5 Dia Maduku

Pukul 1 malam. Tempat hiburan malam ini malah semakin bergairah karena pengunjung yang rata-rata adalah pekerja baru terlepas dri aktifitas padatnya selama dikantor. Hinggar bingar suara musik yang berdentum sangat memekakkan telinga .Dan itu sangat tidak disukai oleh Melia sigadis penyendiri. Baginya suara musik yang teramat keras dan banyaknya orang berkumpul justru sangat membuatnya tidak nyaman.

Dibantu pak Baskoro , Melia mengedarkan pandangannya keseluruh penjuru ruangan mencari sosok pria dengan tinggi badan 185 cm dan bertubuh atletis , berwajah khas pria Eurosia .

" Bagaimana pak Bas, bapak sudah menemukan mas Rei ?." tanya Melia sedikit mengencangkan suara untuk menyeimbangi suara musik yang berdentum sangat keras disekitarnya.

" Belum non."

Pak Bas juga ikut meninggikam suaranya agar bisa terdengar oleh Melia .

" Apa ada ruangan lainnya di club ini pak ?.'

"Tentu saja ada non. Disini ada kamar privasi bagi pengunjung ."

" Kamar privasi ?."

"Iya non , semacam kamar khusus bagi pengunjung yang ingin menginap bersama pasangannya ."

" Apa? Menginap di tempat seperti ini ?." jujur Melia sangat terkejut dengan hal ini. Dia pikir tempat dugem dan happy pora seperti ini tidak menyiapkan kamar dan layanan khusus pelanggan ternyata asumsinya salah .

" Kalau kamar privasi ,kita ngga bisa memeriksanya pak. "

Pak Baskoro mengangguk , namun tatapan pria berusia 48t tahun itu tampak berbinar .

" Itu non ada mas Arya wakil Owner disini , biar bapak tanya ke dia ." Tunjuk pak Baskoro pada seorang pria yang baru turun dari lantai atas dengan dua wanita berdandan seksi di kanan kirinya .

" Mas Arya . Maaf nganggu bentar. Apa mas Rei malam ini ke club ?."

pria yanf dipanggil Arya itu tersenyum lalu meepas rangkulan tangannya dikedua pinggang wanita di sebelahnya . Lalu menoleh kearah Meilia yang menatapnya dengan datar.

" Tadi sih ada. Kenapa ? Rei ngga pulang ? sampe harus disusulin ? wah repot juga ya kalau punya istri posesive ."

" Saya , saya mencari mas Rei bukan karena posesive tapi karna ada hal penting yang harus dia ketahui secepatnya ."

" Kenapa ? Kamu hamil ? ishhh , dasar bastrad katanya ngga doyan perempuan. Tapi ini perempuan malah nagih sampai hamil. Hebat loe .Bisa naklukin Reinald ."

" Maaf soal hamil atau tidak ,untuk masalah kami. Saya kesini hanya ingin bertemu suami saya . Karna kondisi kesehatan papanya semakin mengkhawatirkan. Bisakah anda membantu saya ?." Melia berusaha menahan amarahnya dan berusaha untuk tetap sabar . Apakah semua teman suaminya bermulut pedas dan tak beradab seperti ini ?

" Tentu saja aku akan membantumu. Lagi pula aku sudah muak melihat suamimu .Kau cari saja dikamar nomor 8 , tapi aku sarankan lebih baik jangan kamu deh yang nemui dia. Aku ngga mau aada ambulance dan polisi datang ke club ini karena ada seorang wanita yang kena serangan jantung melihat kelakuan suaminya ." Arya terkekeh , sementara dua wanita yang bersamanya tersenyum sinis.

" Siapa wanita ini ? ." tanya wanita yang menggenakan gaun pendek dengan tali sneilli yang sangat mengekspose dada besarnya juga pahanya .

" Dia istri sahnya big boss . Mau nyariin suaminya karena ranjang mereka terasa dingin ."

" Apakah itu mungkin. sementara denganku saja big boss sama sekali tak bernafsu padahal aku sudah telanjang dan menggodanya tapi tetap saja senjata pria itu tak mau berdiri ."

Arya tertawa lepas membuat Melia juga pak Baskoro memutar matanya jengah .

" Kalau senjataku bagaimana ? apakah sama lemasnya dengan senjata milik boss ?."

" Senjatamu membuat kecanduan. cukup disentuh sedikit sudah berdiri tegak seperti tiang bendera. Dan tetap tegak lurus walau sudah lewat tiga ronde." jawab wanita itu sembari meletakkan tangannya di antara selangkangan pria itu , membuat sebuah eraman nikmat keluar dari mulut Arya .

Melia cepat menarik pak Baskoro untuk menjauhi ketiga orang itu.

" Kalau sudah menemukannya . Cepat seret keluar dan bawa pulang . Tapi pastikan dia berpakaian dengan baik ." teriak Arya sementara Melia tak mengubrisnya .

Mereka sampai didepan pintu kamar nomor 8 ,Melia sedikit ragu saat ingin membukanya . Biar bagaimana pun ini tempat privasi seseorang yang tak ingin di usik .

" Biar saya saja yang mengeceknya non ."

" Tapi pak ?."

" Ngga apa non. Kalau ternyata ada adegan layak sensor. buat laki-laki itu hal yang biasa tapi tidak buat non Melia ."

Akhirnya Melia mengangguk , gadis itu menunggu sedikit agak jauh dari pintu kamar nomor 8. Ternyata ruangan itu terdiri dari dua tempat dimana ruang pertama adalah tempat karaoke yang dikelilingi kaca gelap namun masih bisa terlihat cari celah pintu yang sedikit terbuka dan disebelahnya ada ruangan yang pintunya tertutup .

Jantung pak Baskoro hampir saja melompat keluar kalau saja tidak ada tulang kerangka yang menahannya.

Berkali-kaki pria itu beristihfar melihat pemandangan tak lazim didepannya . Dimana 2 pasang pria dan wanita sedang bermain kuda-kudaan dan dua pria lainnya pun melakukan hal yang sama. Dengan memalingkan wajahnya pak Baskoro mencoba mencari tahu apa yang ada didalam ruang satunya .

Dan kembali jantung pria itu kembali tersentak kaget. Bahkan bola matanya hampir keluar dari kelopaknya saat diriny mengintip dari celah tirai . Dia menemukan pria yang dicari namun pria itu sedang menikmati geliat birahi, yang membuat Pak Baskoro hampir pingsan . Anak dari majikannya itu tidak sedang bercinta dengan wanita seksi tapi asik menikmati permainan penuh emosi birahi dengan dua orang pria bertubuh seksi dan sixpact . Apakah ini sudah kiamat ?

Tak perlu berlama-lama ,pak Baskoro segera keluar dari ruangan laknat itu dan menghampiri Melia yang masih menunggu kabar darinya .

" Gimana pak. ada mas Rei ?."

" Nggak ada non . kita cari di apartemennya saja ya ." bohong pak Baskoro . sejenak ingatan menampilkan adegan tak pantas itu membuat rasa mual menguasai perut pria jawa tulen itu .

" Ayo non , Kita pergi. saya ingin ke toilet ."

Melia tak banyak protes . Dia percaya dengan apa yang dikatakan pria itu tentang suaminya .

Sepanjang jalan beberapa kali mereka harus berhenti karena pak Baskoro yang terus merasa mual dan muntah .

" Bapak antar saja ke Apartemen mas Rei. Lalu bapak pulang saja untuk istirahat. Sepertinya bapak masuk angin ." saran Melia pada pria yang sedang berusaha fokus dengan setir mobil itu.

" Saya ngga apa-apa non. cuman sedikit mual . Diminumin teh panas juga nanti sembuh sendiri ."

Melia mengangguk . Namun matanya melihat ada perasaan tidak nyaman diwajah pria itu.

"Sebenarnya ada apa pak ? Bapak terlihat sedang menyembunyikan sesuatu dari saya. "

" Enggak ,Non. Mana berani saya bohong. Non loh anak menantu majikan saya. "

" Saya percaya bapak ngga bohong. Cuman hati saya ngga percaya kalau bapak tidak menyimpan sesuatu dari saya ."

" Ahhh. Saya jadi tidak enak sama non. Ternyata berbohong didepan orang pendiam seperti non Melia itu sulit ." tampak pak Baskoro tertawa kecil . Lalu pria itu membelokkan mobilnya memasuki kawasan apartermen yang terkenal mewah itu.

" Bicara saja pak. tak perlu bapak simpan sendiri. nanti jadi bisul loh ."

Kembali pria itu tertawa mendengar gurauan Melia yang sebenarnya terasa garing .

" Kita duduk di situ saja non . " tunjuk pak Baskoro pada bangku taman yang terbuat dari beton . Melia mengangguk lalu mengikuti langkah pria itu dan duduk di bangku itu sementara pak Baskoro duduk diseberangnya .

Hampir pukul 2 malam. duduk dan ngobrol ditaman terbuka sangatlah langkah. Hanya orang-orang galau saja yang sering melakukannya sembari memandangi langit yang gelap .

" Sebelumnya saya minta maaf. jika ada pertanyaan saya yang menyinggung nona. Bukan maksud saya seperti itu non ."

" Iya pak . Saya paham ."

" Begini non. Sebelum non menikah dengan mas Rei apa sebelumnya kalian saling kenal ?."

Melia menggeleng ," sama sekali tidak pak. Saya hanya tau wajah dan nama mas Rei dari photo yang diberikan oleh paman saya ."

" Jadi non Melia sama sekali tak mengenal mas Rei ?."

" Tidak pak ."

" Lalu bagaimana hubungan kalian selama tiga bulan ini ?."

" Seperti batu dan es balok . sama-sama dingin dan kaku.Kami bahkan tak pernah ngobrol seperti ini ."

" Masya Allah .Berarti non Melia juga tidak tau bagaimana pergaulan mas Rei. "

" Yang saya tau pak . Mas Rei pemilik perusahaan hiburan dan hotel. Yang pasti temannya dari kalangan atas seperti artis , model jugw pengusaha , yang nongkrongnya kalau ngga dikafe , resto atau club malam seperti tadi ."

" Hanya itu non ?."

" Iya,pak . Sebenarnya ada apa pak ? apa yang mau bapak sampaikan ."

" Gini. non . Maafkan bapak . Sebenarnya mas Rei ada diclub tadi. hanya saja dalam kondisi yang tidak pantas dilihat ."

" Maksud bapak ? ."

" Iya, mas Rei sedang bersama temannya."

" Maksud bapak kekasihnya ?."

" Iya , mas Rei selalu bilang kalau dia punya kekasih. Tapi saya tak boleh mencmpuri apalagi mengusiknya ."

" Jadi non tau. Kalau Mas Rei punya kekasih ?."

Melia mengangguk .

" Kekasih yang sama dengannya ?."

Melia mengerutkan keningnya tak mengerti .

" Maksudnya kekasih yang sama levelnya dengan mas Rei ?."

" Bukan non . Tapi kekasih dari jenis yang sama."

" Maksud, pak Bas. Mas Rei seorang gay ?."

Pak Baskoro mengangguk dengan tatapan bersalah ," maaf non."

Entah apa yang harus dikatakan. Tiba-tiba dadanya terasa sesak. Dan seluruh tubuhnya terasa lemas .

" Pak Bas. Ngga bohong kan ?."

" Saya berani bersumpah demi Allah, Non. Kalau yang saya lihat sedang melakukan percintaan layaknya binatang di kamar kosong delapan Club Twenty itu benar mas Rei ."

Melia hanya bisa beristihfar didalam hatinya. Memohon ampunan pada sang Maha Pemilik hidup.

" Tolong non, bawa kembali mas Rei kejalur yang benar. Jangan sampai azab Allah kepada kaumnya Nabi Luth menimpa mas Rei. Dia adalah harapan satu-satunya pak Wibisena. Untuk menjadi penerus garis keturunan Keluarga Widigdo Wibisena kakek buyut mas Rei ."

"Bagaimana caranya pak. Sementara untuk sekedar menyapa saja tidak pernah kami lakukan ." jawab Melia sedih. Bukan sedih karena perlakuan Reinald kepadanya namun sedih karena seseorang yang sempurna secara fisik dan materi ternyata memiliki sisi gelap yang sulit ditembus begitu saja .

" Berusahalah untuk bisa menjauhkan mas Rei dari teman-teman sesama gay yang selama ini mengikatnya. Bapak yakin . Mas Rei masih bisa diselamatkan. Walau saat ini dia sudah berada didalam lubang maksiat yang dalam. Tapi Allah pernah berjanji. Tidak ada yang tidak mungkin dilakukan oleh seorang hamba kecuali dia berusaha dengan keras dan tak putus asa ."

Melia menghembuskan nafasnya berat. Mengajak seseorang yang sudah tersesat jauh untuk kembali ke jalan yang sebenarnya itu lebih sulit dari pada mengerjakan rumus algoritma dan coding pada pemograman .

" Non Melia mau pulang ? biar nanti bapak yang akan kemari lagi . besok pagi-pagi sekali ."

" Saya mau menunggu mas Rei pak ."

" Tapi belum tentu pulang ke apartemen ini non ."

" Ngga apa pak. Biar saya tunggu sampai besok pagi ."

Pak Baskoro tak bisa lagi memaksa gadis itu. Dia hanya mengantar Melia hingga depan pintu unit apartemen milik Rei lalu berpamitan untuk kembali ke rumah sakit .

Melia mendudukkan diri dilantai dekat pintu apartemen itu. Pikirannya buntu. Dia seakan menjadi sebuah boneka sawah yang hanya dia saat kawanan burung memakan bulir padi yang belum matang .

Gadis itu duduk sembari memeluk kedua kakinya, meletakkan wajahnya diatas lutut untuk sekedar menghilangkan kantuk .

Sayup- sayup telinganya menangkap suara langkah kaki dan suara orang yang sedang mengobrol. Diangkatnya wajah dan menoleh kearah datangnya suara .

Tatapan kaget dari wajah Reinald jelas terlihat pria itu. bahkan sampau mematung melihat siapa yang duduk memeluk kaki didepan pintu apartemennya pukull 4 pagi .

Sementara Melia bersikap tenang dan dingin seperti biasa . Tatapan matanya justru terfokus pada kedua tangan mereka yang masih dalam posisi saling bertautan.

Menyadari dimana tatapan Melia terfokus Reiland segera melepas genggaman tangannya dengan Sandy yang menatapnya tak suka .

" Ada apa kau disini ? tau darimana alamat aparremenku ." Reinald langsung memberi Melia pertanyaan tampa jeda. Sementara dengan berbisik pria itu meminta pacarnya untuk masuk terlebih dahulu .

" Aku diantar pak Baskoro tadi malam setelah berkeliling mencari dirimu . Papa dalam kondisi parah. Dan dokter ingin bertemu denganmu ."

" Kenapa tidak menelphone ku saja. "

"ponselmu mati sejak kamu pergi dari rumah sakit semalam ."

Reinald meremas rambutnya kasar , sementara kini tatapan mata Melia terarah pada kemeja pria itu yang kusut . Didada bidang yang berotot Melia dapat melihat bercak merah kismark melalui tiga kancing bajunya yang terlepas .

" Kau pulanglah dulu. Aku nanti akan menyusul ." ucap Pria itu sembari membuka pintu unit apartemennya . Namun baru satu langkah Melia beranjak ,suara berat pria itu terdengar .

" Masuklah. ini masih dini hari . aku akan mengantarmu pulang ."

" Baik ."

Melia mengekori langkah Reinald masuk kedalam apartemen. Dia langsung mendudukkan diri disofa empuk yang pasti mahal dilihat dari kain , model dan warnanya .

Melia memilih untuk fokus dengan ponselnya , membaca artikel yang bermanfaat untuknya daripada memgedarkan pandangan mengagumi interior dan tata letak ruangan apartemen suaminya itu yang dikabarkan mewah seharga dua milyar rupiah .

Sayup - sayup Melia mendengar suara orang bertengkar , sepertinya kekasih sesama jenis Reinald keberatan pria itu pergi apalagi untuk mengantar seorang wanita yang statusnya lebih legal dibanding dirinya .

" Jangan membuat alibi untuk selingkuh dariku Rei."

" Bagaimana aku bisa berpaling darimu kalau kamu selalu bisa memuaskanku ." Reinald mengelus wajah Sandy yang bersih mulus seperti bintang film thailand.

"Apakau berani berjanji ?." tanya Sandy dengan manja . Bahkan kedua tangan pri itu mengalung mesra dileher Reinald yang sedikit lebih tinggi darinya.

Reinald memberi kekasihnya kecupan untuk meredakan cemburunya .

"Jangan marah. aku akan segera kembali kesini setelah memastikan kondisi papa baik-baik saja ."

Sandy mengangguk lalu bersama mereka keluar dari kamar .

" Ayo . Kita pergi ."ajak Reinald dan Melia pun langsung berdiri dan berjalan mengikuti langkah suaminya . Dari ejor matanya dia masih bisa melihat kilatan cemburu dimata Sandy yanf menatapnya tajam .

"Yaaa . Allah. Inikah maduku. Dia bukan seorang pria yang kusangka selama ini. Tapi dia seorang pria yang tentu sama dengan suamiku. Azab apa yang akan kau timpakan dalam rumah tangga kami ya Allah ."Melia bergumam dalam hati dengan rasa perih. Sementara langkahnya terus mengikuti langkah kaki Reinal menuju parkiran .

***********

avataravatar
Next chapter