webnovel

Aku Akan Membayar Ganti Rugi

Translator: Wave Literature Editor: Wave Literature

Seluruh tubuh Jiang Lingzhi langsung membeku, dan punggungnya menempel pada dada kokoh seorang pria. Pakaian di musim panas biasanya dirancang tipis, sehingga Jiang Lingzhi dapat merasakan suhu tubuh orang itu.

Orang di belakangnya tidak bersuara sama sekali.

Jiang Lingzhi menoleh sedikit, dan tatapannya bertemu dengan sepasang mata cokelat dengan pupil berwarna terang, tetapi tampak seperti kabut di pagi musim dingin.

Siswa laki-laki itu mengenakan kemeja putih dengan bagian lengan ditarik ke atas, sehingga memperlihatkan lengan rampingnya. Dia juga mengenakan celana kasual hitam dan sepasang sepatu putih.

Dia bertubuh sangat tinggi, mungkin satu kepala lebih tinggi dari Jiang Lingzhi. Sebenarnya lebih mudah bagi Jiang Lingzhi untuk mengangkat tangan untuk berpegangan pada pegangan berbentuk cincin di atas kepalanya, namun Jiang Lingzhi malah jatuh ke pelukan siswa laki-laki tersebut dengan punggung menempel begini. 

Pada jarak sedekat ini, samar-samar Jiang Lingzhi bisa mencium aroma perpaduan yang bersih antara tembakau dan peppermint dari tubuh siswa ini.

Meski ada bau yang tidak enak di sekelilingnya, namun bau napas bersih dari tubuhnya tetap tercium sangat jelas dan sangat membekas di hidung Jiang Lingzhi.

"Kak Nan, adik ini dari SMP 1 Nanyang!" ujar seseorang di sebelahnya memecah keheningan. 

Siswa laki-laki itu memakai seragam sekolah sebelah, yaitu SMP 36. Salah satu dari mereka berambut kuning dan sedang mengunyah permen karet. Mereka terlihat seperti para siswa berandal.

Jiang Lingzhi menegakkan tubuhnya dengan bertumpu pada bagian belakang sandaran kursi di sebelahnya dan melepaskan diri dari pelukan pria itu. Dia pun lebih menjauh dari siswa itu. "Maaf." 

Keadaan di dalam bus masih sangat ramai. 

Paling-paling Jiang Lingzhi hanya bisa menjauh 20 cm dari orang itu.

Saat di sekolah, Jiang Lingzhi pernah mendengar berbagai kabar tentang para siswa SMP 36. Gurunya juga telah memberitahu murid-murid untuk tidak berurusan apapun dengan para siswa dari SMP sebelah.

Banyak desas desus bahwa sekolah mereka sangat berantakan, dan berkelahi adalah hal yang sudah biasa bagi mereka.

Jiang Lingzhi ingin sedikit menjauh dari mereka. Tetapi ketika dia menundukkan kepala, dia baru menyadari kalau dirinya tidak sengaja menginjak sepatu putih siswa laki-laki itu.

Sejak kecil, Jiang Lingzhi selalu dididik dengan baik, jadi di keadaan seperti ini, dia segera meminta maaf pada siswa laki-laki itu. "Aku tidak bermaksud mengotori sepatumu. Berapa harganya? Aku akan membayar ganti rugi."

Penampilan anak laki-laki itu tidak perlu diragukan lagi. Dia memiliki paras yang sangat mempesona. Fitur wajahnya pun sangat sempurna, dengan hidung mancung dan sorot mata yang sangat dalam serta tatapan acuh.

Beberapa gadis di sekitarnya juga sudah saling berbisik. "Lihatlah, siswa itu tampan sekali!" 

"Wah wah wah, dia benar-benar sangat tampan!"

Tentu saja Jiang Lingzhi merasa sangat gugup.

Apalagi dia pernah mendengar bahwa temperamen mereka semua sangat buruk. Siapapun yang berani mencari masalah dengan mereka akan langsung dipukuli!

Seseorang di sebelahnya sepertinya dapat melihat perasaan tertekan Jiang Lingzhi. Dia tersenyum, lalu menggamit bahu siswa laki-laki itu. "Kak Nan, kamu membuat adik rumahan ini takut."

Begitu mendengar kata-kata ini, anak laki-laki itu menurunkan pandangannya untuk menatap wajah Jiang Lingzhi. Dia terdiam selama kurang dari satu detik, lalu dia menjauh dengan acuh tak acuh dan mengalihkan pandangannya ke luar jendela.

Seolah sama sekali tidak terpengaruh oleh peristiwa yang baru saja terjadi.

Jiang Lingzhi menenteng tas di tangannya dan mendongak untuk menatap siswa laki-laki itu. Dia bernapas lega saat menyadari bahwa pria itu tampaknya tidak peduli dengan masalah sepatunya yang kotor. 

Jiang Lingzhi mengangkat tangannya dan hendak memegang pegangan berbentuk cincin di atasnya. Namun dia menemukan bahwa ternyata pegangan di atas kepalanya telah dipegang orang lain.

Itu adalah tangan siswa laki-laki tersebut. Dia memegang cincin itu dengan tangan terangkat, sehingga memperlihatkan telapak tangannya yang sangat putih dan bersih.

Dia sangat berbeda dengan teman-temannya yang lain.

Tetapi dia kembali teringat akan apa yang baru saja dikatakan pria di sebelahnya. Orang itu mengejek dirinya dengan kalimat 'menakuti adik rumahan ini'.

Jiang Lingzhi merasa sangat sebal mengingatnya. Dia tidak memiliki cincin pegangan untuk berdiri dengan stabil. Jadi, dia hanya bisa membawa tas sekolah di satu tangan, dan satu tangannya yang lain dia gunakan untuk berpegangan pada bagian belakang kursi. Dia bergumam dengan suara rendah, "Aku bukan adik rumahan."

Suaranya sangat pelan, seolah hanya bisa didengar oleh dirinya sendiri.

Gadis itu mengikat rambutnya dengan gaya ekor kuda, dan beberapa helai rambut tampak berhamburan di pipinya, memperlihatkan leher bagian belakangnya yang putih.

Suara menggoda dan candaan siswa-siswa di sebelah mulai terdengar kembali.

"Kak Nan, semoga berhasil, ya!"

"Yah, kenapa aku belum pernah mengalami kejadian yang begitu romantis seperti ini!"

Next chapter