3 Tenang Saja

Meila menatap tampilan dirinya di cermin. Merasa aneh dengan tampilannya hari ini .

mengenakan kebaya berwarna biru muda dengan kain batik sebagai bawahan. Rambutnya yang panjang dan lurus di gelung rapi dan ditutup dengan sanggul yang berhias aksesoris berbentuk bungga . Wajahnya juga tak polos seperti biasa. Dia hitung ada empat lapis make dasar yang disapukan diwajah mulusnya. Serasa pakai dempul, terasa kaku dan berat. Ditambah lagi dengan bulu mata yang membuat matanya harus memerlukan tenaga ekstra untuk sekedar bisa berkedip .

" Ngga biasa pake make up ya mbak ." suara halus ibu perias pengantin mengejutkan Meila

Gadis itu hanya meringis sembari mengangguk .Dan untuk mengangguk saja terasa berat karena sanggul dan aksesorisnya

" Nanti kalau acara sudah selesai langsung dibersihkan dengan air pembersih make up lalu dibasuh dengan air hangat dan di kompres sebentar dengan air es biar ngga kembali bersih wajahnya ya mbak ."

" Iya , bu . Terima Kasih ."

ibu perias pengantin itu mengangguk dan tersenyum lalu merapikan rambut Melia juga kain batik yang dipakainya .

Ketukan dipintu menghentikan aktifitas mereka . Tampak Bibi Mira muncul dari balik pintu dengan senyumnya yang hangat .

" Sudah siap sayang. Kalau sudah siap ayo kita keluar. Acara ijab kabulnya sudah mau dimulai ."

Melia hanya mengangguk . Dengan dibantu oleh ibu perias pengantin dan Bibi Mira , Melia berjalan keluar kamar menuju ballroom tempat acara . Ya sejak pagi tadi Melia sudah dibawa ke hotel tempat acara untuk dirias agar tidak bolak balik.

Melia dibawa menuju tengah ruangan beaar itu dimana tampak paman Noel duduk bersama beberapa orang yang tidak dia kenal

Sekilas Melia melirik kearah pria yang duduk tepat disebelahnya . mengenakan stelan jas berwarna biru muda pria itu terlihat tenang dalam duduknya .

" Karena pengantin perempuan sudah hadir , dan syarat nikah pun sudah lengkap. Maka lebih baik acara segera dimulai." suara seorang pria yang Melia tafsir seusia pamannya berbicara dari arah kursi depannya .

Seorang pria berwajah bersih mengangguk lalu menepuk lengan paman Noel pelan ." Bagaimana pak Noel anda Siap menikahkan mereka ."

" Saya siap pak Bustomi ."

" Baiklah. Bagaimana dengan Ananda Reinald Wibisena anda siap melepas masa lajang anda ."

Sedikit membutuhkan waktu walau akhirnya pria berwajah blasteran barat asia itu pun menjawab dengan suara berat .

" Saya siap. "

Dan prosesi pengucapan ijab dan kabul pun dimulai , Melia hanya menunduk mendengarkan , dimana saat para saksi mengatakan Sah maka berubahlah status dirinya . Bukan jomblo lagi tapi istri dari seseorang yang sama sekali tak pernah dilihat apalagi dikenalnya .

Melia menyusut airmatanya dengan selembar Tissu setelah dirinya mencium punggung tangan pria yang kini telah sah jadi pasangan halalnya . Dan memaksakan senyum saat para juru photo meminta mereka untuk berphoto dengan memamerkan buku nikah yang baru mereka tanda tangani .

Sepanjang acara mulai ijab kabul hingga resepsi antara dirinya juga suaminya tidak ada sepatah kata pun yang keluar dari mulut mereka . Hanya akting sok akrab saja yang mereka perlihatkan ke tamu undangan yang menyalami mereka .

" Wow. Akhirnya don juan berhenti juga ya langkahnya. Pilihan yang tidak mengecewakan ." ucap seorang wanita dengan dandanan seksi kepada Reinald bahkan tampa sungkan wanita itu mencium pipi Reinald sementara banyak tamu yang mengantri dibelakang mereka .

" Bagaimana istriku. Cantik bukan ?." sahut Reinald sembari mengedipkan satu matanya dan memeluk pinggang ramping Melia seolah hal itu aering mereka lakukan .

" Cantik sih. dan lumayan bagus bodynya. paling tidak cukup membuat puas diranjang walau tak maksimal ." kikikan geli berbau mengejek dari bibir berlipstik merah menyala itu membuat Melia jengah dan berkeinginan untuk menutup mulut wanita itu dengan lakban .

Sera yang datang bersama Mike pun tak kalah hebohnya saat menyalami keduanya .

" Ngga pernah dekat sama cowo. Sekali nikah dapat yang yahut. Bagi-bagi cerita malam pertamanya ya. Bagaimana permainan pria tampan dan manly seperti dia saat diatas ranjang ." bisik Sera membuat bola mata Melia yang berwarna coklat terang melebar dan warna merah merambati kedua pipinya .

" Yang seperti itu tak baik dibicarakan diluar kamar apalagi dengan orang lain selain pasangan yang sah ." balas Melia dengan berbisik pula . Sera hanya terkekeh karena berhasil menggoda teman dekatnya ini .

akhirnya acara yang melelahkan selama 10 jam itu pun berakhir . Dan disinilah mereka . Didalam kamar bertype Junior Suite yang dihias begitu rupa . Andai saja pernikahan ini karena saling cinta mungkin kamar ini terasa romantis dan menggairahkan .

wangi aroma bunga mawar , melati dan lily menguar saat pintu kamar itu dibuka . Melia berjalan pelan dibelakang Reinald yang bersikap tak perduli dengan kehadirannya .

Tapi Melia tak ambil pusing dengan sikap dingin pria itu , Dia justru langsung menuju kamar untuk melepas aksesoris yang menempel ditubuhnya . untung untuk acara resepsi dia mengenakan gaun pengantin yang simple tampa terlalu banyak hiasan. Dan untuk rambutnya pun hanya di roll dan dibiarkan tergerai dengan hnya dihiasi sebuah Tiara yang bertahtakan mutiara dan batu permata indah .

Melia bergegas masuk kekamar mandi untuk membersihkan nake up juga menyegarkan tubuhnya . Dan lagi-lagi suasana romantis ditemukan dikamar mandi mewah dengan bak mandi besar yang dipenuhi dengan kelopak bunga mawar merah dan terdapat juga wewangian aroma therapy yang baubya bisa membuat gairah seks muncul kepermukaan . Namun Melia tak tertarik untuk merendam tubuhnya didalam bak mandi itu , dia lebih memilih mandi diguyur air shower yang hangat dan memggunakan peralatan mandi yang dia bawa dari rumah .

Butuh waktu setengah jam untuk dirinya kembali segar . Melia lalu keluar dari kamar mandi dengan hanya mengenakan kimono mandi dan handuk yang membungkus kepalanya .

Dilihatnya Reinald sedang merebahkan diri di atas ranjang dengan masih mengenakan pakaian lengkap . Mata pria itu tertutup , mungkin sedang tidur .

Melia tak berniat untuk membangunkan suaminya itu walau sekedar menyuruhnya ubtuk mandi . Bukan tak mau hanya ragu saja. Apa nanti tidak dubilang lancang menyuruh orang yang baru dikenal .

Melia kembali masuk kekamar mandi untuk mengganti kimono mandinya dengan piyama lalu kembali keruang tamu dan membuka laptopnya . Sekedar untuk membunuh waktu hingga kantuk datang .

" Kau tidurlah sendiri malam ini. Aku ada urusan dan harus pergi ." tiba - tiba suara Reinald sudah sangat dekat . Tadinya dia hanya mendengar suara pria itu sedang berbicara ditelphone.

" Apakah itu harus ?."

" Kenapa? Kau keberatan ?."

" Tidak. Aku tidak keberatan ."

" Atau kau pikir kita akan melakukan ritual malam pertama ? Kalau itu yang kamu inginkan, maaf itu tidak akan terjadi."

Melia menyipitkan kedua matanya. Menatap tajam kearah pria didepannya yang tak suaminya sejak 11 jam yang lalu .

" Apa aku terlihat seperti menginginkan ritual itu ."

" Wanita sepertimu memang pandai menyimpan keinginan. Tapi lihatlah pakaianmu . Sengaja memperlihatkan bagian dada dan paha yang terbuka , apa itu bukan dimaksudkan untuk menggodaku ."

Refleks ditundukkan kepalanya untuk melihat bagian dada dan pahanya . Dan apa yang dilihatnya itu wajar baginya . Karena seperti itulah pakaian tidurnya. Tidak juga terlalu terbuka hanya menampilkan bahian tulang selangka pada bagian atas dan separuh paha putih mulusnya saja .

" Apa yang salah dengan pakaianku ? aku hanya pakai piyama tidur .Tidak pakai lingerie atau bikini yang bisa membuat kaum pria tergoda ."

Reinlad hanya mendengus . Tak dia sangka sama sekali wanita yang dinikahinya karena terpaksa ini cukup cerdas untuk mematahkan perkataannya .

" Kamu harus tau dan ingat. Pernikahan ini hanya sekedar topeng yang menyenangkan kedua orangtua kita saja . Selamanya aku tak akan menyukai apalagi menyentuhmu dan kamu jangan pernah berharap aku akan mendatangimu dengan nafsu seorang pria ,karena aku tidak menyukaimu . "

Suara ponsel mwnghentikan cercaan Reinald pada Melia . Bergegas diambilnya benda pipih itu dari dalam kantong jasnya lalu menjawab dengan tergesa.

" Tunggu aku. Jangan marah dulu. Aku akan memghabiskan malam bersamamu. Tenang saja tidak usah cemburu. Aku tidak menyentuhnya ." cara bicara Reinald seperti sedanf menenagkan pasangannya yang sedang cemburu .

" Oh. Dia sudah punya kekasih. pantas saja sikapnya dingin dan arogan ." bathin Meila sembari pura-pura fokus dengan game dilaptopnya .

" Silahkan nikmati kamar dan fasilitanya selama 3 hari setelah itu aku akan menjemputmu untuk pulang kerumah ku."

ucap Reinald lalu bergegas meninggalkan kamar pengantin mereka dengan sikap acuh.

Menyakitkan . Mungkin bagi wanita lain hal ini sangat menyakitkan. Dicampakkan dimalam pengantin merupakan satu aib tersendiri.

Namun bagi Melia ini sudah diantisipasinya sejak awal. Dia sudah siap dengan segala konsekuensi atas pernikahan ini .

**********

Menikmati tiga hari dihotel membuatnya merasa bebas. Dia bisa bermalas-malasan dengan membaca dan bermain game seharian tampa perlu repot memikirkan makan siang atau malam karena tinggal telphone maka layanan kamar akan datang membawa pesanannya dan semua masuk kedalam tagihan kartu sakti suaminya Reinald Wibisena .

Dan siang ini , pria itu telah datang untuk menjemputnya . Mengenakan stelan khas boss besar seperti di drama korea atau China pria itu melajukan mobil Range Rover jenis Jeef hitam miliknya kekawasan perumahan mewah di daerah Jakarta Selatan .

Sebuah rumah cukup mewah dengan dua lantai lengkap dengan kolam renang dan ruang gym akan menjadi tempat bernaungnya saat ini. Seorang wanita paruh baya menyambut kedatangannya dengan senyum ramah begitu juga dengan pria yang kurang lebih seusia dengan wanita itu.

" Selamat datang nona Meila. saya mbok Narti dan ini suaminya saya Jarno. Kami yang membantu den Reinald mengurus rumah ini ." sapa wanita paruh baya yang bernama Narti sopan .

" Terima kasih mbok , juga pak Jarno. Maaf bila saya banyak merepotkan jenengan berdua ."

" Sudah tugas kami non. Mari saya antar ke kamar non Melia ." Mbok Narti menarik tangan Melia dan membawanya ke lantai dua rumah itu . Sementara Reinald sejak masuk kerumah tadi, pria itu sudah menghilang entah kemana.

Sebuah kamar yang besarnya dua kali dari besar kamarnya yang berada dirumah paman Noel . Kamar yang sudah ditempatinya selama 20 tahun .

Melia menatap heran dua koper yang sangat dikenalnya . Itu adalah koper miliknya karena disalah satu koper itu tertempel sticker turnament game online dan satu koper lagi masih tertempel sticker bagasi karena dia baru bepergian seminggu sebelum acara pernikahannya .

" Kok koper saya ada disini mbok ?."

Mbok Narti mengikuti arah yang ditunjuk Melia ," Oh itu , den Reinald yang membawanya kemarin ."

" Ohh. Kok dia ngga ada bilang ke saya ."

" Mungkin den Reinald lupa non. Ini kamar Non Melia kalau kamar den Reinlad ada disebelah ruang kerja tepatnya satu ruangan setelah kamar non Melia ."

" Kami beda kamar ?."

Mbok Narti mengangguk dengan tatapan bingung .

" Bukannya non Melia sendiri yang minta ? kata den Reinald , Non Melia masih belum siap untuk tidur sekamar dan minta kmar terpisah ."

Sejenak Melia dibuat bengong dengan jawaban mbok Narti ," kapan aku bicara seperti itu ?." bathinnya bingung. Namun Melia tak mengatakannya sebelum dia tau alasan yang sebenarnya dari pria yang berstatus suaminya itu .

" Kalau gitu , non Melia istirahat saja . Mbok mau menyiapkan makan malam dulu ."

"Nggeh mbok . Terima kasih ." jawab Melia sopan. Wanita itu menutup pinfu kamarnya setelah mbok Narti meninggalkan kamarnya .

Beranjak menuju arah balkon kamar yang cukup nyaman buat bersantai . Dari balkon dia bisa memandang kearah jalan depan rumah yang sepi berjalan sedikit kearah samping kanan dia bisa melihat halaman belakang dengan kolam renang ukuran standart dan gazebo dengan beberapa pohon teduh dipinggir tembok yang mengelilingi rumah bergaya mediterania itu .

Suara ponselnya berbunyi menampilkan nama Reinald dilayarnya. Ditekannya tombol berwarna hijau untuk menjawab panggilan .

" Ya."

" Keruang kerja sekarang . Aku tunggu ."

Melia menutup panggilan karena pria itu sudah menutup panggilannya .

Dengan malas dilangkahkannya kaki keluar kamar lalu berhenti di ruang kerja yang letaknya bersebelahan dari kamarnya , mengetuk pintu bercat putih itu hingga suara penghuninya terdengar menyuruhnya masuk.

Reinald tampak duduk dikursi kerjanya dibelakang meja kerja yang kokoh terbuat dari kayu jati tua . Ditariknya kursi didepan pria itu dan mendudukinya dengan tenang .

Reinald menyodorkan dua lembar kertar kedepan Melia yang menatapnya bingung .

" Ini apa ?."

" Surat perjanjian pernikahan ."

" Surat perjanjian pernikahan ? maksudnya apa ?."

" Kamu lulusan apa sich. Kalau surat seperti ini saja harus aku jelaskan secara detail. "

" Aku hanya bertanya bukan memintamu untuk menjelaskan secara detail. Dan aku hanya lulusan universitas biasa yang tidak mewah." jawab Melia tak kalah dinginnya. Dibacanya tulisan yang terdapat di kertas tersebut dengan kening berkerut .

SURAT PERJANJIAN NIKAH

Pernikahan yang dilakukan antara Reinald Wibisena dengan Melia Ayusita bukanlah pernikahan yang semestinya .Untuk itu kedua belah pihak harus mematuhi semua ketentuan yang tercantum didalam Surat Perjanjian Nikah ini. Point-point tersebut antara lain :

1 . Tidak ada kontak fisik yang berkaitan dengan seks dalam kondisi apapun .

2. Pihak kedua tidak boleh meminta hak batin kepada pihak pertama jika bukan kemauan dari pihak pertama sendiri .

3 . Pihak kedua tidak boleh mencampuri privasi dari pihak pertama baik secara pribadi atau pun pekerjaan .

4 . Pihak Pertama bersedia menanggung seluruh biaya hidup pihak kedua dan memberikanya nafkah bulanan untuk digunakan memenuhi kebutuhan pribadi dan rumah tangga .

5. Pihak kedua dilarang mengajukan pertanyaan ataupun protes dalam bentuk apapun .

6. Pernikahan ini akan berakhir hingga satu tahun dari tanggal pernikahan .

7. Selama tinggal bersama baik pihak pertama dan kedua menempati kamar yang berbeda untuk menjaga privasi .

Demikian Perjanjian ini dibuat dengan sebenar-benarnya dan tampa paksaan dari pihak manapun .

Jakarta , 17 April 2019

Pihak Pertama. Pihak Kedua

ttd. ttd

Reinald Wibisena. Melia Ayusita

Melia selesai membaca isi surat tersebut yang terasa aneh . Tapi dia malas untuk menanyakannya .

" Kalau ada yang kurang masih boleh menambahkan, asal tidak merugikan saya ."

Jika saja memukul seseorang bukan termasuk kejahatan, Ingin rasanya dia memberi sedikit warna biru di wajah tampan pria didepannya ini .

" Sudah cukup jelas dan lengkap. Apa sudah bisa ditanda tangani ."

" Hei. mengapa semudah itu. Kamu tidak ingin mengoreksinya ?."

" Apa itu perlu . Bukankah sudah dijelaskan dalam perjanjian ini pada point 5 , silahkan kamu baca sendiri karena saya yakin kamu tidak buta huruf ."

Reinald mengeram kesal. Ada apa dengan wanita ini. Sikapnya kaku seperti batu. Bila wanita lain tentu akan menangis dan memprotes isi perjanjian itu. Tapi wanita didepannya ini justru langsung setuju tampa komentar apapun apalagi menangis .

Tanpa menunggu jawaban Reinald , Melia langsung menraih pena yang ada diatas meja kerja pria itu . Membubuhkan tanda tangan dan cap jempolnya diatas kertas putih itu.

" Sudah saya tanda tangani. Silahkan sekarang giliranmu ."

Melia mwnyodorkan kembali kertas itu kehadapan Reinald yang juga langsung menanda tanganinya .

" Apa ada lagi yang harus saya dengar dan ketahui ?."

" Besok papaku mengundang kita makan malam. Dan saya minta bersikaplah sewajarnya seorang istri kepada suaminya ."

" Baik , ada lagi ?."

" Ini kartu kredit non limit bisa kau gunakan untuk apa saja . Dan ini kartu debit untuk transfer setiap bulan untuk biaya hidup kamu dari aku ."

Melia menatap kartu platinum dan debit dari salah satu bank swasta ternama di Indonesia itu dengan tatapan dingin.

" Ngga usah sok gengsi. ambil itu. Aku ngga mau kamu jadi gembel karena kamu menolak pemberianku ."

" Ifu tak akan terjadi. Aku masih punya gaji setiap bulan dan itu cukup buatku."

" Hanya gaji dari posisi programer dan analisis keuangan yang mau kamu banggakan ? uang belanja tiap bulan yang aku berikan kekamu besarnya dua kali lipat dari gajimu ."

" Biar gajiku kecil namun aku senang menerimanya ."

Reinald terlihat kesal dengan sikap dingin Melia yang tidak dia pwrhitungkan sama sekali. Dia pikir Melia sama dengan gadis-gadis naif yang selalu mengejar-ngejar dirinya agar bisa dinikahi dan menikmati hartanya . Tapi ternyata anggapannya Salah. Gadis cantik ini ternyata seperti batu. Selain pendiam dan dingin dia memiliki harga diri yang tinggi untuk tidak bersikap meterialistis dan bersikap murahan hanya sekedar untuk bisa tidur dengannya. Gadis yang aneh .

Reinald mengambil dua kartu tersebut lalu berdiri dan dengan cepat meletakkanya di tangan Melia .

" Tidak ada protes untuk ini ." ucap pria itu sembari berjalan melewati Melia ," keluarlah makan malam. Aku makan diluar karena sudah janji dengan kekasihku ."

Tampa menunggu jawaban dari Melia . Reinald meninggalkan Melia yang hanya menatapnya nanar .

" Ya Allah. Pernikahan seperti apa yang Kau berikan pada hamba. Kalau ini hukuman atas dosa yang pernah hamba lakukan maka hamba ikhlas menerimanya ." gumam Melia sembari bangun dari duduknya lalu berjalan keluar untuk menemui mbok Narti .

*********

avataravatar
Next chapter