6 Dunia Sihir

"Kau datang." Komentar Orion ketika aku memasuki ruangan tempatnya berada dengan diantar oleh Ersy.

Aku menoleh ke sana kemari, mengagumi interior ruangan tempatnya bekerja yang memiliki kesan mewah dan luar biasa.

Ruangan ini sungguh berbeda dari kamar tempatku berada sebelumnya yang mungkin luasnya tak lebih dari separu luas dari ruangan ini. 

Aku beralih menatap Orion bingung ketika menyadari bahwa sudh lebih dari lima menit ia hanya diam saja dan menatapku lama, "Ada apa? Aneh ya aku memakai pakaian seperti ini?"

Ia akhirnya tersadar dari lamunannya saat aku menegurnya. Ia berdeham sekali lalu kembali menatap kertas-kertas yang menumpuk yang berada di atas meja kerjanya.

"Kau sepertinya sibuk. Apa aku menganggumu?" tanyaku lagi seraya menatapnya canggung, aku bahkan menunggu-nunggu agar ia mempersilahkan aku untuk duduk.

"Tidak, aku sudah selesai." Ia berdiri dari hadapan meja kerjanya dan berjalan ke arah kursi panjang di sisi lain ruangan. Tentu saja aku langsung mengekorinya di belakang dan ikut duduk ketika ia juga duduk.

"Jadi, tolong jelaskan semuanya padaku. Mulai dari alasan kenapa kau menculik—membawaku kemari? Ini dimana? Negara mana? Dan kau siapa?" sebenarnya masih banyak lagi yang ingin kutanyakan padanya saat ini juga, tapi aku mengurungkan niatku dan menanyakan hal-hal yang harus lebih dulu kutanyai sebelum menanyakan yang lainnya.

Orion menatapku datar, "Kau … bahkan untuk sedikit pun, tak mengenaliku?"

Apa-apaan dia? Kenapa malah balik bertanya? Bukannya menjawab pertanyaanku, kini ia malah balik bertanya padaku? Ia sengaja mempermainkanku ya? 

"Kau bercanda? Bagaimana bisa aku mengingat orang yang baru pertama kami kutemui? Sebaiknya kau jawab dulu semua pertanyaanku sebelum kau bertannya padaku."

"Jadi kau benar-benar tak ingat …" gumamnya setelah mendengar jawabanku. Apa maksudnya? Memangnya aku pernah bertemu dengannya sebelum ini? Tak mungkin! Jelas-jelas aku baru pertama kali ini bertemu dengannya.

"Aku tak menculikmu, tapi tempat ini memanglah tempat kau seharusnya berada. Menjadi calon ratu negeri ini sekaligus menjadi pendampingku seumur hidup."

Katanya kembali menatapku tajam. "Kau adalah Luna Reana, Putri Mahkota dan calon Ratu kerajaan Diores."

Aku semakin menatapnya tak mengerti, "Yang kubutuhkan itu jawabanmu atas pertanyaanku tadi, bukannya alasanmu untuk menahanku tetap di sini..

Aku tahu ia enggan menjawab pertanyaan-pertanyaanku. Tapi aku terus menyudutkan laki-laki keras kepala ini sampai akhirnya ia menceritakan semuanya.

"Dunia ini bernama Gerwish, dunia pararel yang terhubung dengan Bumi melalui perantara cermin."

Aku menatapnya seksama seraya mendengar penjelasannya yang menurutku sangat tak masuk akal itu, "Dunia ini adalah dunia dimana lebih dari enam puluh persen penduduknya adalah penyihir. Dan sisanya hanyalah manusia biasa. Dan alasanku membawamu kemari karena ini sudah waktunya untuk kau kembali."

"Penyihir? Maksudmu manusia yang bisa menggunakan kekuatan sihir? Memangnya ada yang seperti itu?"

Pria ini gila ya? Mana mungkin kekuatan sihir itu nyata? Ia pikir ini dongeng atau semacamnya? Sungguh tak masuk akal! Aku sama sekali tak mempercayai sedikit pun yang ia ucapkan itu!

"Dan lagi, apa maksudmu dengan kembali? Aku belum pernah sekali pun menginjakkan kaki ke dunia ini sebelumnya!" bantahku semakin kesal mendengar semua penjelasan gila dan tak masuk akalnya.

"Kau dilahirkan di dunia ini, Luna. Kau lahir di kerajaan ini, dan kau adalah kekasihku." Ucapnya dengan nada menuntut.

Aku yakin ia sangat tak ingin mendengar penolakan dariku.

"Tidak, ini bukan duniaku. Aku lahir di bumi, dan tinggal bersama nenekku di Massachussets. Aku tak akan percaya dengan semua omong kosong yang baru saja kau ucapkan!" bantahku dengan nada meninggi.

Sebenarnya aku tak punya nyali bahkan untuk menatap ke arah matanya, aku bicara menantang seperti itu hanya dengan melihat keningnya. Aku melakukannya agar aku berani membalas perkataannya. Kalau aku melihat ke arah matanya, mungkin aku tak akan sanggup berbicara lantang seperti itu pada laki-laki dengan tatapan tajam dengan aura dingin dan mengerikan seperti dirinya.

"Jadi, kau pikir semua yang kuucapkan barusan hanya omong kosong?" aku bergidik ngeri ketika mendengar nada suaranya yang berubah menjadi dingin, "Kalau begitu aku akan membuktikannya sekarang."

A-apa yang ingin ia lakukan?! 

Deg! Deg! Deg!

Jantungku semakin berdetak kencang, pikiranku langsung kacau, dan keringat dingin mengalir di pelipisku. Oh tidak, aku sangat takut!

Zassshhhh …

Uap dingin tiba-tiba muncul di sekitar kakiku. Apa ini?! Dingin! 

Dengan cepat aku mengangkat kedua kakiku dan meringkuk terkejut di sofa panjang tempatku duduk saat lantai yang kupijaki berubah menjadi permukaan es yang mengeluarkan uap dingin. Aku melotot kaget ketika menyadari bahwa seluruh lantai di ruangan ini telah mengeras di tutupi es berwarna putih.

Deg! Tubuhku kembali kaku dan tak bisa bergerak ketika menyadari Orion telah berdiri di belakangku."K-kau …"

"Kau masih tak percaya dengan apa yang kukatakan?" bisiknya tepat di telingaku yang langsung membuat jantungku semakin berpacu cepat ketakutan.

Kurasakan satu tangannya menyentuh bahu kananku, kemudian ia berjalan memutar hingga tepat berada di hadapanku lalu merundukkan bagian atas tubuhnya, sehingga wajahnya kini berada tepat di depan wajahku, "Kalau begitu, maukah kutunjukkan sesuatu yang lebih mengejutkan dari ini? Ini sama sekali belum seberapa. Kau bisa melihat hal yang bahkan akan membuatmu pingsan terkejut kalau kau mau."

Dengan cepat aku langsung menggeleng kuat-kuat, menolak apa yang ia tawarkan dengan ketakutan. Sungguh, pria ini sangat menakutkan! 

Tanganku menggenggam kuat-kuat kedua sisi baju yang kupakai dengan gemetaran. Aku sangat takut! Sungguh! Tanpa sadar, air mataku menetes begitu saja, membuat laki-laki berwajah dingin di hadapanku terkejut. Aku tahu ia sangat terkejut saat melihatku menangis, sangat terlihat dari ekspresi wajahnya. 

Grep!

Tanpa kuduga-duga, Orion menarik tubuhku ke dalam dekapannya. Ia memelukku! Aku sangat terkejut dengan tindakannya yang tiba-tiba dan hanya bisa terdiam dalam pelukannya dengan wajah kebingungan.

A-apa yang ia lakukan?! Kenapa ia melakukannya?! Aku sungguh tak mengerti, apa yang sebenarnya dipikirkan oleh laki-laki ini?

avataravatar
Next chapter