1 Sincerity - one

2 Tahun yang lalu

Gadis berusia Sembilan belas tahun itu menangis sesenggukan. Kedua tangannya memegang erat atau tepatnya memeluk kedua kaki pria paruh baya itu, Ia terus menangis histeris supaya pria paruh baya yang tidak lain adalah ayah kandungnya tidak meninggalkan mereka. Ya, Ayahnya dengan tega ingin pergi meninggalkannya dengan kedua adiknya yang masih berusia Lima tahun.

"Dad, aku mohon jangan seperti ini terhadap kami. Kami tidak memiliki siapa pun disini. Aku mohon jangan tinggalkan kami di tempat ini, Please Dad!" Minta gadis itu memohon kepada Ayah-nya. Beberapa pejalan kaki yang melihat adengan itu pun hanya menatap iba tanpa melakukan apapun.

"Lepaskan!, kalian hanya akan menyusahkanku saja nanti. Kamu sebagai seorang kakak harus menjaga adik-adik mu itu" Bentak Pria paruh baya itu mencoba melepaskan tangan Anak gadis nya itu dari kakinya.

"Tapi kamu Daddy kami! Tugas mu menjaga kami, tidak menelantarkan kami seperti ini!" Pekik gadis itu mulai frustasi. Lagi orang-orang yang berlalu lalang hanya melihat dan tidak ada yang berniat mendekati mereka.

"Daddy, please. Aku akan berusaha mencari pekerjaan agar membantu membiayai kehidupan kita di sini, tapi jangan pergi meninggalkan kami..Hiks..Dad" Gadis itu menatap kearah kedua Adiknya dimana adik perempuannya sudah menangis kencang, sementara Adik laki-lakinya hanya menatap diam kearah mereka.

"Samuel dan juga Niana masih kecil, mereka membutuhkan mu Dad!" Lanjut gadis itu, air mata tidak henti-hentinya keluar dari kedua matanya.

"Daddy tidak perduli, dan mulai saat ini kalian bukan lagi anak ku. Carilah kehidupan baru kalian disini" kata pria paruh baya itu dengan kalimat yang begitu menyayat hati. Gadis itu menggelengkan kepalanya dengan keras menolak perkataan sang Ayah yang bernama Romi Edisson.

"Dad, kami membutuhkan mu" Mohon Gadis itu dangan isak tangisnya.

Adik perempuan gadis itu hanya menangis melihat sang kakak memohon kepada sang ayah. Akan tetapi tidak bagi adik laki-laki gadis itu yang mengepalkan kedua tangannya dengan kuat, didalam benak anak laki-laki itu Ia sangat membenci ayah nya yang ingin meninggalkan mereka.

"Daddy, Bie" Barbie mengaihkan tatapannya agar melihat Adik perempuannya yang memanggil mereka.

Romi membuang wajahnya tidak mau melihat kearah putrid kecilnya yang memanggil nya "Saya tidak perduli Bie, kamu dan adik-adik mu akan tinggal disini. Aku sudah mengurus ke pendudukan kalian di sini dan ini uang untuk kebutuhan kalian" Kata Romi memberikan sebuah Amplop berwarna coklat kebawah kaki gadis itu.

Gadis itu terkejut atas perlakuan ayah kandung nya sendiri, Gadis yang bernama Barbie Edisson itu menghapus air matanya dengan kasar dan ia berdiri mengambil setumpuk uang yang baru saja diberikan oleh ayahnya.

"Kami tidak membutuhkan uang darimu Dad. Apa alasan Daddy membuang kami di negara asing ini yang bahkan kami tidak mengenal siapapun di sini?" Tanya Barbie menahan isak tangis nya dan melemparkan uang tersebut kembali kearah ayahnya.

"Daddy ingin menikah dengan wanita yang berasal dari brazil dan yang dia ketahui, Daddy pria yang belum menikah dan tidak memiliki anak dan aku tidak mau dia tau jika aku adalah seorang duda yang memiliki 3 anak" Jawab pria itu dengan mudah, tidak ingin terlalu lama berdebat ia melangkah pergi meninggalkan ke tiga Anaknya. sebelum pria paruh baya itu menjauh Barbie berteriak.

"DEMI HARTA KAMU MENINGGALKAN TANGGUNG JAWAB MU BRENGSEK, AYAH SEPERTI APA KAMU, BAIKLAH JIKA ITU YANG KAMU INGINKAN. MULAI DETIK INI KAMU BUKAN LAH DADDY KAMI, DAN KAMI AKAN MENGANGGAP MU SUDAH MATI! " Teriak Gadis itu lantang sambil memeluk kedua adik kembarnya, setelah itu Barbie menuntun kedua adiknya meninggalkan ayahnya yang mematung

'Daddy janji akan menjemput kalian, Jika Daddy telah memiliki semuanya'.

Gadis itu berjalan tidak tentu arah membawa kedua adik kembarnya menyusuri kota asing yang sama sekali tidak Gadis itu ketahui, Ayah-nya dengan tega membuang dirinya dan juga adik-adiknya di Negara Inggris tersebut tanpa sanak keluarga. yang ia fikirkan sekarang adalah bagaimana caranya Ia menghidupi dirinya dan adik-adiknya. jangan kan untuk makan, tempat tinggal pun mereka tidak punya, ayahnya yang brengsek itu meninggalkan mereka tanpa mencarikan tempat tinggal untuk mereka.

Barbie dan kedua adiknya duduk disebuah kursi khusus menunggu bus, Ia memeluk kedua adiknya. Barbie tidak hentinya menangis meratapi nasibnya yang kurang beruntung. Beberapa orang yang melintas menatap aneh kearah Barbie dan juga adiknya, ada pula yang menatap kasihan kearah mereka.

"Kak, apa yang akan kita lakukan?" Tanya adik laki-laki Barbie yang bernama Samuel Eddison.

"Entahlah sam, akan tetapi kakak akan mencari perkerjaan untuk membiayai hidup kita. kita tidak boleh lemah, kita anak mommy yang kuat" jawab Barbie menatap kedua adiknya sambil tersenyum terpaksa.

"Aku merindukan mommy Bie" ucap adik perempuan Barbie yang belum terlalu lancar dalam berbicara, bernama Niana Eddison.

"Sayang, mommy sudah bahagia diatas sana dan mommy pasti melihat kita dari sana" Jawab Barbie sambil menunjuk kerah langit.

"Bie, aku lapar" Rengek Niana memegangi perutnya.

Barbie bingung, karena ia tidak memiliki uang sepersen pun, uang yang diberikan ayah nya tadi sudah ia kembalikan. Ia tidak sudi menerima uang dari pria yang sudah membuang mereka.

Tiba-tiba seorang pria Tua yang sudah berumur menghampiri mereka, pria itu memperhatikan Barbie dan kedua adiknya dengan iba. Terlebih ketika ia melihat gadis kecil Niana yang kedinginan.

"Apa yang kalian lakukan nak, disini cuacanya sangat dingin. Pulanglah, bawa adikmu kembali mereka pasti sangat kedinginan " Kata Kakek itu, Ia menyodorkan beberapa makanan yang ada di dalam kantong plastic yang Ia bawa.

"Kami tidak memiliki rumah Kakek, kami baru di buang Daddy kami sendiri" jawab Samuel sambil tersenyum sinis, mengingat perlakuan sang ayah beberapa jam yang lalu.

"Sam" Panggil gadis itu, Ia menatap Adiknya dengan tatapan peringatan. Barbie menundukkan kepalanya karena Ia merasa akan menangis.

"Bie, aku lapar" rengek Niana sekali lagi.

Kakek itu menghembuskan nafasnya "Ikutlah dengan ku nak, aku memiliki Restaurant kecil di seberang sana. kamu bisa bekerja disana dan juga tinggal disana bersama kedua adik mu dan anggap saja aku ini kakek kalian karena Kakek juga hanya sebatang kara" ucap kakek itu dengan lembut

"Tidak perlu Kek... "

"Jonathan, panggil aku kakek Jo"

"Tidak perlu kakek jo, kami tidak ingin menyusahkan mu"

"Haha..tidak sama sekali nak, kakek juga tidak memiliki keluarga dan kalian bisa mengangap aku sebagai kakek kalian sendiri" Kakek Jo tertawa kecil, diusia yang sudah tua membuat Kakek Jo seakan melihat Cucu nya sendiri.

"Apa tidak apa-apa?" Barbie menatap ragu kearah Kakek Jo.

"Tidak apa-apa, Kakek tidak memiliki Niat jahat untuk kalian. Kakek hanya mencoba membantu" Gadis itu merasa tidak enak mendengar kalimat yang di lontarkan Kakek Jo, jika Jujur Barbie sempat memiliki pemikiran kesana.

Barbie menatap kedua adiknya dengan sendu, benar kata kakek jo saat ini Ia tidak boleh egois. "Baiklah kek"

"Ayo, ikuti kakek"

Barbie berjalan mengikuti kakek jo, saat ia sampai disebuah Restaurant yang sederhana akan tetapi Barbie dapat merasakan kenyamanan berada Restaurant sederhana tersebut.

"Masuklah nak, dilantai dua memiliki ruang kamar yang cukup untuk mu dan kedua adikmu. Kamu bisa tinggal disana dan kamu juga bisa bekerja sebagai kasir disana menggantikan kakek" Kata Kakek Jo.

Rasanya Barbie ingin menangis saat ini, karena masih ada orang baik yang ingin membantu mereka. 'Mengapa orang asing seperti keluarga, sementara keluarga seperti orang asing' batin gadis itu menatap Kakek Jo dengan Lembut.

"Terimakasih kek, dan kakek tenang saja. Kakek hanya perlu duduk dikursi dan menunggu hasil nya saja kek, aku akan bekerja keras kek untuk membalas kebaikan mu ini" Barbie tersenyum senang dan juga tampak bersemangat..

"Ha ha ha. Baiklah nak, sekarang ajaklah adik-adik mu untuk makan dan istirahatlah karena mulai besok kamu sudah akan bekerja" Suruh Kakek Jo.

"Dan-"

"Barbie Kek, Kakek bisa memanggil ku Bie dan Ini Niana, Kakek bisa memanggilnya dengan Ana. Sementara yang ini Samuel, kakek bisa memanggilnya Sam" Jelas Barbie memperkenalkan diri mereka. Kakek Jo menganggukkan kepalanya mengerti.

"Baiklah, ini kunci Restaurant. Biasanya Restaurant buka pukul Delapan pagi, Kakek juga memiliki dua pegawai yang akan datang besok pagi. Kalau begitu Kakek akan kembali pulang" Kakek Jo menyerahkan kunci kepada Barbie yang di terima gadis itu dengan senang Hati.

"Apa rumah kakek jauh?"

"Tidak, hanya beberapa kilometer dari sini. Kakek pulang" Barbie dan kedua Adiknya melambaikan tangan kearah Kakek Jo yang dib alas tawa senang oleh pria tua itu.

Barbie mengajak kedua adiknya menuju meja, dan beberapa pelayan membawakan beberapa makanan, para pelayan tersenyum menyambut kedatangan Barbie.

"Ok, sebaiknya kalian naiklah lebih dulu. Aku akan membuat makan malam untuk kita" kedua Adik Barbie mengangguk lalu pergi menuju lantai dua.

avataravatar
Next chapter