14 Kencan Pertama

Emily POV

Saat ini aku sedang berada di sebuah taman hiburan, aku sedang berkencan dengan Elliot. Ini pertama kalinya kami kencan semenjak resmi berpacaran. Sebenarnya akulah yang mengajak Elliot berkencan hari ini. Akhir-akhir ini aku sering melihat Elliot bersikap aneh. Dia terlihat tidak bersemangat, gelisah dan bimbang. Sepertinya ada sesuatu yang sedang dia pikirkan, bahkan terkadang aku merasa tubuhnya memang berada di sampingku tapi pikirannya tidak berada di sini.

Aku tidak ingin menanyakan kenapa dia bersikap seperti itu. Dia mungkin memang pacarku tapi bukan berarti aku harus tahu semua hal tentang dirinya. Aku percaya jika menurutnya ada masalah yang tidak bisa dia selesaikan sendiri, dia pasti akan memberitahuku. Jadi aku akan menunggu, menunggu sampai dia sendiri yang menceritakannya padaku.

Kami sudah menaiki beberapa wahana permainan di taman hiburan ini dan sekarang kami sedang duduk di atas perahu sambil mengelilingi danau yang luas.

"Waaah, besar sekaliii. Hei, hei, lihat ke arah sana, Elliot!!"

Aku memekik histeris sambil menunjuk dengan jari telunjuk ke arah seekor dinosaurus yang sedang berenang di pinggir danau. Tapi sekali lagi aku merasa pikiran Elliot tidak berada bersamaku. Dia seakan-akan tidak mendengar teriakanku dan tetap diam.

Lalu aku mencoba menyadarkannya dengan mengguncangkan tubuhnya, "Elliot, kau baik-baik saja?"

Elliot tersentak kaget, ini bukti sejak tadi dia memang sedang melamun dan tidak mendengarkan semua yang aku katakan. "Aaah, yaaah. Aku baik-baik saja. Maaf, tadi kau bilang apa?"

Aku berdecak, kesal sebenarnya tapi aku berusaha bersikap sabar. "Itu dinosaurusnya besar sekali" Aku memberitahukan letak dinosaurus itu pada Elliot dengan kembali menunjuknya dengan jari telunjuk.

"Haha ... itu hanya sebuah robot," katanya sambil tertawa.

"Hm, iya. Tapi tetap sangat mengagumkan, benar-benar seperti nyata ya?" Elliot hanya tersenyum mendengar perkataanku ini.

Hal yang paling aku takuti di dunia ini adalah semua hal yang berhubungan dengan hantu atau makhluk-makhluk gaib lainnya. Hanya dengan mendengar cerita tentang hantu saja, bisa membuatku gemetaran saking takutnya. Tetapi sekarang setelah kami puas mengelilingi danau dengan menaiki perahu, aku dan Elliot mendatangi wahana rumah hantu. Alasan kenapa aku mau mendatangi tempat yang sebenarnya merupakan tempat yang paling tidak ingin aku datangi ini, karena Elliot yang mengajakku masuk ke rumah hantu ini.

Sudah beberapa hari ini Elliot terlihat murung dan gelisah, karena itu aku mengajaknya kencan ke taman hiburan ini dan aku berharap setelah aku menerima ajakannya masuk ke rumah hantu, bisa membuat dia kembali ceria.

Di dalam rumah hantu sangat mengerikan, lebih mengerikan dari yang aku bayangkan sebelumnya. Sejujurnya ini pertama kalinya aku memasuki sebuah wahana rumah hantu. Kalau aku yang biasanya pasti akan langsung menolak dengan tegas bila ada seseorang yang mengajakku datang ke tempat seperti ini. Tapi karena yang mengajakku adalah Elliot dan karena aku ingin mengembalikan keceriaannya, aku terpaksa menerima ajakannya untuk masuk ke tempat terkutuk ini.

"Huaaaaah ... hiks ... hiks ... hiks ... aku tidak tahan lagi. Ayo, kita keluar dari sini, Elliot!!"

Aku kembali berteriak histeris disertai isak tangis sambil bersembunyi di belakang punggung Elliot. Aku benar-benar tidak tahan lagi jika harus lebih lama berada di tempat ini. Sesosok hantu wanita yang memakai gaun serba putih dengan rambut yang sangat panjang melayang di atasku dan Elliot. Wajahnya sangat mengerikan.

"Tidak! Tidaaaaaak! Aku ingin pergi dari sini!" Aku terus berteriak sambil menangis dan memeluk erat tangan Elliot yang ada di sampingku.

"Hahahaha ... sudahlah, ini kan hanya bohong-bohongan. Kau tidak perlu sampai menangis seperti itu, kan, Emily."

Elliot mencoba menenangkanku sembari mengusap-usap puncak kepalaku dengan lembut. Semenjak masuk ke wahana rumah hantu ini, Elliot selalu tertawa. Alasan yang membuatnya tertawa pasti karena menurutnya ekspresiku yang benar-benar ketakutan ini terlihat sangat lucu. Sejak pertama masuk hingga sekarang, dia terus menertawakanku.

Sebenarnya aku sebal karena dia terus menertawakanku tapi di sisi lain aku pun merasa lega bisa melihatnya kembali ceria. Karena untuk alasan itulah aku bersedia masuk ke rumah hantu ini, untuk membuat Elliot kembali tertawa.

"Ayo kita keluar dari sini, Elliot. Aku mohon!" Aku memohon seraya menatap lurus ke arah mata Elliot dan sepertinya dia mulai tersentuh melihatku yang memohon seperti ini. Sambil tetap mengusap kepalaku dengan lembut dan dengan senyuman di wajahnya, dia pun mengangguk tanda dia menyetujui permohonanku ini. Detik itu juga aku merasa lega.

***

Akhirnya aku keluar juga dari tempat yang super mengerikan itu, sekarang aku bisa kembali bernapas lega.

"Nah, tempat apalagi ya yang akan kita datangi sekarang?" Elliot bertanya seperti itu padaku.

"Ke mana pun aku tidak masalah. Kita akan mendatangi tempat mana saja yang kau inginkan, Elliot."

Mendengar jawabanku, Elliot mulai memikirkan tempat yang akan kami datangi selanjutnya. Aku bisa mengetahuinya karena saat ini Elliot sedang melipat tangan dan satu tangannya memegang dagunya sendiri, tanda dia sedang berpikir dengan serius. Mungkin karena sudah lama selalu di samping Elliot, sehingga aku mengetahui kebiasaan-kebiasaannya.

"Bagaimana kalau kita nonton saja di sana? Sepertinya ada film yang seru."

Elliot mengatakan itu sambil menunjuk ke arah suatu tempat. Tempat yang dia tunjuk itu adalah sebuah bioskop yang berada di taman hiburan ini.

"Hm, baiklah. Ayo, kita ke sana!" Sekali lagi alasanku menerima ajakannya karena aku ingin mengembalikan keceriaannya. Kami pun melangkah pergi menuju bioskop dengan tangan yang saling berpegangan. Wajahku sekarang pasti merona hebat karena aku tak pernah menyangka persahabatan kami akan berubah menjadi kisah asmara seperti ini. Terlebih aku masih tidak percaya bahwa Elliot memiliki perasaan yang sama padaku di saat aku sempat berpikir perasaanku padanya bertepuk sebelah tangan.

Namun, setibanya kami di bioskop ...

"Tu-Tunggu dulu, Elliot, kau serius ingin menonton film ini? Hm, apa barusan judulnya?"

"Judulnya Ksatria Baja Cosmos," jawabnya sambil menyengir lebar.

"Ta-Tapi kan itu film untuk anak kecil."

Elliot tertawa lantang, "Hahaha ... Siapa bilang? Orang dewasa banyak kok yang suka menonton film itu."

Dengan tegas kepalaku menggeleng, "Ta-Tapi aku tidak mau menonton film seperti itu, film seperti itu lebih cocok kalau ditonton oleh anak kecil. Itu film sengaja dibuat untuk anak-anak."

"Kita bahkan masih anak kecil, Emily. Memangnya kau pikir berapa usia kita? 40 tahun?"

Aku mendengus, "Kau ini bicara apa? Usia kita kan baru 14 tahun."

"Nah, ini artinya usia kita masih cocok untuk menonton film itu."

Elliot berkata seperti itu dengan diiringi tawa di wajahnya. Sekali lagi aku berada dalam kondisi yang membuatku tidak bisa melawan dan harus mengalah. Akhirnya aku pun mengangguk dan kami mulai memasuki bioskop itu.

Akan tetapi, sekalipun sedang menonton film favoritnya, Elliot masih terlihat murung. Sepertinya sesuatu hal masih belum bisa hilang dari pikirannya. Aku hendak bertanya padanya, tapi sekali lagi aku mengurungkan niat itu. Aku akan tetap menunggu sampai dia sendiri yang menceritakannya padaku.

avataravatar
Next chapter