webnovel

Membeli Gadis Liar

Di tempat hiburan malam, Tae menantang cecunguk yang menjebaknya. Ketika Tae memasuki pintu yang salah. Seharusnya ia masuk ke tempat hiburan, namun ia justru masuk ke dalam club rahasia yang menjebaknya. Tae diharuskan menghabiskan banyak uang di sana.

“Hanya pengusaha kaya dan berduit yang bisa kemari dan keluar dengan selamat. Apa kau berniat hanya untuk memata-matai kami? Jangan harap keluar dengan selamat kecuali kau membeli apa yang kami jual! Hehehe.”

“Saya akan membuang uang di sini! Apa yang kalian jual? Sebutkan harganya?” tanya Tae sengit

“Hah?! Yakin bisa beli dengan harga yang kami tawarkan? Kami menjual perempuan muda, sanggup untuk membelinya?” ejek pemilik club ilegal itu.

“Sebutkan harganya, dan berikan gadis rendahan yang paling murah, tapi akan kubayar 2 kali lebih mahal seharga gadis terbaik kalian! Uang bukan masalah untukku!” ego seorang lelaki tersentuh

“Baiklah, Tuan Sombong, akan kami urus.”

“Cepat lakukan aku tak sudi berlama-lama bernafas di tempat pengap dan kotor seperti ini!” bentak Tae

Tae merasa terhina karena ia terjebak di tempat yang salah hingga ia harus melakukan transaksi jual beli seorang gadis yang tak pernah ia harapkan atau butuhkan. Mereka memang menjebak untuk keuntungan semata. Tae terjebak oleh orang-orang berengsek ini.

“Maaf, Tae, aku gak tau kalau pintu itu untuk masuk ke perdagangan gadis. Aku pikir pintu club striptease.” Namjoon merasa bersalah dengan apa yang baru saja ia lakukan. Maksud hati ingin bersenang-senang di club striptease tapi malah berakhir di tempat ilegal di kota ini. Tempat yang paling tabu dimasuki untuk orang tak berduit. Sekali masuk ke sana pantang untuk tidak mengeluarkan uang. Dan hari ini Tae terjebak di dalam sana dan harus membeli salah satu dari gadis yang ditawarkan. Ini sebagai sistem keamanan mereka para penjahat berkerah putih.

“Boss, ini kesempatan untuk kita membuang gadis liar yang dijual ayah tirinya pada kita. Orang tua aslinya tak jelas. Anak itu sedikit gila! Kadang menangis kadang galak seperti kucing liar! David saja tergigit olehnya. Kita bisa jual 10 kali lipat harga primadona di sini. Kita bisa untung banyak dan tak memelihara gadis itu terlalu lama.”

“Ya, ide bagus cepat berikan!”

“Baik bos! Laksanakan!”

Setelah menunggu 30 menit, para bajingan itu datang menyeret seorang gadis lusuh berambut panjang, berbadan kurus dan kecil. Dilemparkannya gadis itu ke kaki Tae. “Aaaahh... sakit kau jelek!” umpat gadis itu kesakitan dan menendang tulang kering cecunguk yang melemparnya.

“Awww.. gadis inii ya.. Plak!” ia memukul begitu saja gadis itu tanpa kasihan. “Silakan bawa

Tuan Tae! Pembayaran sudah selesai”

Tae menatap gadis lusuh itu. Sebenarnya ia tak teg atapi mata gadis itu juga sangat menakutkan, seperti kucing liar. Tak berniat sedikitpun utuk berdekatan dengannya.

“Hey kau, berdiri! Kau sudah aku beli, jangan bertingkah dan berani menyentuhku! Mengerti?!” sahut Tae kesal. Tanpa melihat ada darah segar disudut bibir gadis itu..

“Mengerti! Aku juga tak suka menyentuh orang jelek!”

“Bilang apa?”

“Dan aku juga gak mau deket-deket orang sombong.” gerutunya

“Ulang sekali lagi?”

“Apa tuan budek?” teriak gadis itu tanpa takut

“Berani kau berkata sembarangan padaku? Apa perluku tambah luka di bibirmu?”

“Luka ini bukan yang pertama! Aku sudah kebal dengan segala bentuk luka! Coba saja!” gadis ini masih saja sengit tak takut dengan ancaman Tae.

“Jangan berlaku kurang ajar aku gak segan-segan menghukummu dengan rotan lentur yang bisa melukai kulit tipismu! Ingat itu! Kau ku beli karena terpaksa! Akan ku jadikan keset di rumahku!”

“Lepaskan saja aku, aku bukan keset!”

“Lepaskan? Lalu kau di tangkap mereka dan dijual lagi? Enak saja mereka akan untung banyak.”

“Aku bisa berlari sangat kencang seperti kijang. Aku tak akan tertangkap!”

“Kau tak akan bisa kabur dariku. Kau harus memberikan meuntungan untukku!”

“Aku akan sembunyi di kolong jembatan.”

“Kau miliku sekarang! Nyawamu juga miliku!”

“Aku tak ada gunanya. Minta kembali saja uangmu pada appaku.”

“Terlihat, memang kau tak ada gunanya! Appamu sudah menjualmu! Artinya kau itu sampah! Ngerti?”

“Mengapa tuan membeli sampah apa tuan seorang pemulung? Cih! Mesum!”

“Mulutmu itu kupastikan akan membawa banyak masalah! Park masukan dalam bagasi, aku tak sudi semobil dengan dia!”

“Baik Tuan Tae.”

“Huh? Ak.. aku gak mau.. aku bisa mati di dalam sana! Lepaskan! Aku akan ganti uang tuan berapa pun. Maafkan aku.. jangan di bagasi!”

“Dengan apa kau mengganti uangku? Dengan badanmu saja tak akan ada yang mau! Masuk sekarang atau kuseret di belakang mobil!”

“Kalo gitu biarkan aku mati!”

“Kalau tak mau masuk ke dalam bagasi, maka kau akan mati sekarang juga dengan tanganku! Masuk!”

Gadis itu terpaksa menuruiti keingina Tae.

Di 20 menit perjalanan menuju rumah Tae menyuruh Park untuk berhenti.

“Pinggirkan mobil Park! Buka bagasinya, aku takut ia mati kehabisan udara. Lalu tutup lagi, dan lanjutkan perjalanan!”

“Laksanakan tuan.”

Park pun membuka dan menemukan gadis itu tertidur dengan air mata yang masih menggenang dengan menghisap ibu jari seperti bayi.

“Bagaimana kondisinya?”

“Saya kurang pasti apa ia pingsan atau tidur, tapi ia masih bernapas. Seperti ini.”

Park memberikan foto yang ia ambil baru saja.

“Park selidiki latar belakang gadis itu.”

Tae menatap foto gadis itu ada yang aneh dengan gadis itu.

“Mengapa ia seperti bayi, mengisap jempolnya dan meringkuk? Apa ia selama ini hidup di jalan?” pikir Tae dalam hati.

Setelah perjalanan 45 menit sampailah di mansion yang mewah dan megah dengan pengamanan berlapis.

“Paman Wong... Letakan gadis itu di kamar belakang dekat dapur. Jauhkan dariku. Awasi dan jangan sampai kabur. Laporkan segala ulahnya!”

“Baik tuan Tae.”

“Park bangunkan gadis itu!”

“Sepertinya ia sulit dibangunkan tuan, sudah saya guncang. Apa ia pingsan?”

“Ini pasti akal-akalan dia saja, sudah angkat dan baringkan di kamarnya. Jauhkan dari kediamanku ya! Jangan biarkan ia di dalam rumah utama!”

“Apa pekerjaannya tuan Tae?” tanya Paman Wong

“Aku belum tahu guna dari gadis ini.. biarkan saja dulu sampai saya tahu guna gadis ini di sini.”

“Siap Tuan.”

Dalam benaknya Tae berpikir soal gadis liar itu, sesuatu membuatnya terusik.

“Apa aku terlalu kejam ya? Bagaimana kalau ia benar-benar pingsan dan kekurangan oksigen?”

“Aaaah.. kenapa aku memikirkan gadis lusuh itu yang bahkan namanya saja aku gak tau! Matanya liar dan wajahnya konyol! Bicaranya seperti anak kecil.”

Pada saat makan malam Tae teringat dengan gadis liar itu, entah mengapa ia penasaran.

“Paman Wong apa gadis liar itu sudah dikasih makan?”

“Sudah tuan sepertinya ia hanya mau makan mie saja.”

“Sekarang sedang apa gadis itu?”

“Sejak tadi ia bersembunyi dan ketiduran di dalam lemari. Menangis lirih kadang meraung seperti sedang terguncang. Sepertinya ia jarang tidur di kasur dan sangat takut dengan orang asing. Rambutnya kusut, badannya penuh bekas luka. Seperti anak jalanan pada umumnya.”

“Panggilkan dokter dan periksa. Aku tak mau ia bawa penyakit atau mati di sini.”

“Baik tuan!”

“Menyusahkan saja! Apakah Tuhan sedang menghukumku? Maksudnya apa Tuhan mengirim gadis liar itu ke rumah ini? Aku tak mau lagi disusahkan dengan mahluk bernama wanita!”

Next chapter