1 Dia Datang Tampa Dikenal

Bermalas-malasan disaat weekend itu adalah hal yang paling menyenangkan dari yang menyenangkan. Setelah selama lima hari bekerja penuh waktu membuat otak beku dan badan kaku kini saatnya untuk melemaskan itu semua .

" Gue. Mau ngerjain apa nich ." gumam Meila sembari memandang kamarnya yang seluas 4 x 6 m itu Bercat dominasi warna biru muda yang lembut dipadu dengan aedikit pink dan putih. Alay, ngga juga. Karena dia sangat menikmati paduan warna tersebut .

Oke.Meila menjentikkan jarinya. Diambilnya karet benang untuk mengikat rambutnya yang panjang sepinggang , mengingat tinggi diatas kepala lalu mencepolnya. Berikutnya Meila membuka jendela kaca kamarnya lebar . Membiarkan udara sejuk dipagi hari berkeliaran dengan bebas dikamarnya .

Meila mulai menarik selimut , membuka sprai bercorak club bola italia dan melepaskan bantal dan guling dari sarungnya . Lalu membawa dua bantal dan satu guling itu ke balkon kamarnya untuk dijemur sebentar agar semua kuman dan sisa bau liurnya hilang terkena sinar matahari pagi .

Sembari menyenandungkan lagu Sweet Dream dari Jang Nara yang terdengar dari ponselnya Meila mulai membersihkan dan merapikan kamarnya . Keasikkannya sedikit terusik karena sebuah panggilan telphone dari Sera kawan dekat sekaligus rekan kerjanya .

" Ya, ada apa ? kamu menganggu waktuku."

" Waktumu saat dirumah selain tidur, membaca dan main game apalagi yang kamu lakukan."

" Aku , sedang membersihkan kamarku."

" Hei hei. Waarrr biasa ! apa kamu bisa memegang sapu dan kemoceng ?."

" Apa kamu pernah dipukul pakai sapu dan kemoceng ."

Terdengar tawa riang Sera membuat Meila jengah sendiri .

" Cepat katakan , ada apa kamu nelphone aku. jangan bilang soal pekerjaan ."

" Hei , sabar nona. Aku cuma mau bilang . Kalau Mike barusan melamarku. dan kau tau dia memberiku sebuah cincin berlian yang indah dan sebuah makan malam romantis ."

Meila hanya menghela nafasnya lelah. Lelah mendengar cerita romantis dari kawannya yang cantik ini.

" Mei . Loe denger gue kan ."

" Denger. gue ngga budeg kok."

" Kalau gitu. Kamu harus nemenin aku beli gaun indah buat nanti malam ."

" Ada upahnya ?."

" Matre ."

" Segala sesuatu itu harus menghasilkan. Hari gini gratis , kelaut aja sono ."

" Oke, oke . Ntar gue traktir loe makan siang dan belanja satu novel ."

" Dua novel baru deal ."

" Baiklah.Nona realistis. Deal. Aku jemput kamu jam sebelas siang."

" Ya."

Meila lalu mematikan panggilan dan melanjutkan musik yang sedari tadi didengarnya .

Kini gadis cantik itu menatap puas pada kamarnya yang sudah rapi dengan sprei bergambar kartun Spongebob dan wangi jeruk yang menyebar . Keranjang pakaian kotor pun sudah penuh dan waktunya untuk mencuci.

Meila melirik kearah jam dinding yang bertengger manis di atas meja belajarnya , masih ada waktu 2 jam hingga nanti Sera menjemputnya untuk ke mall.

**********

Dan kini Meila sedang memutari mall seperti tawaf di depan ka'bah. Disebelahnya tampak Sera yang mengapit lengannya seperti sepasang kekasih .

" Berapa baju lagi yang mau kamu beli ra ." tanya Meila sembari melirik empat paperbag ditangan gadis berdarah Jerman Jawa itu .

" Satu atau dua baju lagi ya Mei."

" Ribet banget hidup loe ra. mau makan malam yang cuman sejam aja harus mengeluarkan uang sampai 6 juta untuk 4 lembar gaun . Belum biaya kesalon dan sepatunya ."

" Hallahh. elo sekarang bisa ngomong kayak gitu mei. tapi entar kalau kamu dilamar pasti akan seperti aku."

" Emngnya siapa yang mau melamar aku ."

" Oh iya. elo kan jomblo akut. "

Meila hanya meringis mendengar label yang disematkan teman-temannya kedirinya . Bukannya tak laku , diusianya yang menginjak 26 tahun ini memang dirinya masih betah sendiri sementara semua temannya sudah memiliki kekasih bahkan sudah menikah dan punya anak .

Akhirnya acara belanja pun selesai dan mereka pun memasuki salah satu kafe ternama yang ada di mall tersebut untuk makan siang menjelang sore , karena mereka baru makan siang pada jam tiga sore. Hampir saja asam lambung Meila kambuh .

" Mei. Loe liat dua pria didepan itu. Apakah mereka normal ?."

" Maksud loe. " Meila masih tak bergeming dari nasi goreng jamur yang dia makan.

" Mereka terlihat mesra, selayaknya pasangan kekasih ."

Meila mau tak mau mengangkat wajahnya dan mengikuti arah dagu Sera .

Tak jauh dari mereka duduk memang ada sepasang pria duduk sangat dekat , pandangan pria itu menatap kearah keramaian jalan raya diluar kafe .

" Biarkanlah. apa perduli kita. ini negara bebas dimana suatu hubungan bisa terjadi tampa adanya larangan tertulis. "

" Tapi kan ngga etis banget. Pantes aja banyal cewek jomblo ternyata para prianya lebih tertarik sama jenisnya sendiri ."

" Hari gini bicara soal etika. Sampai mana non.Kalau kita berpegang pada etika. Tidak akan ada kita temui para wanita mengenakan pakaian kurang bahan ,atau pasangan pria dan wanita yang bermesraan ditempat umum."

Sera hanya mencibir, menyesal dia membahas soal dua pria didepan mereka kalau akhirnya dia yang mendapat pencerahan dari filsuf otodidak disebelahnya ini .

Menjelang sunset Sera mengantar Meila pulang . Karena dia ada acara penting Sera memutuskan tidak ikut turun untuk sekedar menyapa paman dan bibi Meila sebagai pengganti orangtua gadis itu.

Meila memasuki rumah yang tampak sepi itu. Saat akan melewati ruang TV dia melihat paman Noel juga bibi Mira tampak sedang ngobrol yang terlihat serius.

Meila menghampiri keduanya lalu mencium punggung tangan mereka dengan hormat .

" Duduk dulu mel." pinta bibi Mira. Meila hanya mengangguk lalu mendudukkan dirinya di sebelah wanita paruh baya itu ,sementara paman noel duduk persis didepannya .

" Pamanmu mau bicara. Tolong dengarkan dulu tampa menyelanya ." pinta bibi Mira dan Meila hanya mengangguk .

" Berapa usiamu sekarang Mei ?." tanya paman Noel dengan suara rendahnya .

" Dua bulan lagi dua puluh enam tahun paman ."

" Tak terasa ya. Sudah dua puluh tahun kami merawatmu dan kini kau tumbuh menjadi gadis yang cantik dan mandiri ."

" Iya paman ."

" Mei. seandainya pamanmu ini meminta tolong apakah kau mau membantu ?."

" Iya , paman ."

" Walau kamu harus mengikhlaskan perasaanmu ?."

" Insya Allah,Mei siap paman."

" Kau sudah punya pacar ?."

" Tidak."

" Baguslah kalau begitu . Kamu tau Mei , usaha tambang paman sedang surut. Dua KP paman pun ditutup karena tidak memiliki izin sesuai prosedur pemerintah. Untuk itu paman ingin membuka bisnis baru dibidang pertanian saja, tapi paman kekurangan modal yang cukup besar ."

" Apa yang bisa Mei bantu paman ."

" Pertanyaan bagus . Begini Mei. ada seorang kolega paman yang bersedia memberi modal usaha ke paman tampa jaminan dan pengembalian . Namun syaratnya paman harus bisa mencarikan jodoh untuk anak lelakinya ."

Telinga Meila terasa panas. Dadanya bergemuruh sepert hujan badai , namun dia berusaha untuk tetap diam dan mendengarkan sampa akhir.

" Paman tadi berkata menyanggupi persyaratan tersebut . Namun dirumah ini anak perempuan yang paling besar hanya kamu . Sementara Venita adikmua masih sekolah dan Varell walau sudah sarjana namun dia seorang pria ." Paman Noel menjeda sejenak kalimatnya , mencoba melihat reaksi diwajah keponakannya itu . Tidak ada ekspresi seperti biasanya . Wajah gadis itu tetap datar dan dingin .

" Paman yakin kamu paham keman arah pembicaraan ini. "

" Iya paman . Merla bisa pahami ."

" Baguslah kalau kamu paham. Jika kamu bersedia menikah dengan anak kolega paman itu maka paman bisa menyelamatkan masa depan ketiga adikmu juga rumah ini dari sitaan pihak bank ."

" Bolehkan Meila tau seperti apa pria yang akan dijodohkan ke Meila paman ."

" Tentu saja bisa ."

Lalu pria berusia 58 tahun itu mengirimkan photo dan biodata seorang pria melalui aplikasi chat sejuta umat ke ponsel Meila .

" Bolehkah Meila minta waktu dua hari untuk menetapkan hati paman ?."

" Tentu saja boleh. silahkan anakku. Dan paman harap keputusan yang kamu pilih tak mengecewakan paman ."

Meila mengangguk lalu minta diri untuk kekamarnya .

Menikah.. oh Tuhan Satu hal yang belum masuk dalam pikirannya namun akan dia hadapi dalam waktu dekat ini .

******

avataravatar
Next chapter