Eugene tak dapat menyembunyikan rasa senangnya saat Michelle menyuruh untuk menunggu di luar sedangkan Michelle menyiapkan makan siang mereka dari bekal yang di bawa.
Dengan sabar gadis tinggi itu duduk menanti. Eugene berusaha mati-matian menahan senyumnya. Ia tak ingin di anggap gila oleh Michelle karena terseyum tanpa alasan.
Menarik nafas dalam dalam seakan ia bisa saja menghirup seluruh benda di sekitarnya. "1....2...3..." Eugene menahan nafasnya dengan berhitung. Seperti yang di katakan Ayahnya dulu saat ia takut di suntik. Dulu juga Eugene merasakan debaran di dadanya. Kata Ayahnya wajar jika jantung kita berdegup kencang karena gugup.
Sudut matanya menangkap sosok gadis berambut coklat yang tengah di kuncir berjalan ke arahnya. Langit memang terlihat tak begitu bersahabat sekarang. Namun itu tak berpengaruh pada Michelle. Eugene dapat melihat jelas wajah Michelle yang indah. Lebih menawan dari lukisan artistik seniman manapun di dunia.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com