16 Still With You

Gadis bertubuh mungil tengah melahap es krim berwarna mint. Gaun hitam yang ia kenakan sangat kontras dengan kulit putih pucatnya. Pipinya yang chubby membuat siapa saja ingin mencubit jikalau tak mengetahui fakta bahwa gadis itu bisa saja membunuh dalam sekali jentikan jari.

"kau masih memakan es krim pasta gigi itu ?" pemuda dengan balutan pakaian serba putih datang dari arah belakang. Si Gadis nampak berdecak memperlihatkan rasa tak sukanya.

"Kau tak pernah merasakan rasa dari surga ini memangnya ? betapa malangnya kau gaby" ujar Ana meremehkan gabriel. Si pemuda terkekeh saat berhasil menggoda gadis mungil itu.

"aku tau rasa makanan di neraka di neraka terlalu buruk, hingga kau bahkan menikmati makanan yang jarang di minati disurga ini"

Tanduk mulai keluar dari kepala Ana. Ingin sekali ia melempar es krim ditangannya tepat di wajah menyebalkan pemuda sok tampan itu. Hanya saja, makanan beku tersebut terlalu berharga untuk mendarat di wajah Gabriel.

"Berhenti mengolok makanan gaby, kau tahu kan akibatnya mengolok makanan dari surga. Hah~ malaikat seperti mu tak mengerti rasanya di buang dari atas hingga jatuh ke paling bawah dari alam semesta." oceh Anastasya sembari menjilati cup eskrim yang sudah habis. Bisa di bilang gadis itu sangat maniak terhadap rasa Es krim Mint choco.

"aku tak tahu memang, tak berani juga untuk mencoba. Setidaknya aku tak pernah diam diam memasuki kawasan yang bukan wilayah sendiri" lagi dan lagi gabriel memborbardir dengan sebuah fakta yang menjadi kenangan terburuk bagi Ana. kesabaran nya sudah habis, ia sudah berkali-kali menahan ketika Gabriel mencoba mengoloknya.

Tubuh gadis itu berubah menjadi sosok tinggi besar bertanduk dengan api di sekujur badannya. "Apa yang makhluk sok suci seperti mu mengerti gabriel ?! apa kau pernah ada di antara manusia juga ?! Rasa intoleran kalian membuat tak bisa mengerti perasaan makhluk lain !!" Suaranya membahana menggema seakan langit bisa saja runtuh jika dia berteriak lebih kencang.

Gabriel tak mundur, tak tersudut walaupun melihat sosok mengerikan didepannya. tak ada rasa takut bahkan untuk sekedar empati. memang beginilah yang dirasakan olehnya, malaikat diciptakan tak memiliki kepercayaan. Berbeda dengan Ana, dia lah lucifer sang malaikat yang di jatuhkan dari surga karena melanggar perintah yang kuasa. Berkali-kali Ana menjelaskan bahwa dia begitu peduli pada Yves karena mendambakan sebuah apel. Tak ada yang peduli bahkan Adam pasangannya sekalipun. Apa yang ia lakukan membuatnya dinilai tak taat. Ini sangat mengesalkan.

"Bagaimanapun dengan dirimu yang membalaskan dendam pada umat manusia yang tak berdosa itu akan menambah dosa-dosa mu Lucy"

"BERHENTI MEMANGGILKU DENGAN PANGGILAN TERKUTUK ITU !!" Api kian berkobar seakan bisa saja melahap apapun bahkan Gabriel yang tak jauh disana.

"Jika yang kau lakukan adalah membuat manusia yang kau tunjuk mendapatkan kebahagiaan, aku akan ada disisi mu Ana. Hanya jika mereka lepas dari kutukan yang telah kau buat" Entah datang darimana satu cup es krim mint choco baru di sodorkan oleh Gabriel. Seketika Anastasya berubah kembali menjadi wujud gadis mungil, menyambar es krim dari tangan Gabriel serta memakannya dengan lahap. Pemuda itu hanya tersenyum melihat dengan gampangnya membujuk Ana.

.

Tak ingin terlihat norak walau sebenarnya Eugene sangat gugup berada didalam sebuah Bentley Mulsanne. Ia cukup menggemari dunia otomotif apalagi melihat harga dari mobil yang menjadi incarannya. Matanya jelalatan melihat isi mobil, dari mulai jok bahkan hingga lampu, semuanya tak lepas dari pandangan Eugene.

"dari sini belok kemana lagi ?" Ujar Casey mengembalikan kesadaran eugene. Sesaat tadi ia seperti hilang dari raganya.

"Lu—lurus sampai lampu merah terus belok kiri" Jelas Eugene setengah terbata. Merasa ia bermimpi dapat duduk di dalam mobil bernilai 1,5juta USD rasanya seperti melayang di atas awan. Eugene bahkan rela jika di tabrak dengan mobil ini dan bukan dengan truk.

"ikuti Andrew~" di tambah suara halus casey menemaninya sepanjang perjalanan. walau sosok menyeramkan Andrew juga tak lepas dari pandangan Eugene. Pria besar itu hampir saja memukulnya di awal pertemuan mereka.

"berhenti disini!" Pekik Eugene mengambil tempat lebih jauh dari minimarket tempat Michelle bekerja. Eugene sendiri tahu ketidaksukaan Michelle jika ada orang lain yang tahu ia bekerja.

"ini tempatnya ?"

"bukan, ayo turun dulu nanti aku ceritakan" eugene menarik lengan casey agar mengikuti langkah kakinya. berjalan perlahan hingga mereka dapat melihat minimarket dengan lumayan jelas. duduk di sebuah bangku umum yang disediakan bagi pejalan kaki.

"dia bekerja disitu" ucap eugene sembari menunjuk minimarket yang berjarak 2 bangunan dari tempat mereka duduk. "aku takut jika kita datang tiba tiba seperti ini dia pasti akan malu, bisakah kau menunggu hingga dia selesai shift ?"

Casey menganggukkan kepala menyetujui ucapan eugene. Toh, ia sudah bosan jika hanya kembali ke rumahnya yang sepi. Tak apa jika ia berbuat nakal sekali-kali. Selalu menjadi anak baik terus menerus juga tak bagus.

"ah syukur lah, tapi kau tak lapar ? ini akan terasa lama jika kita hanya duduk dan menatapi saja" sebenarnya Eugene lebih banyak mengeluh akan dirinya yang mulai keroncong. Tubuh besarnya juga butuh asupan yang banyak.

"bagaimana jika kita makan makanan yang selalu ada di drama ?" tawar Casey mengingat adegan dalam drama korea yang sering ia tonton akhir-akhir ini.

"seperti apa ?" tentu saja Eugene bukan cenayang yang bisa menebak begitu saja. Ia bahkan tak suka menonton drama korea, hanya ibunya yang terlalu fanatik dan suka menonton dengan volume keras.

"itu, bentuknya memanjang dan berkuah merah, ada keju diatasnya dan sesuatu yang di sebut fishcake" Casey berusaha keras untuk menjelaskan. Ada beberapa istilah dan penamaan dalam bahasa korea yang susah di sebutkan dengan lidahnya.

"ah~ tteokboki ?" Tebak eugene. Kalau masalah makanan entah dari drama korea atau bukan sudah pasti ia sangat familiar. Salah satu makanan favoritnya yang sering ia santap.

"ah benar itu"

"yosh.. baiklah kita pesan tteokboki saja." Eugene mengetikan sesuatu pada ponselnya. Jasa pesan antar lebih cepat ketimbang memesan langsung ditempat. "Apa kau juga suka Jajangmyeon ?" tawar Eugene pada Casey.

Menggeleng jelas saja casey tak tahu. bentuknya saja tak pernah ia bayangkan. Kenapa pula namanya susah untuk diingat bahkan untuk di lafalkan ?

"kau harus coba, ini enak sekali. baiklah aku pesan yah"

Casey tersenyum dan memperhatikan pahatan wajah Eugene. Ia bukan seperti orang-orang yang selalu memuji atau bahkan menjilat nya hanya untuk mendapatkan hartanya. Aneh memang kenapa eugene lebih dekat dengan Michelle yang bahkan selalu cuek dan dingin.

Tak lama pesanan mereka datang. Satu porsi besar tteokboki dan juga 2 porsi Jajangmyeon yang masih hangat. Asap mengepul keluar menandakan makanan mereka baru saja matang. Eugene membagi sumpit pada Casey, gadis itu sedikit kesusahan menggunakan 2 stik kayu di tangannya.

"astaga kau bahkan seperti anak kecil" dengan telaten Eugene membantu Casey menggunakan sumpitnya. Ada perasaan aneh saat kedua tangannya menyentuh kulit Eugene.

"Nona Casey, anda tak boleh makan makanan sembarangan" tiba-tiba Andrew datang tergopoh-gopoh ke tempat mereka.

"mengganggu saja" gumam eugene, ia cepat membagi tteokboki nya dalam cup kecil dan memberikannya pada pria besar itu. "Ini makanan yang lezat dan juga sehat, makan dan kau akan tahu rasa surga sebenarnya"

"makanlah Mr. Andrew" ujar Casey setelah melihat raut bingung Andrew. Pria besar itu menurut dan memakan tteokboki ditangannya dengan perlahan hingga wajahnya terlihat berbinar dan ia sontak melahapnya habis.

"haduh.. bagaimana kau bisa tahan dengan pria kolot itu" Eugene berdumel dengan tteokboki memenuhi mulutnya.

"yah walau begitu, Andrew yang merawat ku sejak kecil"

"OHOOOK !!" Eugene tersedak mendengar penuturan Casey. Wajahnya bahkan memerah karena kuah pedas membakar tenggorokan nya.

"ASTAGA!" Dengan cepat casey menyodorkan minuman yang langsung di tenggak habis oleh Eugene.

"aku minta maaf, jadi orang tua mu?"

"hahahaha.. kau berpikir jika mereka meninggal begitu ?" Casey memang tuan putri melihat bagaimana dia tertawa seraya menutupi mulutnya dengan anggun. "mereka masih hidup, hanya saja seperti sudah lama meninggal"

Eugene tak berani bertanya lagi. Ada guratan kesedihan dari senyum yang Casey tampakan. Sesuatu yang tak pernah Casey ceritakan.

avataravatar
Next chapter