12 Istri Kecil Raja Setan (11)

Ganesha merasakan bahaya yang mendekat dan segera melemparkan Raina ke samping setelah memberinya beberapa mantra dasar untuk melindunginya dari gelombang energi.

Kresna yang juga melihat muridnya dalam bahaya langsung menariknya menjauh dari area pertarungan. "Apa yang kamu lakukan di sana?! Apa kamu ingin mati?!"

"Guru, aku tidak boleh membiarkan Geni menyakiti pria itu."

"Kamu..." Kresna menatap Raina dengan tatapan rumit.

"Kenapa?" tanyanya setelah beberapa kesulitan.

"..." Haruskah dia mengatakan bahwa sia memiliki misi untuk melindungi pemimpin utama pria dari tuan penjahat? Apakah orang tua ini akan percaya?

Sistem yang melihat ini buru-buru berkata, "Tuan, kamu tidak boleh membiarkan orang lain mengetahui tentang sistem yang ada atau eksistensimu akan dihapuskan dari dunia~"

"... Oke."

"Amelia?" Kresna memanggil nama gadis itu dengan serius. "Dengarkan aku."

Amelia menatap kucing hitam di depannya, tanda mendengarkan.

"Aku bisa melihat dari tatapan kedua pria itu bahwa mereka memiliki perasaan untukmu," ucap Kresna. "Jika kamu memilih salah satu dari mereka, yang terakhir akan tersakiti."

"Sistem, apa yang terjadi kalau aku menyakiti Geni?"

"Um, perasaannya akan menurun, lalu berubah menjadi negatif, lalu... dia akan menghitam~"

"..." Apakah ini berarti aku harus menjadi wanita terak yang jahat?

"Tuan, kamu sudah jahat sejak dulu~"

"Terima kasih."

Raina menatap Kresna dengan tegas. "Aku tidak bisa membiarkan Geni menyakiti pria itu. Tetapi, aku juga tidak ingin menyakiti perasaan Geni. Guru, apakah kamu memiliki saran?"

Geni mengusap wajahnya yang lelah dengan cakar kecilnya yang lembut sebelum menatap Raina hanya untuk melihat keteguhan dalam tatapannya. "Nak, kamu yang memintanya sendiri, jangan salahkan aku jika kamu mengalami kegagalan."

"Guru..." ucap Raina setelah mendengarkan dengan hati-hati saran Kresna.

"Hn?" Heh, gadis, apa kamu akan menyerah?

"Doakan semoga aku berhasil," ucap Raina sebelum berlari dengan keempat kaki kecilnya.

"..." Kresna terpaku untuk beberapa saat sebelum menyadari bahwa Raina sudah berlari cukup jauh. "Gadis, apa yang kamu lakukan?! Kembali ke sini!! Aku belum memberimu jimat perlindungan!! Sialan!"

Sayangnya, Raina sudah tidak bisa mendengarnya karena terhalang suara nyaring pedang yang saling bertabrakan di depannya. Dia bisa merasakan gelombang energi yang menerpa dan membuat tubuhnya hampir mati rasa.

Dengan sedikit kekuatan yang tersisa, Raina berhasil mencapai Geni dan melompat ke tubuhnya. Geni yang terkejut dengan kehadiran tiba-tiba Raina hampir saja terkena serangan Ganesha dan langsung terdorong mundur.

"Amelia?" Geni mengalihkan perhatiannya ke Raina dan mengabaikan Ganesha yang mencoba mencari celah.

"Amelia?" panggil Geni sekali lagi setelah tak mendapatkan jawaban. Dia bisa merasakan tubuh anak kucing di telapak tangannya bergetar, menunjukkan betapa lemahnya dia sekarang.

Tunggu, apakah dia terkena gelombang energi?

Geni menjadi panik saat memikirkan hal ini. Terkena gelombang energi merupakan masalah serius bagi orang biasa atau orang yang memiliki tingkat rendah karena itu akan sangat berdampak pada keseimbangan energi dan fondasinya.

Raina membuka matanya yang terasa berat. "Kalian... jangan bertarung... jangan saling... menyakiti..."

"Amelia?" Geni merasakan detak jantung Raina yang melambat dan pikirannya menjadi kacau.

"Bawa dia ke dalam rumah! Biarkan aku melihat kondisinya!" Kresna buru-buru mengubah wujudnya kembali menjadi manusia.

Huh, dia hanya bisa berubah menjadi manusia selama tiga jam sehari dan demi muridnya dia akan mengorbankan kesempatan ini sekarang. Nak, kamu harus berterima kasih padaku saat kamu sadar nanti.

Geni yang panik tidak bisa berpikir jernih dan hanya mengikuti perintah Kresna.

Ganesha melihat keanehan ekspresi mereka dan menghentikan pertarungan. "Apa yang terjadi?"

Tetapi tidak ada seorang pun yang menjawabnya. Dia hanya bisa mengikuti mereka setelah beberapa pertimbangan.

Saat dia memasuki rumah, dia melihat Raina yang sudah kembali ke wujud manusianya, berbaring tak sadarkan diri.

"Amelia!" Ganesha menjadi panik saat melihat kondisi gadis itu yang tidak terlihat baik.

Kresna mengerutkan keningnya karena merasa terganggu dengan kehadiran Ganesha. "Bawa dia keluar!"

Ganesha melototinya. "Kenapa aku harus keluar?!"

Kresna menatapnya dengan dingin. "Kalau bukan karena ingin menyelamatkanmu, apa kamu pikir muridku akan dengan bodohnya memasuki area pertarungan yang dipenuhi gelombang energi? Dia hanya siswa baru tingkat rendah, apa kamu tahu apa yang akan terjadi padanya kalau fondasinya hancur karena gelombang energi?"

"A-apa?" Ganesha menatap pria di depannya dengan tatapan kosong.

Sayang sekali bahwa Raina tidak sadar atau dia akan bisa melihat bar cinta milik Ganesha yang terisi penuh.

Kresna tidak tahan melihat pria konyol di depannya. "Kamu tahu bahwa peringkat Geni jauh di atasmu tapi masih bertarung dengannya. Kalau bukan karena pengorbanan muridku, apa kamu pikir kamu masih hidup?" Dan juga... kenapa muridku harus berkorban untuk bocah konyol ini?!

Ganesha merasa sesuatu yang berat menghantam dirinya dan pikirannya menjadi kacau. Dia tidak tahu bagaimana dan kapan dia keluar dari rumah itu karena pikirannya hanya terfokus pada kondisi Raina. Apakah ini berarti gadis itu akan menjadi sampah karena fondasinya yang hancur?

Geni melihat Ganesha yang melamun dan matanya yang dipenuhi kebencian tidak bisa lagi disembunyikan. Dia ingin memukulinya tapi menahan diri saat mengingat Raina. Semangatnya jatuh saat dia mengingat bahwa Raina sudah mengambil resiko besar hanya untuk menyelamatkan pria itu.

[Ding! Misi tersembunyi: <Aku Membencimu, Apa Yang Harus Aku Lakukan?> Melindungi pemimpin utama pria dari serangan tuan penjahat ✓ ]

Sistem mendengar pemberitahuan keberhasilan misi dari sistem utama dan sedikit bersemangat. Dia ingin segera bersorak untuk tuannya tapi menahan diri saat melihat jiwa Raina yang terlihat lemah di ruang kosong.

Raina menatap sekelilingnya. "Apa aku sudah mati... lagi?"

"Tidak. Kamu hanya sedang dalam kondisi kritis~"

Raina mengerutkan kening, terlihat tidak senang.

Sistem: "..." Kamu tidak mati dan kamu tidak merasa senang? Apa kamu ingin mati sebanyak itu?

Bukan. Bukan itu yang Raina pikirkan. Dia hanya merasa tidak senang karena tidak bisa berbuat apa-apa dan hanya bisa terkurung di ruang sistem sekali lagi.

Sekitar dua jam kemudian, Kresna keluar dari rumah dengan wujudnya yang sudah kembali menjadi kucing hitam. Telinganya jatuh ke bawah, membuatnya terlihat menyedihkan.

"Bagaimana?" tanya Geni meskipun dia sudah tahu jawabannya dari ekspresi Kresna.

"Fondasinya hancur," ucap Kresna.

Harapan di mata Ganesha langsung menguap saat mendengar ucapan Kresna. "Lalu... lalu... bagaimana kalau kita membawanya ke rumah sakit di ibukota?"

"Dan membiarkan keluarganya mengetahui kondisinya?" Geni balik bertanya.

Ganesha teringat akan orang tua Amelia yang tidak masuk akal dan hanya merawat Amelia karena nilai dari gadis itu yang sejak lahir memiliki fondasi berkualitas tinggi. Benar, kalau mereka tahu, bukankah mereka akan membuang Amelia?

Kresna mendengus. "Bahkan dokter paling hebat di ibukota sekali pun tidak akan bisa menolongnya."

Ganesha dan Geni goyah.

"Apakah itu begitu serius?" Geni bertanya dengan lemah.

"Menurutmu seberapa besar gelombang energi yang dihasilkan dari pertarungan antara ras dewa dan ras iblis?" Kresna balik bertanya.

Geni menatap Ganesha yang menatap kosong dengan tatapan tak percaya.

"Aku ras dewa?" Ganesha bertanya dengan nada tidak yakin.

"Apa kamu tidak mempercayai penglihatan tuan ini?" Kresna menyipitkan matanya berbahaya. "Hanya ras dewa yang bisa melepaskan ledakan dari energi yang dia kumpulkan dari alam."

Ganesha yang merupakan anak yatim piatu, tidak pernah mengetahui siapa orang tuanya, apalagi asal-usulnya. Dan sekarang dia diberi tahu bahwa dia merupakan salah satu dari ras dewa yang bagi kebanyakan orang hanya dianggap sebagai mitos dan dongeng. Perasaannya benar-benar berantakan.

"Untungnya, aku pernah menemukan kasus seperti ini sebelumnya. Asalkan kalian bisa menemukan bahan-bahan yang aku butuhkan, aku bisa menyelamatkan gadis itu," ucap Kresna sambil mengeluarkan selembar kertas.

Geni melihat isi kertas itu dan alisnya saling bertautan. "Lima tetes air mata putri duyung, bunga lotus hitam, segenggam garam manis, daging burung phoenix..."

"Hitam, apa kamu ingin memasak sesuatu?" Geni bertanya dengan serius.

avataravatar
Next chapter