webnovel

Aku yang sesungguhnya

"Kamu lihat Anya, gak?" tanya Jiyah ke salah satu teman Anya yang sedang membaca buku di perpustakaan.

"Dia ada di ruang kumpulan skripsi." Jiyah berjalan dengan wajah kesal.

Sesampainya di ruang skripsi, dia mencoba untuk menahan emosi karena dia takut membuat kegaduhan di perpustakaan, ia perlahan menghampiri Anya.

"Nyak, ayo ikut aku sebentar! Ada hal yang ingin aku bicarakan sama kamu," bisik Jiyah.

Anya mengiyakan ajakan Jiyah dan ikut bersamanya keluar dari perpustakaan. Jiyah membawa Anya ke taman kampus. Kebetulan, siang itu tidak begitu banyak mahasiswa karena sedang mengikuti kelas, nongkrong di kantin, sibuk mencari referensi untuk tugas di perpustakaan, dan kegiatan yang lain.

"Kamu gimana sih! Kamu kan tau, kalau aku itu suka sama kak Vicky," ujar Jiyah.

"Hah! Maksudnya gimana si? Ya aku tau kalau kamu ada rasa sama kak vicky, bahkan sejak hari pertama kita ospek, terus kenapa?" tanya Anya dengan wajah kebingungan dan masih belum memahami maksud dari perkataan Jiyah.

"Kamu kok masih nanya sih Nyak... Aku sudah tau semuanya, aku lihat dengan jelas tadi malam, kamu pulang diantar sama kak Vicky kan? Gila ya! Gak nyangka aku sahabat yang aku percayai malah nikung aku dari belakang," jawab Jiyah.

"Wait sebentar dulu, jadi kamu marah-marah cuma gara-gara tadi malam aku di antar sama kak Vicky? Haha," tanya Anya sambil tertawa terkekeh.

"What kamu bilang, kamu kan tau sendiri Nyak gimana usaha aku buat deketin kak Vicky...," Ketika Jiyah belum menyelesaikan ucapannya tiba-tiba Anya menaruh jari telunjuknya di bibir Jiyah.

"Okey stop dulu, jangan habiskan tenagamu ya! Sahabatku yang paling cantik dan manis, jadi tadi malam sepulang organisasi aku gak sengaja ketemu sama kak Vicky. Kebetulan dia baru selesai latihan bela diri sama teman-teman nya yang satu organisasi. Terus dia nawarin buat nganter pulang, kan kamu tau sendiri di gang sebelah jam-jam segitu kadang ada anak jalanan yang suka mabuk-mabukan, toh tadi malam aku dianterin nya jalan kaki kok," ucap Anya menjelaskan kejadian tadi malam.

"Benar kejadiannya begitu?" tanya Jiah memastikan lagi penjelasan Anya.

"Ya, sayang," jawab Anya.

"Terus, tadi malam kamu sama kak Vicky ngobrolin apa aja selama perjalanan pulang?" tanya Jiyah.

" Hmmm... Gak ada sih cuma sharig tentang masalah organisasi doang, santai aku gak bakal ngambil kak Vicky mu beb, aku punya senior idamanku sendiri," jawab Anya sambil tersenyum dan mulai membayangkan kembali begitu kerennya senior yang tadi malam ia lihat.

"Idih... Kamu kenapa si Nyak senyum-senyum sendiri gitu, kamu gak kesurupan kan?" tanya Jiyah.

"Hehe... Gak kok aku masih sadar, cuma lagi ingat sama senior yang aku lihat tadi malam aja," jawab Anya.

"Loh bentar, senior ? kamu lagi kasmaran sama senior mu yang di organisasi mu? Kamu kok gak cerita si Nyak?" tanya Jiah menggebu-gebu penasaran.

"Bukannya aku gak mau cerita Jiah, kejadian nya kan tadi malam dan aku belum tau juga ini rasa suka atau sekedar kagum saja. Lagian kita gak satu kamar, jadi aku gak mau ganggu teman sekamar kamu makanya aku gak langsung cerita ke kamu tadi malam," jawab Anya menjelaskan tentang perasaannya sekarang.

"Okey terus kamu tau, nama kakak-kakak senior yang sekarang menguasai pikiran kamu sekarang itu?" tanya Jiah.

"Enggak, makanya sampai sekarang aku masih terbayang-bayang sama senyuman manisnya, ketegasan matanya dan gaya bicaranya yang wibawa tapi lembut," jawab Anya dengan tersipu.

"Duh... Gini ya! Kalau lagi bicara sama orang yang lagi kasmaran, jelas dan detail. Terus gimana kamu bisa kenal lebih dekat, kalau namanya aja kamu gak tau hahaha...." Senggol Jiah sambil menggoda Anya.

"Entahlah, seperti kata pepatah, kalau jodoh gak akan kemana. Toh, kakak-kakak keren itu satu organisasi dengan aku. Tapi aku heren si Jiah pas MAPABA kenapa aku gak ngeliat kakak-kakak itu ya?" tanya Anya dengan begitu penasaran.

"Kamu yakin kakak-kakak kerenmu itu anak PMII juga? Jangan-jangan dia anak organisasi lain atau bukan anak organisasi dan hanya cuma kebetulan aja punya kenalan di sana dan main," ujar Jiah, sengaja ia katakan begitu supaya Anya cemas dan bingung gimana cara dia tau dan kenal dengan senior itu.

"Tapi aku yakin dia anak PMII juga, karena tadi malam itu aku melihat dia sedang memimpin diskusi dengan para anggota baru. Ah! Sudah lah... Aku nanti selesai kuliah mau main ke rayon aja! Siapa tau dapat informasi, untung-untung bisa ketemu sama kakak-kakak senior terkerenku. Tabrakan juga gak papa kayak di ftv biar bisa kenalan," jawab Anya sambil tertawa karena ke haluannya yang gak masuk akal.

"Dasar korban ftv, kerenan dikit kek halunya. Oh ya Nyak tugas makalah filsafat kelompok mu udah belum? " tanya Jiah yang kebetulan tugas nya belum dikerjakan karena di kelompok Jiah teman-temannya pada malas semua. Kebetulan di kelompoknya cowok semua, cuma Jiah ceweknya. Jadi, mau tidak mau Jiah yang harus mengerjakannya sendirian. Meskipun dosen filsafat mereka dalam pembelajaran sangat menyenangkan dan mudah dipahami dalam menerangkan tapi beliau disiplin dalam hal tugas dan absensi.

"Sudah dong! Selesai pembagian kelompok kemarin aku sama teman kelompokku langsung ke perpustakaan cari buku dan di bagi-bagi tugasnya biar cepat selesai, mereka aku kasih waktu dua hari setelah itu dikirim ke aku untuk disatukan. Kamu tau sendiri pak munir maunya semua makalah dikumpulkan serentak di pertemuan berikutnya," jelas Anya.

"Ya Nyak, padahal bapak itu enak banget kalau menerangkan dan filsafat bukan mata kuliah yang mudah menurutku. Tapi, pak Munir bisa membuat para mahasiswa paham. Dosen yang detail dan jelas. Tapi minusnya dalam hal tugas dan absensi tidak ada keringanan," curhat Jiah.

"Kalau dosennya enak dalam menerangkan dan santai dalam tugas dan absen, mana bisa tau sejauh mana kita paham dengan mata kuliah tersebut. Itu kan, juga buat kebaikan kita Jiah. Lagian makalah dikumpulkan serentak itu juga kebaikan kita biar tidak malas-malasan dan mengentengkan tugas. Lebih cepat, kan lebih baik jadi kita cuma tinggal belajar doang untuk mempersiapkan presentasi kita. Masalah tidak ada keringanan keterlambatan itukan supaya kita disiplin, bisa me-manage waktu serta paham dari awal sampai akhir materinya dan tidak setengah-setengah. Time is money Jiah kalau pesan Imam Syafi'i sih.

الو قت كا لسيف ان لم تقطعه قطعك

(Al waqtu kaa assaifi fa in lam taqto'hu qotho'aka).Waktu itu seperti pedang. Jika kau tidak memotongnya maka Ia akan memotongmu. Ingat penyesalan itu ada di belakang, kalau di depan namanya pendaftaran haha. Udah jalani aja niatkan untuk menghilangkan kebodohan," ujar Anya menasehati Jiah.