17 Pindah Meja

Tubuh Lita terdorong ke depan saat Elanda membuka pintu ruangannya tanpa diduga Lita yang fokus berusaha menguping hingga membuat Lita menabrak dada bidang Elanda.

"M-maaf, Pak." Ujar Lita lalu merapikan rambut dan pakaiannya.

"Kamu lagi tes kedap suara ruangan ini? Gimana? kamu bisa dengar apa yang tadi saya umumkan?" Tanya Elanda melonggarkan dasinya sedikit lalu melangkah ke arah mejanya.

"Enggak, Pak." Jawab Lita jujur. Ia ingin bertanya pada Elanda, namun melihat wajah Elanda yang agak dingin membuat Lita mengurungkan niatnya. Duh Gusti, jangan bilang bahwa Elanda benar-benar membongkar geng gosip Lita?Lita pasti dibenci sekarang oleh rekan divisinya. Ah! jangan-jangan ada yang malah dipecat karenanya? Lita menggigit bibir bawahnya panik.

"Kamu kenapa gugup kayak gitu? Sini," Titah Elanda melirik Lita yang berdiri resah dekat pintu.

Lit berjalan kaku ke arah samping Elanda. Perasaannya semakin gak karuan. Bulan ini benar-benar bulan sial bagi Lita.

"Nanti di rumah kalau bisa kamu mulai mencari dan membaca job desk dari personal asisten." Pinta Elanda. Lita tidak fokus karena takut, ia hanya mengangguk namun ia tidak benar-benar menyimak apa yang Elanda katakan.

"Oh iya, kita belum sempat sarapan ya?" Elanda melirik jam yang sudah menunjukkan angka sepuluh lebih dua puluh. Waktu berjalan dengan cepat.

"Kamu masih kuat? Nanti kita makan siang di luar sekalian ketemu Dirga. Saya ada penting sama Dirga."

"Ketemu Mas Dirga?"

"Saya lagi berusaha buat kerja sama sama Dirga. Brand Dirga sudah mulai naik, Dirga juga influencer yang lagi naik daun. Kita bisa merambah dunia fashion Dengan menampung bakat-bakat muda newbie hingga para ahli fashion untuk menjual jasa mereka di platform kita. Jadi selain jasa bahasa, hospitality, lalu nanti konsultan keuangan, kita merambah dunia fashion." Ujar Elanda mencatat sesuatu di buku catatan kecil yang ia keluarkan dari sakunya.

"Jadi ada banyak jasa yang di sediakan dalam satu platform." Sahut Lita melihat catatan Elanda yang lain. Sepertinya Elanda adalah orang yang suka mencatat banyak hal di buku catatan dibanding menuliskannya di laptop atau telepon genggamnya.

"Benar. Memang sulit, dengan banyak jasa yang ditawarkan cakupannya jadi terlalu luas bisa membuat kita kesulitan memantau. Kita harus mengakali di desain penampilan platform, web, dan media sosial yang simpel dan tidak menyulitkan customer."

"Lalu Mas Dirga dipilih selain karena Bapak kenal, Mas Dirga punya fans yang banyaknya dari para beauty vlogger, MUA, dan para anak muda yang baru terjun di dunia fashion ya."

"Kamu followers Dirga?" Tanya Elanda diangguki Lita.

"Pantes kamu kaget banget pas ketemu Dirga."

"Iyalah Pak, si Mas Dirga itu kan suka bikin trend dan selalu viral."

"Dia anaknya emang unik dari sewaktu sekolah juga." Ujar Elanda dengan tatapan menerawang

"Bapak sama Mas Dirga satu sekolah?" Tanya Lita penasaran.

"Satu klub juga. Kita dulu klub basket. Tapi dulu Dirga cidera jadi enggak bisa lanjut."

"Pantes Bapak sama Mas Dirga akrab ya."

"Menurut kamu saya sama Dirga akrab?"

"Bisa ngomong kasar tanpa jaim, bukannya itu akrab ya?" Tanya Lita tak mengerti dengan pertanyaan Elanda. Elanda hanya bisa tersenyum.

"Akrab sampai kamu ngira saya sama Dirga pacaran?"

"Ya ... habisnya Pak, Bapak kan macho banget ya, sementara Mas Dirga itu feminim, kurus putih kaya Uke banget! Sementara Bapak Seme."

"Wait, what? Ikeh? Seme?" Ulang Elanda asing dengan dua kata itu.

"Ih itu tuh Pak istilah untuk siapa yang berperan jadi bottom, siapa yang jadi top." Ujar Lita menjelaskan sementara Elanda mengerutkan alisnya bingung.

"Hm mungkin saya bottom Dirga top ya?" Ujar Elanda yang seketika membuat Lita terbahak-bahak hingga ia berjongkok di lantai memegangi perutnya.

"Kok kamu ketawa? Padahal saya jawab jujur lho. Si Dirga itu kan orang terkenal, berarti dia top kalau saya ya punya uang banyak tapi tidak terkenal."

"Hahahaha! Duh Bapak polos banget sih. Maksudnya top itu laki-laki yang nusuk. Kalau bottom jadi yang ditusuk! Hahahaha ...." Lita mengusap matanya yang berair tidak kuat menahan tawa.

"Ditusuk? Ha? Maksud kamu ditusuk-" Elanda menatap Lita horor.

"HAHAHAHA...." tawa Lita semakin menjadi membuat Elanda sedikit kesal.

"Jadi Bapak suka ditusuk? Hahaha duh enggak nyangka sih ... Duh sakit perut enggak kuat," Lita mengatur napasnya yang hampir habis karena tidak kunjung berhenti tertawa.

"Lita...." Panggil Elanda

"Hahaha ... Maaf Pak, haha, habisnya ngakak banget, sumpah deh Pak."

"Kalau kamu masih ketawain saya, saya tusuk nih." Lita segera mengatupkan bibirnya melirik Elanda yang menatapnya.

"M-maaf, Pak." Ujar Lita menggigit bibirnya. Elanda tersenyum puas.

"Saya tusuk pake pulpen." Elanda menusuk-nusuk perut Lita dengan pulpen yang tadi ia gunakan untuk menulis.

"Duh, duh Pak! Geli ih, Pak!" Lita berusaha menghindar namun Elanda menahannya dan malah menarik Lita hingga Lita limbung dan malah terjatuh dipangkuan Elanda.

Tatapan keduanya bertemu, lalu detik selanjutnya Lita berusaha bangun dari pangkuan Elanda. Keduanya sempat terdiam canggung hingga akhirnya Lita memulai topik pembicaraan.

"E-eh ini jam berapa? Bapak mau ketemu mas Dirga jam berapa? Ada yang harus disiapkan?" Tanya Lita berusaha mencairkan suasana.

"Oh ya, proposal yang di kerjakan Mbak Tantri kamu ambil ya. Saya kurang lebih sudah paham dan sudah cek proposalnya. Kamu baca dan pelajari sebelum ketemu Dirga. Saya mau lihat kemampuan komunikasi kamu." Pinta Elanda merapikan beberapa file di meja.

"M-maksudnya nanti saya ngomong soal kerja sama itu ke Mas Dirga?" Tanya Lita panik. Elanda menatap Lita dengan senyum lalu mengangguk mantap.

"Makannya kamu segera siap-siap, nanti di mobil kamu pelajari proposalnya baik-baik." Ujar Elanda mempersilakan Lita untuk pergi mengambil proposal sementara Lita merasakan serangan panik menyerangnya. Duh, masa Pak Elanda mau langsung nyuruh dia presentasi?

Saat Lita keluar dari ruangan Elanda, para karyawan menghampiri Lita dengan penuh rasa penasaran. Mereka bertanya apa yang terjadi pada Lita hingga Lita harus menghabiskan waktu begitu lama di ruangan Elanda.

Sebagian langsung bertanya apakah Elanda memarahi Lita habis-habisan dengan kejam dan menyeramkan karena tadi Lita terlihat menangis dan diseret Elanda. Lita tak bisa menjawab karena Elanda tidak bersikap demikian dan malah memperlakukan Lita dengan baik.

"Lita!"

Lita menoleh saat melihat Mbak Tantri menghampirinya dengan tatapan khawatir.

"Gimana ceritanya itu bisa ketahuan pacaran sama si Harry? Terus gimana ceritanya lho bisa ketahuan ngomongin Pak Elanda juga?" Tanya Tantri menggenggam tangan Lita. Lita hanya bisa menarik napas berat dan tersenyum canggung.

"Panjang deh Mbak, ceritanya. Aku bakal cerita nanti, sekarang aku boleh minta proposal yang tentang fashion buat kerja sama Dirga Wijaya?" Tanta Lita pada Tantri diangguki Tantri segera.

"File asli udah dikirim di email Pak Elanda kemarin, ini hardcopynya." Tantri menyodorkan sebuah berkas.

"Iya Mbak, tadi Pak Elanda udah bilang. Ini buat aku latihan. Aku disuruh kuasai isi proposal ini"

"Oh iya kamu kan udah naik ya jadi personal asisten? Semangat yaa, engga papa hari ini enggak usah terlalu dipikirkan. Yang penting kita berusaha-"

"Personal asisten?"

"Lho, emang belom dikasih tahu?" Tanya Tantri bingung. Lita memang sudah diberitahu akan mendapatkan kenaikan jabatan, tapi bukankah ini terlalu cepat?

"Aku udah di kasih tahu, tapi aku pikir enggak bakal langsung diputusin hari ini." Ujar Lita syok.

"Besok kamu over handle sama saya ya Lita, sekalian meja kamu beresin soalnya nanti kamu bakal seruangan sama Pak Elanda." Lita semakin terkejut saat Pak Erick menjelaskan bahwa besok ia harus over handle dan pindah meja.

"S-seruangan sama Pak Elanda?!"

avataravatar
Next chapter