webnovel

Pangeran (1)

"Pangeran Jeha?! Apa yang telah anda lakukan?!" teriak salah satu prajurit.

Dia pangeran ke-5,pangeran Jeha yang terkenal pandai dengan bertarung.

Sudah berapa kali dirinnya di turunkan ke medan perang untuk memperebut kekuasaan,tentu saja dia selalu menang dan ditakuti oleh semua orang.

Namun sekarang, para prajurit itu menemukan rajanya tewas ditangan pangeran ke-5 itu dengan pedangnya sendiri.

Dihari dimana akan ditentukan siapakah pangeran yang akan mewarisi kedudukan sang raja.

"ini bukan aku.." katanya lirih masih dengan pandangan menuju ayahnya yang sudah berceceran dengan darah.

"Segera tangkap dia!" perintah salah satu dari prajurit tersebut.

Prajurit lainnya segera menangkapnya dan membawanya ke tempat eksekusi.

Semuanya sudah berkumpul disana melihat pangeran Jeha yang tertunduk lemas seperti raga tanpa nyawa.

Pada awalnya mereka tidak akan menyangka jika itu adalah perbuatan pangeran Jeha namun,sudah terbukti bahwa pedang yang menusuk raja adalah pedang kesayangannya yang selama ini dipakainya untuk berperang.

Di bawah hujan yang deras dirinya di ikat pada salah satu tiang eksekusi, dibiarkan begitu saja dan menjadi bahan tontonan para penduduk.

Tentu saja pangeran lain tidak akan membantunya,mereka sudah bersaing selama ini untuk merebut takhta dan kali ini mereka melihat saudaranya yang melakukan perbuatan curang.

"Cuaca tidak mendukung,kita lanjutkan besok. Dan kalian semua bubar!tidak ada yang layak untuk di pertontonkan di sini!"

Perintah pangeran ke-1 Yixing, semuanya segera bubar setelah mendengar perintah tersebut.

***

Malam telah tiba, pangeran Jeha masih ditempat yang sama.

Dengan tubuh yang lemah,kelaparan,dan juga kedinginan ia tetap berusaha hidup untuk saat ini.

Sesosok perempuan berlari menghampirinya.

"Jeha!!" panggilnya lirih.

Jeha mendongak kepada perempuan tersebut. Perempuan itu menyentuh wajahnya.

"Jeha... katakan jika itu bukan kaukan?" perempuan itu bertanya sambil menahan air mata.

Jeha tidak menjawab pertanyaannya, ia hanya melihat perempuan didepannya.

"aku mohon katakan jika itu bukan kau!"

Kini air mata perempuan itu sudah lolos,walau sudah lama ia tahan saat melihat Jeha dalam keadaan seperti ini.

"Aku yakin itu bukan kau"

"Ibu?!"

"Kaburlah sebelum mereka menangkapmu"

Ia melepaskan ikatan Jeha dengan cepat dan menyuruhnya untuk segera pergi dari kerajaan ini.

Jeha menolak namun,ibunya masih tetap memaksanya dan ia segera kabur dari istana walaupun ia harus menghadapi beberapa prajurit yang menangkap basah.

Ia segera berlari menuju arah hutan yang sangat jarang didatangi oleh para penduduk disana.

****

Sudah berlalu masa itu,desa kembali tenteram. Kerajaan dipimpin oleh pangeran Yixing. Mereka semua sudah melupakan kejadian 5 tahun yang lalu.

Namun,sebuah rumor pun membuat keributan para penduduk disana. Ditemukan seorang pria yang tewas begitu mengenaskan,orang yang membunuhnya meninggalkan sesuatu berupa sisik berwarna putih yang tak diketahui sisik apa itu.

Korban terus berlanjut dan selalu saja si pembunuh meninggalkan sisik putih tersebut,hingga seorang pria yang tak diketahui namanya berkata jika itu sisik naga putih yang membalaskan dendamnya.

Ia bilang siapa saja yang bertemu dengan naga itu maka akan tewas mengenaskan seperti korban-korban sebelumnya.

"Kemarin aku bertemu dengan pangeran Jeha yang kabur saat dieksekusi 5 tahun yang lalu"ujar salah satu pemuda sambil meneguk segelas air.

"Bukannya setelah kabur ia tewas karena terperosok jurang?tapi itu bisa jadi karena sampai sekarang jasadnya belum ditemukan"

"Lalu,bagaimana keadaan pangeran Jeha?"

"Ia memakai pakaian serba putih,masih dengan rambut putihnya namun sekarang terlihat lebih panjang. Aku ingin menghampirinya namun tatapannya seolah tak mengijinkan aku untuk mendekatinya"Jelas salah satu pemuda itu.

Ketiga pemuda itu masih berbincang-bincang tentang pangeran Jeha yang sudah ditemui oleh salah satu pemuda itu.

Hari sudah semakin sore,salah satu pemuda itu pamit untuk segera pulang karena ia harus cepat menemui istrinya yang baru saja datang dari luar desa.

"Pangeran Jeha?"

Ia melihat pangeran Jeha,masih sama persis dengan sebelumnya yang dilihat kemarin. Namun dirinya sekarang memakai setengah topeng.

"Anda masih hidup ternyata,jika anda tidak menemukan tempat tinggal anda bisa bermalam dirumahku kebetulan tidak jauh dari sini"

"Jangan mendekat"

Ia sedikit terkejut dengan jawaban dingin dari pangeran Jeha.

"Baiklah saya permisi"

"Kau sudah bertemu denganku.."

Pemuda itu menghentikan langkahnya mendengar perkataan dari Jeha.

Ia terkejut begitu Jeha membuka setengah bajunya.

Dilihatnya tubuh yang dipenuhi dengan sisik berwarna putih dan juga tangan yang berukuran besar dan memiliki cakar yang tajam.

Jeha menghampiri pemuda itu yang kini sudah gemetar ketakutan.

"Aku tidak akan menyakitimu jika kau bisa menjaga rahasia ini.."

SRAKKK!!

Pemuda itu kini tergeletak lemas. Jeha sudah pergi begitu cepat tanpa jejak.

Dirinya tidak tahu harus bagaimana selain mengikuti apa yang dikatakan Jeha untuk menyelamatkan nyawanya.

****

"Ilmu memanahmu sudah semakin hebat"

Gadis itu mengelap keringatnya setelah menyelesaikan misi memanahnya dari sahabatnya itu.

"Tentu saja. Siapa lagi yang dapat mengalahkanku"

Pria itu hanya tersenyum mendengar kata Hyouka yang sudah percaya diri karena pujiannya.

"Ada yang ingin aku bicarakan dengan mu"

Melihat sahabatnya serius ia menghentikan aktivitasnya.

"Apa?Kau ingin memberikanku hadiah?"

"Aku serius"

"Memangnya aku bercanda?"

Jing Zhou hanya menghela nafasnya.

"Sebenarnya aku tak rela jika kau harus menjadi bagian dari kerajaaan,maksudku aku tidak rela jika kau harus menjadi pemimpin militer sedangkan kau adalah seorang wanita"

"Apa kau akan menghancurkan impianku yang sudah kubangun bertahun-tahun?"

Hyouka meninggalkan Jing Zhou yang merasa bersalah akan perkataannya.

Bagaimana tidak,Hyouka adalah wanita yang seharusnya bekerja selayaknya wanita lain disini. Tapi dia mengambil langkah untuk menjadi Adipati kerajaan Gongcha.

Dengan begitu ia juga harus melawan pertumpahan darah,juga mengorbankan nyawanya sendiri demi kerajaan.

"Kau sudah dengar jika suami dari Shin young tewas karena siluman naga putih itu?"

"Benar ia ditemukan tewas dengan keadaan lidah terpotong juga luka bekas cakaran"

"Yaahh lagi-lagi sisik itu ditemukan"

Hyouka menguping pembicaraan ketiga wanita yang sepertinya sedang membeli beberapa kebutuhan pokok namun berakhir dengan gosip.

"Permisi boleh saya tahu dimana rumah keluarga yang anda bicarakan tadi?" Tanya Hyouka membuat ketiga wanita itu terkejut karena ternyata Hyouka mendengarkan perkataan mereka.

"Mereka tinggal di wilayah bagian barat,anda harus melewati hutan yang lebat untuk sampai kesana"

"Baiklah terima kasih"

Hyouka segera meninggalkan mereka dan bergegas menuju tempat yang sudah dijelaskan oleh salah satu wanita tadi.

Walaupun ia tidak membawa bekal sedikit pun,karena memang dia nekat untuk mencari siluman naga putih tersebut. Mau tidak mau ia harus menahan lapar ditengah jalan atau berburu sesuatu yang bisa dimakan dihutan nanti.

Ia benar-benar ingin menangkap Siluman itu,tak peduli bagaimana pun caranya karena sesungguhnya alasan dia untuk menjadi Adipati adalah untuk membunuh naga putih itu

Karena pada kenyataannya ia harus kehilangan orang yang disayangi karena Siluman Naga putih.

Next chapter