213 Dunia Yang Sempit

Langit mulai menggelap seiring matahari yang kian tenggelam dibalik gedung-gedung tinggi. Kota tak akan mati meski terang berganti gelap. Kehidupan yang sebenarnya baru bermula. Beberapa cafe yang memang buka ketika malam mulai ramai oleh pengunjung. Kebanyakan diisi oleh remaja, baik yang masih bersekolah ataupun yang sudah mahasiswa.

Keramaian itu tak luput dari perhatian dua pemuda yang tengah menyeruput mie instan sembari duduk pada bangku didepan minimarket. Bangku yang ditutupi oleh payung berwarna merah besar, memang diperuntukkan bagi siapapun pengunjung yang ingin makan di tempat.

"Kau tidak masalah kan kita hanya makan mie didepan minimarket saja ?" Eugene ingin memastikan jika pemuda disebelahnya tidak terpaksa. Bagaimanapun cafe yang letaknya berseberangan dengan minimarket ini cukup menyita perhatian mereka. Mungkin saja diam-diam Steven ingin mengunjunginya.

Locked Chapter

Support your favorite authors and translators in webnovel.com

avataravatar
Next chapter