webnovel

Istri Kecil Raja Setan (4)

Sudah tiga hari berturut-turut sejak Raina secara tidak sengaja 'mengundang' Geni untuk membantunya dengan kegiatan belajar.

Pada awalnya, Ganesha masih terlihat begitu marah dan tidak rela. Tetapi, setelah interogasi panjang dan rayuan mata anak anjing Raina, dia mengalah. Sekarang, setiap sore, kamar Raina memiliki dua penghuni tambahan, Geni dan Ganesha. Beruntung orang tuanya cukup kaya untuk memberinya kamar pribadi di asrama sekolah.

"Kenapa kamu begitu khawatir? Bukankah aku sudah mengatakan bahwa aku tidak akan melakukan apapun padanya hingga dia cukup umur?" Geni berkedip polos.

Ganesha menyipitkan mata. "Apa aku bisa mempercayai ucapanmu? Bagaimana jika ternyata kamu melakukan sesuatu dan melanggar ucapanmu sendiri?"

"Kamu bisa tenang. Aku adalah orang yang memegang ucapanku," ucap Geni sambil menyeringai.

Kedua pria itu terus berbicara dengan tenang tapi Raina yang sedang mencoba memasukkan materi-materi ke dalam otaknya bisa mencium aroma bubuk mesiu diantara mereka.

Geni terkekeh pelan. "Kenapa kamu terus menatapku dengan tatapan memusuhi semacam itu? Apakah kamu memiliki dendam tersembunyi denganku?"

Wajah Ganesha memucat. "Tidak! Kamu pikir kamu siapa?!"

Raina: "..."

Geni: "..."

Sistem: "..."

Aku akan percaya kalau kamu bisa berakting sedikit lebih baik dan tidak memasang wajah pucat semacam itu...

"Ganes, apakah kalian saling mengenal sebelumnya?" Raina bertanya sambil mengedipkan matanya berkali-kali.

Wajah Ganesha semakin kehilangan warnanya. Sedangkan, Geni yang duduk di seberangnya hanya memasang senyum misterius penuh arti.

"Gadis, apa kamu ingin tahu?" tanya Geni dengan nada menggoda.

"Jangan!" teriak Ganesha panik.

Raina semakin bertanya-tanya dalam hati saat melihat adegan ini. Apa yang sebenarnya terjadi diantara mereka selama dia tidak ada?

"Kamu!" Ganesha menunjuk Geni dengan jari telunjuknya. "Ikuti aku!"

Geni tidak menjawab dan masih setia dengan senyumannya. Tetapi, dia tidak menolak perintah Ganesha dan berjalan mengikutinya.

Raina yang ditinggalkan: "..." Apa tidak ada yang mau menjelaskan sesuatu padanya?

Tidak lama kemudian terdengar suara keras dari luar ruangan. Raina yang sudah merasa ada sesuatu yang salah ingin keluar tapi tidak bisa membuka pintu kamarnya.

"Kamu pikir kamu siapa?!"

Raina mendengar teriakan penuh amarah dari balik pintu.

Di balik pintu, Ganesha mendorong Geni ke pintu kamar Raina hingga pria itu tidak bisa bergerak. Tetapi, entah bagaimana, pria itu masih terlihat tenang dan memasang senyuman lembut di wajahnya.

"Bukankah aku yang seharusnya menanyakan hal itu?" tanya Geni dengan tenang. "Bagaimana bisa kamu mengambil kredit yang seharusnya milikku? Bocah, apa kamu tidak merasa malu?"

Ganesha berteriak marah saat mendengarnya. "Kamu hanya setan! Kamu tidak memiliki hak untuk apapun!"

"Kalau bukan karena kebaikan kecil yang kamu lakukan di masa lalu, aku sudah membunuhmu sejak pertama aku melihatmu di sini," tambah Ganesha.

Geni tertawa geli. "Kamu? Membunuhku?" Tawanya semakin keras. "Kamu benar-benar naif."

Senyum di wajah Geni memudar sedikit demi sedikit. "Kamu hanya seorang pejuang pemula tapi berani menghina pangeran ini. Bocah, apa kamu seorang idiot?"

Ganesha tidak mengatakan apapun dan langsung melayangkan tinju ke arah Geni. Geni yang sejak awal sudah memperkirakan hal itu melawannya dengan senyuman lembut yang masih menghiasi wajahnya.

Raina yang sudah bisa keluar mendapatkan pemandangan satu pria dengan jubah biru dan satu pria dengan jubah merah darah yang saling bertabrakan di halamannya.

"Betapa serasinya."

Sistem: "..." Tuan, apakah kamu seorang fujoshi[2]?!

Σ(°△°|||)

"Tuan, misimu..."

Raina langsung teringat dengan misi tersembunyi yang dia dapatkan dan buru-buru ikut memasuki area pertarungan. Tepat sebelum pukulan Geni mengenai dada Ganesha, Raina menarik Ganesha ke samping dan melindunginya di belakang tubuhnya.

"Geni, hentikan!"

"Kamu..." Geni menghentikan tindakannya dan menatap Raina dengan tatapan putus asa. "Apa yang kamu coba lakukan?"

"Berhenti menyerangnya! Bukankah lebih baik kalau kamu menjelaskan sesuatu padaku?" sahut Raina cepat.

"Amelia..."

Ganesha memanggil nama gadis itu dengan lembut. Dia menatapnya dengan tatapan penuh haru. Lihatlah, gadis lemah ini bahkan mencoba melindunginya di saat-saat seperti ini...

Dia harus menjadi lebih kuat! Cukup kuat untuk melindungi gadis ini! Mulai detik itu, Ganesha menguatkan tekadnya untuk tumbuh menjadi lebih kuat.

Raina tidak tahu bahwa dia baru saja menciptakan satu batu sandungan bagi dirinya sendiri di masa depan. Hal yang menyebabkan misinya mengalami beberapa kenaikan level...

"Apa kamu menyukainya sebanyak itu?" tanya Geni dengan wajah sedih.

Raina terdiam sejenak sebelum mengangguk tegas. Tuan penjahat, maafkan aku... Aku tidak bisa OOC di depan pemimpin utama pria!

Sistem yang melihat bahwa tuannya mengalami dilema: Tuan, semangatlah! Sistem kecil ini akan mendukungmu dengan doa~

"..." Kamu sampah.

"Kamu..." Ganesha terlihat sangat terkejut saat mendengarkan percakapan Raina dan Geni.

Geni tertawa kering saat mendengar jawaban Raina.

"Geni, kamu bersikap seperti kita pernah saling mengenal sebelumnya tapi aku tidak bisa menemukan sedikit pun ingatan tentangmu. Apa ada sesuatu yang terjadi di antara kita?"

Geni menatap Raina dengan tatapan menerawang. Tangannya tanpa sadar menyentuh wajah Raina. Dia tidak menjawab dan hanya menatap Raina seolah-olah sedang mencari sesuatu. "Semua yang kamu alami... pasti terasa berat, bukan?" ucapnya dengan suara rendah yang membuatnya hanya bisa didengar oleh Raina.

Tubuh Raina membeku untuk beberapa saat sebelum kembali ke posisi semula. Dia menyipitkan matanya dengan cara yang berbahaya. "Apa yang kamu katakan? Aku tidak mengerti."

Geni tidak mengatakan apapun dan hanya mengelus-elus wajah Raina untuk beberapa saat sebelum berbalik pergi.

Saat Raina tidak bisa melihat sosok pria itu lagi, dia berbalik dan menemukan Ganesha yang masih menatapnya dengan mata lebar.

"Ganesha?" Raina melambai-lambaikan tangan mungilnya di depan wajah Ganesha tapi pria itu tidak berkedip sedikit pun.

"Sistem, apakah dia mati? Mungkin karena serangan jantung...?"

Sebelum sistem bisa menjawab, tangan Raina yang masih melambai tiba-tiba ditangkap oleh Ganesha.

"Amelia, apa kamu benar-benar menyukaiku?" tanyanya sambil menggenggam tangan Raina erat-erat.

"... Pria ini memiliki EQ yang sangat rendah. Tidak bisa ditolong."

Sistem: (´・ω・`)?

"Bagaimana bisa dia menanyakan hal sensitif seperti itu kepada seorang gadis? Apa dia berusaha membuatku malu sampai mati?"

Sistem: "..."

"Amelia, jawab aku!" Ganesha berkata dengan cemas. Genggamannya di tangan Raina semakin kencang dan Raina bisa merasakan bahwa jari-jarinya akan retak.

"Ya, aku pikir begitu." Raina menutupi wajahnya yang memerah.

Sistem: "... Tuan, bolehkah aku bertanya tentang sesuatu?"

"Apa itu?"

"Bagaimana kamu bisa membuat wajahmu memerah hanya dalam waktu sepersekian detik?" tanya sistem yang dipenuhi rasa ingin tahu.

"Rahasia negara," jawab Raina datar. "Bagaimana aku bisa membocorkannya begitu saja?"

Sistem: "..."

"Hanya becanda," ucap Raina lagi. "Sebenarnya ini tidak sulit, teknik yang digunakan hampir sama saat kamu ingin berpura-pura menangis."

"Tidak paham~"

"Maka kamu tidak perlu memahaminya. Lagipula kamu tidak membutuhkannya," balas Raina cuek.

"..."

Pada akhirnya, Ganesha mengantar Raina kembali ke kamarnya sebelum pergi dengan terburu-buru.

"Sistem, kenapa dia pergi begitu cepat seakan-akan sedang melarikan diri dari sesuatu?"

"Tuan, aku rasa kamu telah menakut-nakutinya~"

"Bagaimana bisa?"

"Kamu tiba-tiba mengaku padanya. Mungkin dia tidak menyangka dan ketakutan sampai mati karena pengakuan cerobohmu~"

"Sepertinya ini masalah serius."

Raina merenungkan masalah ini sepanjang malam.

Sistem tidak tahu apa yang tuannya pikirkan dan merasa gugup karenanya. Bagaimana jika tuannya melakukan sesuatu yang bodoh? Dia pernah mendengar dari sistem-sistem lainnya bahwa tuan mereka menggila dan melakukan semua hal semaunya sendiri karena frustasi. Hiks! Tuan, jangan bekerja terlalu keras~ Aku tidak mau kamu menghitam~

Kamus mini:

[2] Fujoshi = Istilah Jepang yang digunakan untuk menyebut penggemar wanita manga dan novel yang menampilkan hubungan romantis antara laki-laki (yaoi).

Next chapter