922 Bab 440 grup mesum

zombi zombi berkeliaran di jalan tanpa manusia hidup di sekitar.

aku berjalan dengan santai menyusuri jalan besar.

mengabaikan beberapa zombi di sekitar ku.

mereka tidak menyerang karena menganggap ku bagian dari mereka.

tiba tiba suara mobil yg melaju kencang terdengar di belakang ku.

aku segera menyamping agar tidak di tabrak oleh mobil tersebut.

mobil jeep militer dengan seorang wanita yg duduk di atasnya melewati ku dengan cepat.

semua orang yg ada di dalam mobil melihat ke arah ku dengan tatapan heran, tapi aku segera memalingkan pandangan ku dengan acuh tak acuh dan membiarkan jeeb itu melewati ku dengan cepat.

"apa kalian lihat, pria itu bukan zombi" seru salah satu wanita.

"kenapa dia begitu tenang" semua orang menoleh kebelakang untuk melihat ku yg masih dengan santai berjalan dengan expresi acuh tak acuh.

"yg paling penting, kenapa para zombie tidak menyerangnya." tambah seorang pria yg duduk di kursi penumpang.

Shizuka wanita dengan dada menjulang yg sedang bertindak sebagai pengemudi.

saya Takagi wanita dengan rambut merah muda yg duduk di sebelah Shizuka.

saeko wanita dengan rambut panjang berwarna ungu yg mahir dalam katana.

Takashi pria sok keren yg ada di atas cap mobil bersama Rey wanita berambut coklat yg merupakan mantan kekasihnya.

Alice seorang anak berumur 7 tahun yg sedang duduk di pangkuan pria gendut yg bernama kohta di kursi penumpang bersama seekor anjing.

mereka semua adalah grup mesum yg ada di seri high school of the death.

aku hanya bisa mendesah tak berdaya mengetahui identitas mereka semua.

'sepertinya tidak bisa berlama lama di dunia ini, semoga tsubaki mengambil keputusan cepat' pikirku dalam hati sebelum mobil Jeep itu tiba tiba berhenti tidak jauh dari posisi ku.

Rei yg ada di atas Jeep segera melompat turun dan bergegas ke arah ku.

Takashi juga mengikuti di belakang Rei sambil memegang shotgun di tangannya.

aku hanya bisa menggelengkan kepala ku melihat aksi sok pahlawan mereka.

kenapa tidak mengabaikan ku saja, tapi karena sudah seperti ini lebih baik bermain sebentar.

melihat Rei yg sudah dekat ke arah ku, aku dengan cepat mempersempit jarak lalu memeluk pinggangnya. "eeehhh" suara kejutan terdengar, tapi aku dengan cepat mencium bibirnya di depan semua orang.

mereka semua terkejut dan bahkan Rei hanya terdiam dan tidak melawan karena masih bingung dengan kejadian tiba tiba.

"lepaskan Rei" teriak Takashi yg membuat Rei kembali tersadar dan berusaha mendorong ku menjauh.

aku juga dengan cepat melepaskan pelukan ku pada Rei.

Rei dengan cepat menjauh dan bertanya dengan marah pada ku. "kenapa kamu mencium ku?"

"maaf... kamu sangat mirip dengan kekasih ku. aku pikir kamu adalah dia... maaf kan aku.... aku terlalu merindukannya...." balasku dengan sedih sambil menundukkan kepala ku.

Rei merasa tidak nyaman melihat kesedihan ku, seakan dia juga merasakan hal yg sama dengan ku.

hatinya tiba tiba terasa sedikit sesak dan dia berusaha mengulurkan tangannya untuk menenangkan ku, tapi dia menariknya kembali dan meletakan di dadanya sambil berkata. "nama ku Rei Miyamoto, kamu bisa memanggil ku Rei. aku akan menganggap semua itu tidak pernah terjadi."

"sekali lagi aku minta maaf Rei, nama ku Robert. salam kenal." aku membungkuk 90° sebagi sopan santun yg membuat Rei merasa agak canggung.

"tapi kenapa kalian berhenti, apa kalian mengenal ku?" tanya ku sambil berpura pura bingung.

"tentu saja kami ingin menyelamatkan mu?" Takashi segera menjawab dengan nada yg sedikit tidak senang.

"dari apa?" aku kembali bertanya dengan bingung yg membuat Rei dan Takashi saling menatap.

"tentu saja dari para zombi yg ada di belakang mu" balas Takashi yg terlihat sedikit tidak sabar.

"maksud mu mahluk imut itu?" aku menoleh kebelakang untuk sesaat sebelum berkata. "sebaiknya kalian pikirkan keselamatan kalian sendiri, aku baik baik saja."

lalu aku mengabaikan reaksi mereka dan melanjutkan perjalan ku dengan santai.

"karena itu mau mu, maka kami akan pergi. jangan salahkan kami karena meninggalkan mu" Takashi berkata dengan nada serius sebelum menarik tangan Rei untuk kembali ke mobil.

tapi yg mengejutkan Rei segera menepis tangan Takashi dan berjalan mendekati ku.

"kemana kamu akan pergi?" Rei bertanya sambil berjalan di sisi ku dengan rasa penasaran yg terlihat dari wajahnya.

"entah lah.. aku hanya ingin menemui kekasih ku... tapi aku tidak tahu di mana dia.... jadi aku hanya bisa berjalan mengikuti arah angin dan membiarkan takdir menuntun ku untuk bertemu dengannya." jawab ku dengan nada yg melankolis.

entah kenapa jantung Rei tiba tiba berdebar kencang mendengar kata kata ku, dia mengepal tangannya di dada lalu berkata pada ku. "apa aku boleh tahu namanya?"

"saat aku sadar, aku tidak ingat apa apa. aku hanya ingat nama ku karena kartu identitas yg berisi foto ku dan aku hanya mengingat wajah wanita itu secara samar, dia agak mirip dengan mu jadi aku salah menduga bahwa itu kamu."

mendengar kata kata ku, Rei menjadi semakin gelisah. tanpa sadar, tangannya langsung menegang tangan ku. "ikut lah bersama kami, mungkin kamu akan mengingat sesuatu setelahnya."

aku menatap Rei dengan ekspresi ragu ragu. "aku merasa tidak nyaman dengan orang asing di sekitar ku, tapi aku merasa sangat nyaman berada di dekat mu."

blus merah muncul di pipi Rei dan dia dengan cepat berkata. "kamu tidak perlu cemas, aku akan selalu di sisi mu"

Takashi yg mengikuti di belanga kami menunjukan wajah yg tidak senang. "Rei, jangan memaksanya jika dia memang tidak ingin ikut bersama. kita juga tidak tahu asal usulnya atau apakah yg dia katakan benar atau tidak."

mendengar ini aku juga memberi anggukan ringan pada Rei, lalu dengan lembut menyentuh tangan Rei dan memberinya senyum mempesona. "pacar mu benar, aku hanya orang asing yg tidak jelas. aku tidak ingin hubungan kalian rusak karena ku."

skill karismatik tingkat tinggi langsung menghantam Rei. dengan nilai atribut charm lebih dari 4000, tidak ada yg bisa menolak pesona ku.

tubuh Rei tiba tiba bergetar dan dia mencengkram tangan ku dengan erat. "dia hanya teman ku, kamu tidak perlu cemas. aku akan menjaga mu, ikut saja dengan ku dan selalu di sisi ku." Rei segera menyeret ku menuju mobil Jeep yg tidak jauh di depan kami sebelum aku sempat menjawab.

"Rei.. mobil kita sudah penuh." seru Takashi sambil bergegas ke arah kami.

"aku akan membawa Robert duduk di atas cap mobil." balas Rei dengan cepat yg membuat Takashi tidak bisa berkata kata.

semua orang segera turun dari mobil saat aku tiba bersama Rei.

setelah perkenalan singkat, pria gendut kohta bertanya pada ku dengan nada yg sedikit curiga. "apa aku bisa melihat kartu identitas mu"

"tentu saja" aku mengeluarkan dompet kulit dan segera menyerahkannya pada kohta.

setelah membaca kartu identitas ku, kohta sedikit memicingkan matanya. "tahun lahir kita sama, tapi kenapa kamu terlihat seperti berumur 20 tahun."

aku hanya mengangkat bahu ku. "aku tidak tahu."

kohta kembali membongkar dompetku dan menemukan kartu pelajar di sela sela dompet.

"tahun ajaran yg sama dengan kita, hanya berbeda sekolah, wajah mu juga terlihat lebih muda." kohta kembali menatap ku dengan serius. "kamu terlihat menua lebih capat 3 tahun atau kamu adalah orang dari tiga tahun yg akan datang."

'berimajinasi lah kawan ku' seru ku dalam hati, tapi aku hanya menunjukan wajah bingung sambil menggaruk kepala ku. "entahlah.." lalu aku mendesah tak berdaya.

"cukup.." Rei segera memeluk lengan ku. "jangan terlalu memaksanya, biarkan dia ingat secara perlahan."

"Rei..." aku menatap Rei dengan penuh kebahagian. "kamu wanita yg baik."

tubuh Rei kembali bergetar dan blus merah muncul di pipinya. "tidak apa apa, aku akan menjaga mu. jangan memaksakan diri mu"

aku mengangguk ringan pada Rai. "terima kasih Rei"

"jangan di pikirkan, ayo kita duduk di atas cap mobil."

"mm" aku mengikuti Rei naik ke atas cap mobil.

saat itu Takashi tiba tiba melihat wajah ku yg sedang tersenyum jahat sambil menjilat lidah ku dengan penuh nafsu.

hal ini langsung membuat Takashi menjadi semakin gelisah.

"apa kalian melihatnya, dia sepertinya memiliki niat jahat terhadap Rei." bisik Takashi pada semua orang, tapi segera mereka semua menunjukan wajah bingung karena tidak tahu dari mana Takashi bisa mendapat kesimpulan seperti itu.

tentu saja hanya Takashi yg melihat senyum jahat ku, karena aku sudah memberinya sihir ilusi untuk membuatnya berburuk sangka pada ku.

"ya.." aku memberi Rei anggukan ringan.

avataravatar
Next chapter