10 Honeymoon

Sejak kedekatan malam itu, Melia merasakan sedikit ada perubahan sikap Reinald.

Pria itu mulai menyapanya dan mengantar jemput bekerja tanpa diminta. Bahkan mereka juga menikmati makan mallam bersama, satu hal yang tidak pernah mereka lakukan sebelumnya.

Namun begitu, Melia tidak mau bersikap terlalu senang atas perubahan sikap suaminya. Wanita itu masih banyak menyimpan keraguan dalam menghadapi Reinald dengan segala prilaku juga pekerjaannya.

Dan pagi ini pun sama seperti pagi kemarin, Melia terbangun dari tidurnya dengan posisi terkurung bagaikan guling. Lengan kekar Reinald memeluk erat perutnya sementara kaki pria itu menindih kakinya.

Napas hangat pria itu terasa membelai kulit punggungnya yang sedikit terbuka,

Melia badu akan bangun namun Reinald malah semakin mengeratkan pelukannya dan bergumam tak jelas membuat Melia membalikkan tubuhnya memghadap kearah Reinald , menatap wajah tampan dengan garis wajah tegas dan rahang yang kokoh menjadi hal candu baginya saat ini entah sampai kapan, Melia tidak berani terlalu bermimpi soal hubungannya dengan Reinald walau mereka adalah pasangan suami istri yang sah dimata agama juga hukum negara.

"Mas, sudah pagi. "

"Hmmm. " hamya dua huruf iru saja yang keliar dari mulut suaminya.

"Sudah pagi ayo bangun, mas nggak ingin olahraga pagi, jogging gitu. " ucap Melia sembari menatap wajah Reinald dengab mata yang masih terpejam.

"Hmmm, usul yang bagus.Olahraga pagi memang bisa memyehatkan."

"Yaa, sudah! ayo bangun."

Melia menarik tangan Reinald agar pria itu bangun namun Reinald malah balik menarik pinggang istrinya hingga kembali terjatuh keatas tubuh setengah telanjang Reinald.

"Kok malah tidur lagi,ayo mas.Katanya mau olahraga."

"Yaa,ini kan sedang persiapan olahraga"

"Olahraga apa,kalau masih diatas tempat tidur gini"

"kita olahraga indoor dulu baru yang outdoor."

Melia menarikkan alisnya mendengar jawaban suaminya,dan instingnya pun cepat bekerja .

"Mas mau ngegy."

"Iya ngegym sama kamu."

Dan Melia sedikit terpekik saat Reinald membalik posisinya menjadi dibawah tubuh atletis pria itu.

Dan Melai merasakan sentuhan lhangat dibibirnya sebuah sapuan lembut dari bibir Reinald.

"Mas, ingin lagi sayang."

"Semalam kan sudah mas."

"Masih pengen lagi, pagi ini kan belum."

Melia hanya bisa pasrah saat suaminya memulai aksinya kembali, dan pagi yang.cukup dingin itu pun menjadi panas karena aksi mereka berdua.

***************

Melia berusaha menjajari langkah Reinald saat mereka melakukan olahraga luar ruangan. Hanya plahraga ringan jogging disekitar taman komplek yang teduh dan ramai.

Mereka terlihat seperti pasangan kekasih pada umumnya tampak mesra walau sedikit canggung.

Reinald merangkul bahu istrinya saat wanita itu tertinggal dibelakangnya.

"Lambat bener seperti siput."

"Lia, capek mas."

"Lah tadi yang ngajkl jogging ditaman siapa? mas kan maunya jogging dikamar aja."

"Mesun banget."sahut Melia sembari mencubit perut rata dan keras Reinald membuat pria itu meringis.

"Cubitanmu mmebuat mas,jadi pengen balik kekamar. "

"Mas Rei! "

"Ya, Lia." sahut Reinald dengan tatapan menggodanya membuat Melia semakin menyebik kesal.

Dan mata wanita itu membola saat dia merasakan kecupan dibibirnya dan dia tahu siapa pelakunya, sudah pasti suaminya karena pria itu tertawa dengan swnangnya.

Setelah jogging mereka pun kembali kerumah unfuk membersihkan diri dan bersiap untuk ke Bandung.

Ya hari ini Melia berjanji menemani Reinald melakukan perjalann bisnisnya karena setekah itu mereka ingin menikmati weekend di kota kembang itu.

Walau Melia belum yakin apakah pria itu mencinfainya namun dia cukup senang dan bahagia dengan perlakuan lembut yang pria itu berikan.

"Kalau masih ngantuk tidur saja Mei."

ucap Reinald tanpa menoleh, pandangan pria itu tetap fokus kearah jalan didepannya.

Arus lalu lintas Jakarta-Bandung melalui tol Jagorawi lumayan padat membuat pengemudi harus ekstra hati-hati dalam menyetir.

"Kalau lia tidur, mas nanti tidak ada yang menemani ngobrol."

"Nggak apa, tidur saja kalau masih ngantuj, mas tau kamu pasfi capek banget" Reinald mengelus kepala Melia membuat wanita cantik itu memgangguk dan mulai memejamkan matanya dengab posisi miring menghadap kearah Reinald.

Reinald tersenyun simpul mengelus pipi istrinya yang lembut dan mencium puncak kepala wanita itu sekilas sebelun kembali fokus kejalan sembari sesekali menepuk pipi istrinya untuk menenangkannya saat tubuh wanita itu sedikit terguncang karena ulahnya yang tak sabaran mendahului mobil didepannya.

Dan Melia pun memilih memeluk lengan kiri Reinald dan kembali tertidur.Biasanya Melia tidak mudah tertidur saat dalam perjalanan tapi tidak kali ini.

Karena aktifitas intens pagi yang mereka lakukan tadi membuat tubuhnya sangat lelah dan menuntut untuk beristirahat,dan akhirnya dia pun tertidur sepanjang perjalanan Jakarta ke Bandung membiarkan suaminya menyetir sendiri tanpa teman ngobrol.

Melia baru terbangun saat merasakan tepukan lembut dipipinya, ternyata suaminya mengajal untuk makan siang terlebih dahulu sebelum kepertemuan bisnisnya.

Reinald memarkir mobilnya di sebuah bangunan berlantai lima, dari papan nama yang tadi sempat dibaca Melia,ini adalah sebuah perusahaan ritail yang cukup besar dan terkenal.

Seorang pria yang ditaksiran seusia dengan Reinald menyambut mereka, bersamanya ikut juga seorang pria lainnya yang ternyata sekretaris pria maskulin dengan stelan baju muslim yang menyambut mereka.

"Bagaimana perjalanannya,cukup melelahkan bukan."

pria santun itu menyalami Reinald dan hanya mengangguk kearah Melia.

"Tidak terlalu melekahkan,karena Jakarta ke Bandubg sudah lebih cepat karena jalan tol."

"Anda bisa saja pak Reinald."

"Tidak perlu formal begitu,biasa juga manggil nama."

"Saya hanya menjaga wibawa anda didepan wanita ini pak Reinald. "

Reinald terkekeh pelan menyadari ada yang kurang dalam perkenalan mereka.

Reinald meraih pinggang Melia dan memeluknya erat seakan menegaskan kalau wanita iru adalah miliknya.

"Maaf, saya lupa.Kenalkan ini istri saya.Melia Wibisena Dia seorang programer game dan kartunis yang handal." Reinald memgenalkan Melia pada rekannya.

"Luar biasa,seorang programer yang cantik dan pastinya cerdas,harus dijaga baik-baik Rei."

"Tentu saja."

"Oh ya, nama saya Mauza Yahdan Al Hisyam, pangill saja syam, dan ini asisteb saya, Imran Hadiyan."

Melia kembali memgangguk membalas perkenalan mereka.

"Ayo Rei, kita sudah ditunggu pak Rafiq. "

"Baik,"jawab Reinald lalu menoleh kearah Melia,

"Sayang, mau ikut atau nunggu disini?"

"Lebih baik lia nunggu saja mas disini." jawab Melia dan sianggukin oleh Reinald.

"Lebih baik, nyonya Reinald menunggu ruang tunggu saja,disana lebih nyaman."saran Imran sembari memgarahkan ketiganya untuk masuk kedalam lift.

Reinald masih merangkul pinggang Melia sementara pria itu berbincang dengan rekannya,dan Mekia sedikit bernafas lega, karena diperusahaan ini tidak ada pegawai perempuan yang over akting saat melihat pria tampan dan mapan.

Mereka bahkan menundukkan mata atau mengalihkan pandangan saat berpapasan dengan mereka.

Melia mengikuti Imran menuju ruang tunggu yang ternyata letaknya tepat di depan ruang rapat dimama suaminya berada.

"Nyonya mau minum apa?"

"Teh hangat saja dengan sedikit gula."

"Baik nyonya, kalau anda bosan, anda bisa mmebaca koleksi buku dirak itu,namun sayang tidak ada koleksi kortun. "

Melia tersenyum mendengar kelakar Imran, wanita itu lalu duduk didekat rak buku .Memilih sebuah buku yang menarik perhatiannya,sebuah biografy seorang tokoh jurnalis terkenal dan pemilik perusahaan media cetak terbesar di pulau Jawa,"Separu Dahlan" itu judul buku yang kini sudah berada ditangan Melia.

Tak terasa empat jam berlalu dan saat wanita itu sudah menyelesaikan bab terakhir dari buku yang dibacanya tampak Reinald bersama empat orang lainnya keluar dari ruang rapat.

"Ternyata anda tidak sendirian pak Reinald." ucap pria paruh baya sembari menunjuk kearah Melia dengan dagunya.

"Iya pak Rafiq. Kali ini saya ditemani istri saya." jawab Reinald sembari memberi isyarat pada Melia melalui matanya agar Melia mendekat ke dirinya.

Dan Melia paham maksud pria tampan itu, segera dia meletakkan kembali buku yang sedang dibacanya dan berjalan kearah suaminya.

Mengangguk sopan pada relasi bisnis Reinald dan membiarkan tangan pria itu mengenggam tangannya erat.

"Baguslah seperti ini, lebih menyenangkan jika bekerja ditemani istri,hati dan pikiran bisa tenang." jawab pak Rafiq sembari menepuk lengan Reinald.

Setelahnya mereka pun berpisah, Reinald dan Melia kembali melanjutkan rencana liburan mereka. Dan kawasan Lembang menjadi pilihan Reinald untuk menghabiskan libur akhir pekan bersama istri yang mulai disayanginya.

Sebuah hotel dengan desain mirif rumah-rumah dinegeri sakura dengan sungai kecil yang mengalir didepan kamar menimbulkan gericik suara air yang menciptakan rasa tenang juga nyaman.

"Gimana, bagus nggak temoatnya "tanya Reinald sembari memeluk Melia dari belakamg, dagunya diletakkan diatas kepala istrinya yang sedang asik memandangi lampiom yang berjajar cantik disepanjang pimggir sungai didepan kamar mereka.

Melia menoleh kearah suaminya dan kesemoatan itu dimanfaatkan oleh Reinald untuk bisa mencium pipi Melia yang halus dan selalu merona seperti buah apel .

"Suka mas, Melia suka suansananya, tenang banget."

Reinald mengangguk dan kembali menempatkan ciumannya di puncak kepala Melia.

"Sebenarnya mas, mau ajak kamu berlibur ke Erofa, tapi pekerjaan mas belum bisa ditinggalkan."

"Masih banyak waktu mas, lagi pula berlibur ditempat ini juga sudah menyenangkan."

Reinald tersenyum dan tanpa Melia duga pria itu mengangkat tubuh Melia dan memposisikan Melia berada digendongannya,dan Melia sendiri spontan melingkarkan kedua tangannya keleher Reinald dan kedua kaki yang melingkari pinggang pria itu, seperti koala yang menempel di batang pohon.

Dan tanpa ragu,Melia pun membalas ciuman Reinald dan menikmatinya bersama.Reinald mendudukkan diri disofa tanpa mengubah posisi mereka dengan tidak melepas ciumannya dari istrinya.

Melia melepaskan diri saat dadanya terasa sesak karena berkurangnya pasokan oksigen ke paru-paru.

"Sudah mau maghrib mas, Lia mau mandi."

Reinald mengangguk lalu berdiri tanpa melepaskan Mellia dari gendongannya

Pria itu dengan santainya berjalan menuju kamar mandi yang berukuran cukup luas dan berbisik ditelinga istrinya membuat wanita iru tersipu malu.

avataravatar