9 Jangan Mengusik Saya

Melia dengan langkah santai berjalan memasuki rumah keluarga Andreas Wibisena yang tak. lain adalah mertuanya.

Kedatangan Melia disambut baik oleh penghuni rumah besar itu kecuali kedua anak pak Andreas yaitu Reinald dan adiknya Reina yang hingga kini belum bisa menerimanya sebagai bagian dari keluarga ini.

"Darimana saja kamu lia, papa setiap hari menunggu kamu datang dan menemani papa."ucap pak Wibisena setelah memeluk menantunya ini.

"Maafin Melia pa,dua minggu ini Mel ada pekerjaan diluar kota,sehingga tak bisa menemani papa dirumah sakit, bagaimana kondisi papa, apa terasa sakit."

"Papa merasa sehat luar biasa Lia,operasi transpalasi hatinya juga berjalan dengan baik."

"Alhamdulillah,Melia senang mendemgarnya."

Dan setelahnya Melia hanya menjadi pendengar saat papa mertuanya itu bercerita tentang siapa yang telah mendonorkan hati untuknya.Pak Wibisena hanya mengetahui kalau pendonor hati itu seorang wanita muda berinisial M tanpa tahu secara lengkap identitas sipendonor itu.

Papa mertuanya juga bercerita kalau selama dirinya sakit kedua anaknya bersikap tak perduli mereka hanya datang sebagai bentuk kewajiban saja bukan karena keinginan dari hati mereka.

Bahkan Reinald pun hanya dua kali menjenguknya, alasan putranya itu sibuk dengan bisnisnya,sementara dari sekretaris anaknya, pak Wibisena mengetahui kalau Reinald sedang berlibur ke Thailand bersama selingkuhanjya,dan hal itu sangat memukul hati pria tua itu. Sementara Melia yang mendengar hal tersebut hanya diam dan sesekali menghibur pria itu dengan kata-kata yang lembut walau dalam hatinya,dia merasakan kesakitan yang sama.

Walaupun hubungannya dengan Reinald tak seperti hubungan suami istri pada umumnya, namun secara hukum agama dan hukum negara,mereka adalah pasangan suami istri yang sah, walau pada kenyataannya hubungan mereka berdua bagaikan air dan minyak yang tidak bisa menyatu menjadi sebuah cairan yang lebih memiliki arti.

Dan malam itu atas desakan papa mertuanya Melia akhirnya menginap dirumah besar itu. Menempati kamar milik suaminya yang baru ini dia masuki.

Kamar seluas 32 meter persegi itu didominasi dengan warna abu-abu dan putih.Furniture yang ada khas selera pria dewasa.

Karena sedikit lelah dan kenyang karena sebelum dia kekamar,dirinya menemani papa mertuanya untuk makan malam. Melia berniat merebahkan diri diatas ranjang besar dan empuk itu,wangi parfum khas Reinald masih tercium disana, dan Melia membatin apakah pria itu tidur dikamar ini semalam? Tapi Melia tak melanjutkan pemikirannya,karena lebih senang memikirkan bagaimana pekerjaannya besok, karena game yang dia buat sudah selesai proses uji coba, dan besok adalah jadwal promosinya. Dan tak lama wanita cantik itu pun tertidur dalam balutan selimut tebal diranjang besar itu.

***************

Pukul delapan pagi, Melia sudah bersiap pergi kekantornya, tanpa dia duga ternyata Reinald sudah berada di meja makan bersama papanya. Mau tak mau akhirnya Melia ikut duduk bersama mereka.

Dari ekor matanya, dia bisa melihat tatapan membunuh milik Reinald tak lepas kearahnya, namun Melia tetap berusaha bersikap biasa saja agar papa mertuanya tidak mempertanyakan hal tersebut.

" Mel langsung kekantor ya pa."

" Apa setelah dari kantor kamu akan kesini lagi?"

"Mel tidak bisa janji, tapi insha Allah akan mel usahakan ya pa."

Pak Andreas tampak tersenyum senang dan mengelus kepala Melia saat wanita itu mencium punggung tangannya dengan takjim.

"Rei, juga langsung kekantor pa."

"Kalau mau berlibur, ajak juga istrimu. Jangan biarkan dia bekerja terus"

"Menantu papa terlalu sayang pada pekerjaannya, hingga tidak mau berlibur bersama Rei."

"Kamu pikir papa percaya dengan apa yang kamu katakan."jawab pak Wibisena sinis membuat Reinald menatap kearah Melia dengan tatapan sinis.

"Antar dulu Melia, baru kamu kekantor. "

Reinald tak menjawab pria itu hanya diam dan berlalu menuju pintu keluar.Berjalan menuju mobil mercedes benz eclass miliknya dan masuk kedalamnya.

Reinald menghentikan mobilnya tepat disisi Melia yang berjalan keluar komplek perumahan mewah itu,dia lupa menginstal aplikasi transportasi online di ponselnya sehingga dia harus berjalan keluar untuk bisa mendapatkan taxi yang akan mengantarnya ke kantor.

Reinald menurunkan kaca jendela mobilnya lalu berkata dengan nada datanr kearah Melia.

"Masuk, disini tidak ada angkot apalagi busway."

"Saya bisa jalan kaki."

"Tapi dikomplek ini tidak lazim orang berjalan kaki, cepat masuk ! Sebelum saya paksa."

Kata terakhir pada kalimat yang barusan pria itu ucapkan membuat Melia menyerah, dengan malas dia masuk kedalam mobil mewah itu dan duduk disebelah pria berstatus suaminya itu.

"Darimana kamu? Kenapa baru muncul? apa kamu lupa dengan tugasmu menjaga papa selama dirumah sakit? "

" Saya tidak lupa, hanya saja. Ada pekerjaan yang harus saya selesaikan."

"Kenapa masih bekerja, apa uang yang saya beri itu tidak cukup?"

"Saya tidak menyentuh uangmu sama sekali.Dan saya butuh pekerjaan agar tidak menjadi gila setiap kali melihat suaminya bergonta ganti pasangan dan membawa pasangan mesumnya kerumah."

Suara decitan ban terdengar akibat Reinald yang menginjak pedal rem terlalu dalam, membuat Melia sedikit terdorong kedepan.

"Itu urusan pribadi saya, dan saya harap kamu tak perlu mengusiknya, apa kamu masih berharap saya akan jatuh cinta padamu?Jangan mimpi. Pernikahan kita hanya sebatas perjanjian bisnis antara papaku dan pamanmu."

" Kalau memang seperti itu, kenapa pernikahan ini tetap dilanjutkan? kau boleh kok mengakhirinya dan saya akan menerima segala konsekuensi yang timbul karena pembatalan pernikahan ini."

"Karena saya masih butuh status menikah untuk mengamankan semua aset saya, selama tua bangka Andreas itu belum menandatangani surat peralihan perusahaan batubara miliknya, maka saya tidak akan bisa melepaskanmu begitu saja, paham."

Melia menghempaskan tangan Reinald yang berada didagunya dengab kasar, dia sangat paham apa yang terjadi, oleh karena iru dirinya pun tak pernah memiliki mimpi untuk sebuah rumah tangga yang sebenarnya dengan pria arogan disebelahnya ini.

Akhirnya mobil berhenti didepan bangunan kantor dimana Melia bekerja sebagai programer aplikasi online.

Dan menjadi sorotan mada karyawan lainnya merupakan hal yang dihindari oleh Melia.

Walau Reinald tidak memerankan sebagai suaminyang baik namun Melia ingin tetap bisa bersikap baik pada pria arogan itu.

Diulurkannya tangan untuk bisa menyalami Reinald,dengan sedikit enggan Reinald mengulurkan tangannya yang langsung disambut Melia dengan menciumnya layaknya bakti istri ke suami.

Tanpa terduga ada desiran aneh dalam hati pria itu,sebuah desiran yang menyejukkan saat istrinya itu mencium punggung tangannya.

Dan Reinald membalas perlakuan Melia dengan mencium keningnya walau singkat namun meninggalkan rasa yang lain di hati Melia.

" Terima kasih sudah diantar, Melia kerja dulu mas." pamit Melia sembari membuka pintu mobil dan keluar. Namun saat wanita itu akan melangkah, terdengar suara Reinald memanggilnya.

"Mel, pulang jam berapa?"

"Jam enam sore mas."

Terlihat pria arogan itu mengangguk lalu kembali berkata dengan nada datar.

"Jangan pulang dulu Tunggu saya jemput."

Melia hanya mengangguk tanpa berniat menanyakan alasannya, kenaa tiba-tiba pria yang sudah empat bulan menjadi suaminya itu tiba-tiba ingin menjemputnya. Biasanya jika ada acara kantor atau kolega bisnisnya, pria itu akan menyuruh pak Baskoro untuk menjemput dan mengantarnya ketempat acara, dan akan menjemput kembali saat acara selesai, kalau pun sama-sama pulang, Reinald akan langsung masuk kekamarnya atau pergi ke club malam miliknya dan akan kembali kerumah dalam keadaan mabuk dengan membawa wanita pemuas nafsu atau pria kekasih sesama jenisnya dan menghabiskan malam bersama mereka tanpa menghiraukan perasaannya sebagai seorang istri.

************************

Sepertii janjinya , mobil pria itu sudah terlihat dimana pagi tadi dia menurunkan istrinya .

Tanpa bertanya Melia langsung masuk kedalam mobil suaminya dan pria itu pun langsung menjalankan mobilnya tanpa bersuara.

Reinald memarkir mobilnya disebuah butik kelas atas di kawasan Kuningan. Dan dengan isyarat matanya dia menyuruh Melia untuk mengikutinya masuk kedalam butik

Seorang pria gemulai berwajah cantik langsung menyambutnya dengan pelukan dan ciuman pipi kiri dan kanan membuat Melia bergidik geli.

"Tolong, dandani istri saya secantik mungkin dan pilihkan gaun yang cocok untuknya."perintah Reinald pada pria gemulai itu.

" Oke, percayakan dia padaku,akan kubuat dia bagaikan cinderella." jawab pria gemulai itu sembari menatap kearah Melia seakan sedang memindainya.

"Lakukan cepat, jangan banyak ngomong."

Pria gemulai itu lalu memandu Melia masuk. kedalam ruang rias sementara Melia hanya bisa menurut tanpa bisa protes.

Sejam. kemudian Melia digiring keliar untuk menemui Reinald yang sedang ngobrol dengan seorang pria.

"Silahkan dinilai bagaimana tampilan wanita anda boss."

Reinald menoleh dan menatap dengan tatapan yang sulit diartikan.

Dalam hati pria itu mengakui kecantikan wanita yang berstatus istrinya itu. Mengenakan gaun model kemben membuat bahu indah Melia terekspose sempurna , sementara bagian bawah gaun lebih lebar dan jatuh sehingga menutupi lekuk pinggang kebawah wanita itu.

"Terima. kasih, kerja yang bagus." sahut Reinald lalu berdiri dan meraih pinggang Melia saat pria teman ngobrolnya menatap penuh minat keistrinya.

"Pembicaraan kita bisa dilanjut nanti,karena saya harua segera menghadiri pertemuan bisnis dengan kokega saya." pamit Reinald sembari melangkah keluar bersama Melia yang masih berada dipelukannya.

Reinald membukakan pintu untuk Melia sebekum dirinya sendiri masuk kedalam mobil dan melajukannya kesebuah hotel bintang lima tempat berlangsungnya acara.

Sejujurnya Melia tidak menyukai suasana hinggar binggar penuh orang seperti ini. Namun dirinya tak bisa menolak karena itu sama saja dia memperlakukan buruk suaminya.

Melia menempati bangku tinggi yang menghadap ke jendela kaca yang menampilkan pemandangan malam kota Jakarta.

Segelas sari buah menemaninya sambil menunggu suaminya yang sedang asik mengobrol.

Dan Melia juga biea melihat,ada seorang wanita dengan gaun seksi selalu menempel mesra dilengan suaminya, dan pria itu sendiri tak keberatan sementara dia datang bersama dirinya yang notabene adalah istrinya.

Suara seorang pria terdengar menyapanya membuat Melia menoleh,dan dia mengenali pria itu sebagai rekan bisnis papa mertuanya.

"Kenapa malah duduk disini,bukankah seharusnya kamu menemani suamimu?"pria bernama Cakra itu ikut mendudukkan diri disebelah Melia.

" Lebih nyaman disini, lagi pula saya tidak paham dengan duniai bisnis,mau disana atau disini sama saja kan, saya akan menjadi obat nyamuk."

"Tapi suamimu di lendotin wanita seksi, apa kamu tidak marah?"

"Bagaimana caranya saya marah kalau suami saya saja tidak menolaknya."

Pak Cakra tertawa lirih mendengar jawaban Melia, wanita yang luar biasa,dimana biasanya seorang wanita apalagi seorang istri akan marah saat pasangannya dekat dengan wanita lainnya.

"Berarti kamu sudah biasa ya melhat itu. "

"Bisa jadi iyq "

Dan mereka oun kembali diam,tidak ada yang berniat membuka percakapan kembali.

"Rei,kamu itu bodoh atau memang sangat bodoh. istrimu disana sangat cantik dan angun tapi kamu biarkan dia bersama seorang Cakra siraja perempuan. Kamu tidak curiga dia akan memasukkan sesuatu ke gelas istrimu."tunjuk rekan ngobrol Reinald kearah Melia duduk.

Dan Reinald sempat melihat smirk dibibir Cakra saat pria itu menoleh kearahnya.Tiba-tiba ada rasa tak suka datang kehatinya saat melihat tangan pria itu mengelus bahu istrinya yang tentu saja membuat Melia menggeser jarak kursinya.

Dihentakkannya tangan wanita seksi yang sejak tadi menempel di dirinya dengan kasar lalu beranjak berjalan kearah dimana istrinya duduk tanpa menghiraukan panggilan wanita seksi tadi.

"Sudah cukup ngobrolnya ayo pulang."ucap Reinald sembari menutupi bahu terbuka Melia dengan jas yang dipakainya.

"Kenapa buru-buru Reinald, aku baru mulai ngobrol dengan istrimu, bukannya kamu disana juga sudah ada yang menemani?"jawab Cakra tanpa memerdulikan tatapan marah Reinald, Pria itu berudaha meraih tangan Melia membuat wanita itu memundurkan tubuhnya.

"Jangan coba mengusikku,kalau masih ingin menikmati wanita jalang diluar sana." jawab Reinald sembari merangkul rapat bahu Melia.

Dengan tergesa Reinald membawa Melia keluar dari ruang pesta dan segera masuk. kedalam lift.

"Kenaoa kamu bersama dia? tidak bisakah kamu duduk sendirian?"

"Aku tidak memanggil dia untuk menemaniku,Aku tadinya cukup nyaman dengan duduk seorang diri dimana sang suami sedang asik ngobrol dengan ditemani wanita cantik yang selalu menempel seperti parasit. "

"Kamu cemburu?"

"Tidak !saya tidak punya hak untuk cemburu. Begitu kan yang kamu katakan."

Eeinald hanya diam sembari mengepalkan tangannya tabda kesal

Lift langsung terbuka di basement dimana mobil pria itu terparkir.Dengan cepat mereka masuk. kedalam mobil. Dan tanpa Melia duga,tiba-tiba Reinald menggigit bahu kanannya membuat wanita itu terpekik kaget.

"Aku hanya ingin menghapus. bekas tangan pria itu ditubuhmu."ucap Reinald mengakhiri aksinya.

Melia bisa melihat ada bercak merah bekas hisapan dibahu kanannya meninggalkan rasa nyeri disana.

"Menghapus jejak tidak perlu dengan menggigit dan menghisap bukan." protes Melia.

"Jadi kamu inginnya seperti apa? Memandikanmu?"

"Tidak perlu." jawab Melia ketus, namun dia tidak melihat ada smirk dibibir Reinald.

Dengan cepat Reinald melajukan mobilnya kearah rumah dan hanya butuh lima belas menit keduanya sudah sampai di rumah besar berlantai dua itu.

Melia bergegas keluar dari mobil dan berjalan cepat menuju kamarnya. Dia ingin segera membersihkan diri dan memakai piyamanya yang nyaman untuk mengganti gaun indah dan mahal yang menbuatnya masuk angin dan mendapat gigitan pria arogan yang berstatus suaminya.

Tapi niat Melia terusik karena Reinald masuk kekamarnya begitu saja saat dirinya tengah membuka gaun itu. Dengan cepat Melia menarik selimut untuk menutupi tubuhnya yang setengah bugil dari tatapan lapar Reinald.

Melia memundurkan tubuhnya saat Reinald berjalan mendekatinya,hingga dirinya hampir terjatuh kalau saja Reinald tidak menahan tubuhnya.

"Kenapa menghindar?Aku masih suami kamu kan."

"Aku hanya kaget saja, mas Rei masuk tidak mengetuk pintu."

"Apakah itu harus, sementara yang aku masuki adalah kamar istriku sendiri"

"Tapi aku sedang tidak mengenakan pakaian mas."

"Memangnya kenapa?apa tidak boleh suami melihat tubuh polos istrinya? sementara pria yang bukan suami boleh mengelus bahu indahmu."

Melia bergidik saat jari Reinald membelai bahu juga punggungnya yang terbuka, Reinald semakin merapatkan pelukannya dipinggang Melia dan mulai menciumi leher jenjang wanita itu.

"Mas, Melia mau mandi."

"Oke, aku temani."

Dan Melia tak bisa menolak karena Reinald langsung mencium bibirnya dengan penuh nafsu.Dan tangan Reinald pun sudah berhasil melepas belitan selimut yang membungkus tubuh istrinya.

Dan sekali sentak Reinald berhasil memggendong Melia tanpa melepas ciumannya,meletakkan wanita itu diatas ranjang dan mengurungnya rapat.

Mata Melia terbuka lebar saat melihat Reinald bangun dan melepas kemeja yang dia pakai menampilkan tubuh sempurna bagian atas pria itu.

"Mas mau apa? "

"Kamu pikir saya mau apa kesini? tentu saja melakukan malam pertama yang sebenarnya denganmu. Kita belum melakukan itu kan." sahut Reinald dengan wajah yang memerah menahan birahinya. Sememtara Melia tak bisa berbuat banyak dibawah tubuh kekar Reinald.

avataravatar
Next chapter