webnovel

●Mandhakarma (5)

"Apakah kita perlu membuat benteng pelindung?" tanya Gayi dan Nagen, tenggelam dalam kecemasan yang sama. Kedua ratu utama Vasuki tampak gelisah.

Di hadapan mereka, Tala hal Vasuki duduk tegak dan tegang. Dalam jubah hitam bersulam keemasan dan mahkota berlambang cakar dan bertahtakan permata merah delima; wajah tampan Tala terlihat dingin dan bengis.

"Paduka!"

Gayi dan Nagen menjura.

Giriya dan Gangika sedang membangun benteng. Raja-raja mendapatkan berita dari Tala hal Vasuki, bahwa sebuah kekuatan raksasa tumbuh dari sebuah ceruk hitam rahasia. Kekuatan yang melibas segala, melumat tanpa ampun, meninggalkan jejak debu kematian yang mengguncang.

Dari semua sekutu, hanya Giriya dan Gangika yang mempercayai Tala hal Vasuki.

Paksi?

Mereka pernah membelanya ketika panglima Kundh hal Vasuki menyerang Aswa. Pertempuran itu membelah wangsa Akasha dan Pasyu menjadi dua : Akasha Wanawa, Akasha Jaladhi, Pasyu Aswa dan Pasyu Mina di satu pihak. Akasha Giriya, Akasha Gangika, Pasyu Paksi berdiri di sisi Pasyu Vasuki. Tala berpikir, Ame hal Paksi dan kerajaannya mengangkat sumpah setia padanya. Keliru! Setelah Vasuki menyerang dan membunuh banyak Nistalit, Paksi menyatakan mereka menolak persekutuan.

Walaupun Vasuki telah menyampaikan penjelasan.

Mereka membunuh Nistalit sebab budak-budak itu mengambil alih gua-gua! Merusak hutan-hutan. Menghabiskan bahan baku dan sumber makanan.

"Apakah kita akan meminta perlindungan Giriya dan Gangika?" Gayi, mengusulkan.

"Apakah kita akan tetap berada di kerajaan kita, atau mengungsi, Paduka?" Nagen bertanya.

Tala hal Vasuki menatap kedua ratunya tajam.

"Tidak bisakah kalian menghentikan rengekan?!"

Gayi terdiam.

Nagen mengunci mulut.

"Aku tak akan pernah mengemis perlindungan pada siapapun, termasuk pada sekutuku sendiri. Merekalah yang seharusnya meminta pertolonganku!"

Tala hal Vasuki mendengar bahwa suatu kekuatan telah mulai memangsa benteng timur laut Aswa pelan-pelan. Ia tertawa mendengarnya. Tawa keji yang menyakitkan.

Salah siapa jika para sekutunya memilih menjauhi dan melawannya?

Jika mereka dulu mendukungnya! Memilihnya sebagai raja mutlak, dunia tak akan sekacau sekarang. Hanya Tala hal Vasuki, yang menolak kedatangan wangsa ketiga : Nistalit.

Mengapa raja-raja Akasha dan Pasyu tak memiliki keberanian untuk bersikap tegas dan sekali waktu, kejam dan keras? Seorang pemimpin tak boleh menunjukkan hati terlalu lemah dan kehendaknya selalu bisa dibelokkan oleh keinginan pihak lain. Tala bersumpah pada dirinya sendiri, bila suatu saat kata-katanya terbukti, ia tak akan pernah memberikan maaf kepada siapapun yang memusuhinya. Tak akan pernah memberikan bantuan ataupun kelonggaran, atas nama apapun. Bila mereka tak mempercayai kisahnya tentang Nistalit dan tak bersedia mengambil sikap yang sama terhadap wangsa ketiga; maka jangan harap ia bersedia bekerja sama menghadapi Gelombang Hitam yang rahasianya telah diketahui Tala.

Satu-satunya yang dikhawatirkan Tala terkait serangan Gelombang Hitam adalah : Laira .

"Apakah Shunka yang lemah bisa melindungi Laira? Bagaimana mungkin kerajaan luas memiliki pasukan terbaik jika rajanya tak memiliki keperkasaan dan kekuasaan kokoh? Aswa beruntung memilili Laira. Andaikan Vasuki memiliki ratu seperti itu!" benak Tala dipenuhi duri-duri kebencian.

Gayi dan Nagen berdiri anggun dalam kebisuan, tak tahu bagaimana harus menyampaikan pendapat mereka kepada sang raja.

"Lairalah yang melatih Gosha!" Tala sibuk dengan pikirannya sendiri. "Laira yang menjadi pembawa berita dan duta Aswa. Laira yang memberikan mantra bagi para prajurit, istana dan benteng-bentengnya. Laira yang membangun kubah pelindung bagi mereka yang terluka atau yang ingin ditolongnya. Apa yang dilakukan Shunka sebagai raja?!"

Tala menikmati uap kemenangan saat musuh-musuhnya panik menghadapi Gelombang Hitam yang disebutnya sebagai Mandhakarma. Hanya satu yang dikhawatirkan Tala terkait serangan Gelombang Hitam adalah : Laira. Laira. Sekali lagi : Laira.

Tala telah mencuri dengar, bahwa wangsa ketiga yang lemah, akan mengubah peradaban dunia.

Bagaimana mungkin?

Mereka bahkan tak memiliki senjata, kesaktian, keajaiban, ataupun tubuh kuat. Mereka bahkan tak memiliki usia sepanjang Pasyu, apalagi Akasha. Bagaimana mungkin Ramalan Langit mengatakan, Nistalit akan menguasai dunia? Sejak sosok sosok lemah itu muncul di gua-gua, Vasuki telah menunjukkan sikap. Setiap kali Nistalit mendekat, cakar-cakar akan menghabisinya.

Tala lakukan semua itu untuk melindungi Pasyu. Untuk melindungi seluruh wangsa dari kepunahan. Tapi apa yang didapat?

❄️💫❄️

"Kami menolak berlaku keji, Tala," Raja Ame hal Paksi menyatakan keberatan ketika suatu saat Vasuki telah bertindak melampaui batas.

Pasyu Paksi membawa raja mereka langsung menghadap Tala. Segala kepercayaan yang dibangun selama ini, retak. Walau Ame sangat memuliakan Tala, ada yang tak dapat dipungkiri ketika hati nurani telah berkata tidak.

Mayat-mayat Nistalit membusuk di tebing-tebing. Sungai-sungai. Lembah-lembah. Jejak cakar membekas di tubuh mereka. Bisa Vasuki juga menancap, mempercepat kehancuran tubuh Nistalit. Atas saran Tala, Giriya dan Gangika tak akan pernah memberikan tempat nyaman dan kehormatan pada Nistalit. Jika mereka membutuhkan Nistalit, tempatkan sebagai kasta terendah : budak.

"Mereka tak pantas berada di sini!" geram Tala, murka atas pendapat Ame.

"Takdir membawa mereka ke mari," Ame berkata, berusaha meyakinkan. "Kita tak bisa melawan Kehendak Langit!"

"Kita selalu bisa menentukan keputusan nasib kita sendiri," tandas Tala. "Tak semua keputusan akhir ada di tangan Penguasa Langit. Kita diberikan kekuatan. Kita diberi kekuasaan. Kita harus manfaatkan semua sumber daya dalam diri kita. Camkan itu, Ame!"

"Aku setuju," Ame hal Paksi mengiyakan, "tapi pembantaian Nistalit?"

Tala tak merasa melakukan kesalahan.

"Ame, aku hanya membunuh 'Ogya'. Ketentuan itu sudah pernah tersebut dalam Ramalan Abadi. Ogya harus dimusnahkan!"

Ame menarik napas.

Bagaimana mungkin Nistalit tak melawan jika mereka terus terusan diburu dan ditindas? Ogya adalah sebutan bagi Nistalit yang melakukan perlawanan walau selalu berhasil dibasmi oleh prajurit-prajurit ganas Vasuki. Bahkan, bila Nistalit menyebutkan nama Ogya, sudah cukup untuk membuat mereka kehilangan nyawa. Ogya adalah singkatan dari Ogmar dan Yamar, dua Nistalit yang mengawali perlawanan. Bagi Tala, Ogya dan semua pemujanya, semua yang mendapatkan ilham dari perjuangan mereka, harusnya segera dimusnahkan. Bagi Ame, semua Nistalit di satu titik dapat berubah menjadi Ogya.

"Ogya adalah kalangan Nistalit juga," Ame masih mencoba menyadarkan sahabatnya, "Nistalit adalah mereka yang diberikan kesempatan untuk tinggal di dunia ini bersama kita dan Akasha."

"Jangan salah, Ame," tegas Tala. "Aku tak menolak kekuasaan Akasha yang memang pantas mendapatkannya. Aku menolak sosok lemah yang dengannya aku harus bekerja sama dan bahkan membuat kesepakatan!"

"Apa kau pernah berpikir jika suatu saat roda dunia berubah?" tanya Ame. "Mereka yang tertindas, suatu saat akan bisa mengambil alih kedudukan. Tidakkah kau tahu itu, Tala?"

Tala tak ingin mendengar kata-kata Ame lebih jauh.

Perdebatan tentang Nistalit, tak sudah-sudah.

Tala tak ingin memperpanjang. Silakan saja bagi siapa yang ingin menjalin hubungan baik dengan Nistalit. Ia tak akan terpengaruh walau seluruh anggota wangsa dan klan-klannya sendiri berbalik melawan. Ia akan terus teguh pada sikap bahwa Nistalit adalah wangsa yang kehadirannya tak diinginkan.

❄️💫❄️

Next chapter