pakaian dulu," aku kira yang menyambut kami berlima adalah ibu, tenyata ayahku. Tidak seperti biasanya ayah pulang jam 8 malam, tapi sebelum senja ayah sudah pulang. "Aku duluan ke atas dulu ya Hikari-kun." Kak Kazura, Kak Ren, Hazuki, dan Asuka pergi ke atas atau lantai dua lebih dulu, sementara aku berbincang dengan ayah sembari merapihkan sepatu.

"Tidak seperti biasanya ayah pulang cepat ada apa?"

"Ayah pulang cepat karena di beri potongan waktu oleh atasan karena kerja keras ayah, jadi.. ayah hari ini hanya ikut rapat saja dan presentasi." Beliau tersenyum seraya menggaruk kepalanya.

"Ngomong-ngomong kau sudah mendengar berita tentang luar angkasa itu?" tanya ayahku itu.

"Ohh yang portal itu kan? Memangnya?"

"Tidak soalnya di kantor ramai sekali yang membicarakannya apalagi rumornya portal itu lebih besar dibandingkan bulan,"

"Eh, ayah.."

"Kenapa Hikari?"

"Aku merasakan sesuatu hal yang sangat tidak enak entah kenapa tiba-tiba muncul, apa kau juga merasakannya?" ucapku.

"iyaa... sedikit sih tetapi tenang saja lagipula mungkin itu bukan masalah pribadi."

"Kau benar, baiklah aku ke ruang ganti dulu sampai nanti di meja makan—sampai nanti Ayah." Aku pergi meninggalkan Ayahku.

"Yaa sampai nanti,"

Aku berganti pakaian yang biasa diriku pakai di rumah dan turun ke lantai dasar untuk makan malam saat mau masuk ke ruang makan, aku dikejutkan oleh seseorang dari belakang yang ternyata itu adalah sepupuku bernama Yozora Musashi Saputra, dia datang jauh-jauh sendirian dari Nara untuk menghadiri ulang tahunku. "Hei sudah lama tidak ketemu ya! maaf tadi pagi aku seperti orang bisu." Dia mengajakku melakukan gerakan tangan yang biasa Hazuki dan aku lakukan ketika bertemu dengannya lalu aku melakukannya, "Ngomong-ngomong selamat ulang tahun ke-14—ini ada titipan dari keluargaku yang tidak bisa ikut kesini karena sibuk pekerjaannya." Dia memberiku dua kotak hadiah dan aku berkata

"Woah terima kasih ya Musashi-san." Aku tersenyum bahagia.

mendadak Hazuki keluar dari ruang makan berkata sambil berkata.

"Hei! Cepat ayo maka- eh apa itu?"

"Ini hadiah dari Musashi dan keluarganya, lalu yang ini punyamu." Hazuki menerimanya, dengan ekspresi senang Hazuki

"Aaah...repot-repot saja terima kasih banyak yaa." Lalu Hazuki mengajak melakukan gerakan tangan khas kami bertiga.

"Ayo masuk kita makan bersama!" ajakku kepada Musashi-san.

"Baik," jawabnya.

Kami bertiga masuk dan duduk di kursi masing-masing untuk menikmati makanan yang sudah dihidangkan oleh ibu. Suasana yang begitu nyaman dan bahagia di hari ini, namun entah kenapa berubah menjadi suram ketika aku sedang makan tempura pedas, diriku mendengar suara aneh yang berkata kepadaku.

"Kau akan menjadi milikku, akan aku rebut semuanya darimu," lalu suara itu menghilangkan seperti debu yang dihembuskan angin. Aku berhenti sejenak karena merasa cemas akibat suara misterius tersebut, Hazuki menepuk pundakku dan bertanya.

"Kau kenapa?"

Aku menjawab, "Apa kau mendengar suara itu?"

"Huh? kau ini kenapa?"

Aku heran apakah suara yang sedikit terdengar jelas itu tidak terdengar oleh orang-orang disekitarku,

"tidak, mungkin aku salah dengar hahaha," tapi mengapa hanya aku yang mendengar suara itu, seraya menenangkan diri, aku melanjutkan makan kembali.

"Terima kasih makanannya!!" ucap kami sekeluarga.

"Oh iya Hikari-kun, Musashi menginap di sini selama 3 hari jadi dia tidur di kamarmu dan Hazuki ya,"

Dengan senang hati aku menjawab "Baik ibu, ayo Musashi bawa barang-barangmu ke kamarku kita tidur di futon bersama nanti,"

"Iya tunggu sebentar." Musashi mengambil barang bawaannya dan aku membantunya untuk membawa ke kamarku.

Setelah merapihkan barang bawaan Musashi di kamarku, aku mengajak Asuka untuk bermain game online bersama di kamarku. Tidak lama kemudian Asuka datang membawa gadgetnya dan sebuah cemilan keripik kentang dengan minuman soda. Malam ini kami bermain game battle royale walau sempat kami mati di awal game beberapa kali bahkan Asuka sempat kesal kepadaku karena aku melempar bom tidak benar, karena keahlianku di game ini adalah Sniper bukan Fragger yaitu peran yang bertugas untuk melempar bom ke arah musuh. Di tengah-tengah permainan ada seperti suara ledakan namun tidak terlalu terdengar di kamarku dan Hazuki, kami semua tidak peduli dan akhirnya setelah 4 pertandingan kami mencapai peringkat 1 squad yang bertahan dalam permainan turnamen musiman ini.

"Ayo sudahi saja aku ngantuk, selamat malam" Tidak lama kemudian Asuka tertidur pulas di tempat karena terlalu lama main game. Aku memindahkan tubuhnya ke futon yang keempat, untung saja aku mempunyai empat futon kalau tidak, aku juga yang menggendong adikku itu ke kamarnya.

"Adikmu benar kita harus tidur, aku juga sudah mengantuk, aku tidur dulu selamat malam." Musashi menaruh gadgetnya dan tidur di futon yang sudah disiapkan kami untuknya.

Lalu aku dan Hazuki-bodoh itu pergi tidur di futon kami masing-masing dan saling mengucapkan selamat malam. Mungkin sebelum tertidur aku berharap ada sesuatu yang berbeda di hari esok.

Sekitar 3 jam kemudian saat aku tidur aku mendengar suara aneh itu kembali tetapi kali ini kata-kata yang diucapkan berbeda, "Aku akan mengubah hidupmu secara drastis esok hari—maka kau akan mempunyai segalanya dan akan kehilangan segalanya, dirimu... dirimu... adalah milikku,".

Aku terbangun dari tidurku karena suara itu, seketika aku mendengar ledakan yang juga membangunkan Hazuki dan Musashi. Tetapi mungkin karena siklus tidurnya baik Asuka tidak terbangun karena suara itu, "Aku akan memeriksanya keluar." Hazuki bangun dari futonnya dan saat membuka pintu secara bersamaan Kak Kazura menghampiri kamar kami, "Sudah kalian tidur saja tetapi pintunya jangan dikunci dan ini minumlah Hikari." Kak Kazura memberikan gelas yang berisi susu, tanpa pikir panjang aku meminumnya.

"Susu itu berisi obat tidur," ucap kak Kazura, karena mendengar ucapan kak Kazura aku memuntahkan susu itu tetapi terlambat aku mulai terasa ngantuk dan tidak sadarkan diri.

"Aagh...dimana aku?" ucapku yang terbangun di suatu tempat yang tidak asing.

"Ehh? Ini basement rumahku kenapa aku ada di sini, aghh kepalaku masih sakit karena obat di susu itu. Oh iya di mana Kak Kazura dan yang lainnya mengapa dia membawaku ke ruangan basement ini? aku mau keluar dari tempat ini." Aku berjalan ke tangga menuju pintu keluar, tetapi pintunya dikunci dari luar.

"Astaga ini kenapa dikunci dari luar, perasaanku benar-benar tidak enak aku harus mendobrak pintunya." Beberapa dobrakan keras aku lakukan dan pada akhirnya aku berhasil membuka pintu basement yang mengurungku.

Sepi, sunyi itu yang diriku rasakan saat baru keluar dari basement rumahku. Langkah demi langkah aku lakukan untuk pergi ke ruang kumpul keluarga, tiba-tiba hawa menjadi dingin saat aku di depan pintu ruang kumpul keluarga namun yang terjadi adalah hal yang sangat aku tidak duga sama sekali.

"Ayah!... ibu! apa yang terjadi!?" aku menghampiri ibu yang terlihat memiliki luka tusukan di perutnya namun masih sempat bertahan tetapi ayahku terlihat sudah tidak bernyawa di sampingnya.

"Hi..Hikari," ucapnya pelan memanggil namaku.

"Ibu apa yang terjadi? ayah bagaimana Bu!?" ucapku seraya memeluk ibu dalam tangisan, lalu ibu mengusap wajahku sembari berkata.

"Nak, pergilah... jaga dirimu baik-baik ibu akan selalu merindukanmu dan selalu ada di sisimu."

"Ibu bertahanlah!!" tidak lama usapan tangan malaikat yang melahirkan dan menyayangiku terjatuh ke lantai menandakan bahwa dia sudah tak ada di sini. Aku menangis seraya memeluk jasad ibu yang sekarang dia sudah tidak ada di dunia ini, dengan berat hati aku meninggalkan ibu lalu pergi ke telepon rumah dan menelepon ambulans tetapi tidak ada jawaban begitu juga saat aku menelepon kantor polisi.

Aku sadar tanganku penuh darah dari jasad ibu aku harus mencuci tangan agar tidak terjadi salah paham, saat aku mencuci tangan perasaan sedih bercampur amarah yang membara, siapa yang melakukan ini tidak mungkin saudara-saudaraku melakukan ini, lalu siapa yang melakukan ini semua? tidak akan aku maafkan! Hanya itu yang ada di pikiranku saat ini.

Sejenak aku pergi keluar rumah untuk melegakan pikiran atau meminta pertolongan tetapi yang terjadi malah sebaliknya, aku melihat sebuah armada kapal ruang angkasa terbang di atas Kota Osaka, "Hei itu anak yang dicari tangkap dia!" teriak seseorang. Aku menengok ke arah orang itu yang tampaknya dia adalah seorang pasukan, datanglah pasukan yang lain lalu mengejarku sontak aku berlari menghindari kejaran itu. Melompati pagar lari ke arah rumah lain yang ternyata penghuninya sudah dibunuh, mereka seperti tidak punya hati.

Aku berlari hingga sampai di rumah kakek, bersembunyi di balik rak buku. Siapa mereka? Kenapa mereka mengincar diriku? Aku selalu menanyakan hal itu kepada diriku sendiri. Tiba-tiba sebuah tangan menyentuh pundakku, sontak aku terkejut tetapi mulutku langsung ditutup oleh seseorang yang ternyata itu kakek. Dengan badan yang sudah terluka kakek berbicara "Nak, ambil ini." Kakek menyerahkan sebuah tas dan 1 buah pedang katana Klan Yozora. Aku pun menerimanya lalu bertanya kepada kakek

"Apa yang sebenarnya terjadi? Siapa mereka?"

"Sstt jangan terlalu berisik, di dalam tas ini ada gulungan Klan kita dan 2 pedang katana," bisiknya

"Tunggu, kenapa ada 3 katana jumlahnya? Kemana satunya?" aku terus bertanya kepada kakek karena merasa syok kejadian ini bisa terjadi.

"Satunya lagi di bawa oleh Hazuki, tidak usah banyak bertanya gunakan pedang itu untuk membuka portal melarikan diri!"

"bagaimana caranya aku bahkan—" disela-sela aku berbicara tiba-tiba pintu depan rumah kakek diledakkan dan munculah seseorang yang tampaknya pemimpin mereka.

"Kau pemimpin mereka!" ucap kakek seraya melindungiku

"Serahkan anak itu kepada kami! maka bumi ini akan selamat," kata orang bertopeng gagak itu.

"Hikari gunakan pedang itu!" ujar kakek.

"Bagaimana caranya!? aku hanya anak yang tidak tahu apa-apa tentang ini,"

Tiba-tiba pria bertopeng gagak itu mengeluarkan senjata dan menembak kakek tepat di jantungnya, lagi dan lagi aku kehilangan satu orang berharga, aku terkejut bukan main karena melihat orang berharga terbunuh di depan mataku sendiri. Karena kejadian itu muncul sebuah cahaya dari dada dan pedangku yang membentuk sebuah tali cahaya. katana itu keluar dari sarung pedangnya sendiri.

"Pedang macam apa itu!?" ucap salah satu prajurit.

"Kalian ini, tangkap dia!!" Suruh pemimpin pasukan itu.

Lalu pedangku menebas secara vertikal dan horizontal di udara sehingga membentuk sebuah portal yang langsung menarik tubuhku kedalamnya.

"AAA!!!.." teriakku saat tiba-tiba ditarik oleh portal.

avataravatar
Next chapter