7 Aku Pamit

Kondisi kesehatan papa Wibisena sudah berangsur membaik. Jantungnya bekerja dengan sangat baik . Dan hari ini Melia sengaja tidak masuk kerja karena ingin menjenguk mertuanya itu .

" Selamat pagi pa . Gimana pagi ini pa. Sudah semakin sehat ?." sapa Melia saat menemuka mertuanya itu duduk menikmati sinar matahari pagi dari jendela kamarmya .

Pria berusia hampir enam puluh tahun itu menoleh dan tersenyum. Menepuk pelan kepala Melia saat wanita itu mencium punggung tangannya .

" Jauh lebih sehat dan bersemangat Mel ."

" Syukurlah kalau begitu pa ."

" Kamu sendirian kesini ? Dimana Rei ?."

" Mas Rei tadi hanya mengantar saja pa. Karena ada rapat penting dikantornya pagi ini ."

Entah kebohongan yang keberapa yang Melia lakukan terhadap ayah mertuanya ini. Tak mungkin juga dia mengatakan kemana sebenarnya suaminya pergi . Bukannya membuat pria tua itu senang malah bisa saja semakin membuatnya marah dan berakhir petaka . Lebih baik masalah Rei yang sedang liburan ke Thailand bersama Sandy dengan alasan pemotretan cukup dia , pak Baskoro dan sekretaris Reinald saja yang tau apa yang sedang dilakukan pria itu.

" Papa disini dulu ya. Mel mau mengurus administrasi kepulangan papa, sekalian bertemu dokter Kinan ."

" Iya Mel. Terima kasih ya. Untung papa punya kamu dan tak salah memilihmu menjadi menantu papa. Reinald juga Reina tak bisa papa harap untuk bisa mengurus papa. Sekali lagi terima kasih ya nak ." ucapan tulus pria itu membuat Melia hampir menangis ,Melia memeluk mertuanya dengan tulus .

" Papa ngga perlu berterima kasih sama Melia. Karena ini sudah menjadi tugas Melia sebagai istri dari putra papa ."

Melia melepas pelukannya dan menghapus airmata dipipi tua itu dengan ujung jari tangannya ." Melia tinggal sebentar ya pa."

Pak Wibisena mengangguk .

" Bik Par. Mel titip papa bentar ya bik." pesan Melia pada wanita yang bekerja sebagai asisten rumah tangga dikeluarga Wibisena, seorang wanita berusia 45 tahun yang sudah 28 tahun ikut bekerja dirumah keluarga Wibisena , sejak mamanya Reinald masih hidup.

Sebuah teguran menghentikan langkah Melia saat wanita itu sudah berdiri didepan lift.

" Melia ?mau kemana ?."

Pak Pramu tampak datang dari arah lift bersama baskoro sopir pribadi pak Wibisena .

" Pagi pak Pram . Mel mau mengurus administrasi kepulangan papa dan sekaligus menemui dokter Kinan ."

" Kalau begitu biar saya temani , pak Bas , tolong bantu bik Par membereskan barang -barang bapak ."

Pak Baskoro mengangguk mendapat perintah dari boss lalu bergegas menuju kamar inap pak Wibisena .

Ditemani Pramu yang merupakan asisten pribadi ayah mertuanya . Melia menyelesaikan semua administrasi ayah mertuanya . Setelah semua selesai dia pun beranjak naik kelantai 5 dimana ruang kerja dokter Kinan berada .

Dan seperti biasa Dokter cantik berwajah dingin itu menyambutnya dengan ramah .

" Pemasangan stent pada jantung pasien atas nama Prayoga Wibisena berjalan dengan baik. Berdasarkan hasil pemeriksaan pagi tadi . Jantung sudah bisa bekerja lebih ringan dibanding sebelumnya . Namun pasien harus tetap menjaga pola makanan sehat , tidak begadang dan minum alkohol , hindari makanan yang bisa memicu hipertensi dan kolesterol ."

" Baik Dokter . Lalu untuk kondisi liver papa gimana dok ."

" Liver pasien memang harus dilakukan tindakan operasi agar kanker tidak menyebar ke bagian jaringan organ lainnya . Dan untuk itu dibutuhkan donor liver untuk pasien. untuk hal ini mbak Melia bisa menemui dokter Ignatius Irvandi selaku dokter yang menanganinya ."

" Baik dok,segera saya temui beliau ."

Setelah dari ruangan dokter Kinan , Melia dan pak Pramu bergegas ke ruamg kerja Dokter spesialis penyakit dalam untuk menanyakan tindakan untuk mertuanya .

Dokter Irvandi masih muda , usianya sedikit lebih tua dari dokter Kinan Ervano spesialis bedah jantung dan toraks .

" Kami tim dokter sudah melakukan Biopsi hati, dengan mengambil sedikit jaringan hati untuk diperiksa di laboratorium dan Laparoskopi, untuk memeriksa kondisi bagian dalam perut dengan menggunakan selang berkamera , dan hasilnya tumor yang barada di hati atau liver pasien sudah menyebar dan dibutuhkan tindakan pengangkatan segera ."

" Apakah pendonornya sudah ada dok ?." tanya Melia penuh antusias ..

" Kami belum menemukan donor yang cocok dengan kondisi pasien . "

" Apa syarat untuk menjadi donor dok ."

" Yang utama Berniat mendonor dengan

berdasarkan keputusan sendiri , berusia 19 sampai 55 tahun , Memiliki kestabilan psikologi , Memiliki kesehatan yang prima , tidak mengkonsumsi Alkohol ddan merokok alam jangka waktu lama , tidak menderita riwayat penyakit seperti kanker, HIV. , diabetes ,jantung dan ginjal. Tidak menggunakan Narkoba, memiliki golongan darah dan tipe jaringan yang sama dengan pasien ."

" Kalau begitu bisakah saya menjalani tes untuk bisa menjadi pendonor bagi papa saya dok ?."

Pramu menoleh kearah Melia. Pria itu menatap gadis yang duduk disebelahnya dengan tatapan tak percaya .

" Kamu serius mel ?."

" Tentu saja saya serius pak Pramu ."

Pramu tak bisa membantahnya. Karena dia yakin Melia tak pernah bercanda dengan keputusannya .

" Baiklah , kalau begitu nona bisa keruang pemeriksaan untuk memastikan kondisi nona benar-benar cocok untuk menjadi pendonor ."

" Baik dok ."

Setelah keluar dari ruang dokter Irvandi, Meila mencekal lengan Pak Pramu cepat.

" Tolong hal ini cukup pak Pramu saja yang mengetahuinya ya . Saya Mohon ."

" Kenapa?."

" Karena saya tak mau ini menjadi hutang budi pak ."

Pak Pramu menghela nafasnya berat. Dia tak menyangka gadis ini mau berkorban untuk ayah mertuanya yang tentu saja tidak memiliki hubungan darah dengannya . Sementara dua anak majikannya sendiri tak mau perduli akan kesehatan papanya .

" Baik. Saya akan menyimpan ini . Dan terima.kasih Mel atas semuanya . "

" Sama-sama pak. hanya ini yang bisa lakukan untuk pak Wibisena ."

Pak Pramu mengangguk lalu meninggalkan Melia yang langsung menuju keruang pemeriksaan lanjutan divisi penyakit dalam .

*******

Ternyata banyak tes yany harus dia lalui termasuk dengan wawancara terkait kesiapan pendonor . Dan untuk menutup rapi hal ini , Melia meminta pak Pramu untuk berperan menjadi ayahnya .

Setelah menunggu selama satu bulan akhirnya hasil dari rangkaian panjang pemeriksaan pun diterima . Dia lulus untuk bisa menjadi pendonor hati untuk ayah mertuanya .

Dan selama sebulan itu sikap Reinald semakin dingin . Bahkan sekarang Reinald berani membawa pulang Shandy ke rumah seakan membawa istri untuk pulang kerumah mereka . Dan ini sangat melukai hati Melia selaku istri yang sah .

Hingga pertengkaran itu terjadi saat Shandy memaki mbok Narti yang tampa sengaja membuat kemejanya terkena percikan wine .

" Tak bisakah kamu berbicara yang sopan pada orangtua ?." ucap Melia yang merasa terganggu dengan suara Shandy yant berteriak dengan memggunakan bahasa yang tak pantas.

" Orangtua ? dia hanya pembantu ."

" Biarpun dia hanya seorang pembantu tapi dia juga manusia . Kesalahan sekecil ini saja sudah membuatmu berkata kasar, apalagi kalau tak sengaja bu Narti membahayakan dirimu , mungkin kamu akan membunuhnya ."

" Mulutmu tajam juga ya .Apa karena kau adalah istri Reinald kamu jadi berkuasa ? Ingat status kamu itu hanya diatas kertas tapi diatas ranjang dan hatinya Rei hanya ada aku ."

Perkataan Shandy tentu saja membuat mata mbok Narti melebar , wanita paruh baya itu bingung .

" Tidak ada yang bisa melegalkan hubungan kalian bahkan Allah menyiapkam azab yang pedih untuk manusia salah jalan seperti kalian ."

" Jangan sok suci perempuan jalang .Aku tau siapa kamu . yang bersedia menikah karena tak ada pria yang mau mendekati wanita aneh sepertimu . Wanita patung kayu . Kau menikahi Rei hanya ingin status kan dan status itu sudah kamu dapat . Sekarang apa lagi ? uang ? harta ? itu kan yang kamu tunggu. Dasar perempuan munafik ."

Tampa sadar Melia melayangkan tangamnya menampar pipi Shandy dengan keras dan saat itu juga Reinald yang baru pulang dari kantor papanya melihat itu .

" Apa-apaan kamu Melia . Dia tamu dirumah ini . Hormati dia !."

" Bagaimana caraku untuk bisa menghormati tamu jika tamunya sendiri tidak menghormati tuan rumah ." jawab Melia tak kalah tajamnya .

" Kamu mulai berani dengan saya ." Reinald mencekal lengan Melia kasar dan mendorong tubuh wanita itu hingga terjatuh . Untung masih ada mbok Narti yang segera membantunya berdiri .

" Jangan pukul nona Melia , den . mbok yang salah ."

" Tidak perlu membelanya mbok . Biar dia menanggung sendiri kesalahannya ."

Reinald lalu menarik Shandy untuk mengikutinya masuk kekamar miliknya .

Mbok Melia yang melihat itu hanya bisa mengurut dada dan menuntun Melia untuk duduk diteras belakang .

" Apa yang dikatakan teman den Rei tadi itu benar ? Maksud mbok , den Rei menyukai laki-laki ?."

Melia hanya mengangguk , sebenarnya dia ingin menutupi itu seperti yang tiap kali dia lakukan saat menghadiri acara kantor atau acara teman suaminya . Tapi akhirnya bukan dia yang mengatakannya tapi justru kekasih suaminya sendiri .

" Kenapa den Rei bisa seperti itu ? ."

" Tidak tau Mbok . Itu semua hanya mas Rei yang tau apa penyebab dia bisa memiliki sisi buruk seperti itu. "

Tiba - tiba terdengar suara benda jatuh dan teriakan marah Reinald . Melia segera bangun dari duduknya bersama mbok Narti , Melia berjalan cepat masuk kembali kedalam rumah Namun langkah dua wanita itu terhenti dipembatas antara ruang makan dengan ruang TV . Dia melihat Shandy yang berdarah wajahnya dan Reinald yang memerah wajahnya karena marah .

" Kenapa kamu berani bermain dibelakangku ! kamu pikir aku tak punya mata untuk bisa melihatmu mengkhianati aku ?."

" Kamu salah Rei . Aku tidak punya hubungan apa-apa sama Sherlie ."

" Tidak punya hubungan tetapi tidur bersama dan berlibur dengan menghabiskan uangku ."

" Bukan aku yang melakukan . Itu semua Sherlie dan Anton yang menipuku ."

" Menipu ? Bagaimana bisa dikatakan kalau kamu tertipu jika semua pembelanjaan barang mewah ada tandatanganmu , dan photo ini bagaimana cara kamu menjelaskannya ."

Mata Shandy melebar saat melihat photo dirinya yang sedang making love dengan Anton dan Sherlie .

" Itu photo editan . Tidak benar seperti iru ."

" Bagaimana cara mengeditnya jika posisi kamu berada diantara mereka . kamu beraksi seperti pria sekaligus wanita . Bagaimana cara mengeditnya ? Katakan padaku ." Rei kembali menyarangkan pukulan ke wajah imut Shandy membuat darah segar mengalir dari bibir pria itu .

" Kamu menyuruh aku untuk setia padamu . Tidak menyentuh istriku agar aku tidak menyakiti hatimu .Tapi kamu justru menusukku .Keparat !." Rei kembali mengangkat tangannya namun dengan segera ditaham oleh Melia yang terpaksa melakukan itu .

Bukan karena dia kasihan tapi karena dia tidak ingin ada yang terbunuh dan menjadi pembunuh dirumah ini .

" Sudah Mas Rei .Berkelahi tidak menyelesaikan masalah . Kenapa hal ini tidak dobicarakan baik-baik sebagaimana halnya sepasang kekasih ."

" Kau mengejekku Melia ." Dengus Reinald sembari berlalu masuk kedalam ruang kerjanya . Sementara Shandy masih terdusuk didekat tangga dengan wajah lebam .

" Mbok tolong ambilkan kotak P3K ."

Shandy menolak saat Melia ingin membantunya berdiri .

" Kamu tak perlu berlagak baik padaku ."

" Siapa yang ingin berlagak baik padamu . Aku hanya sekedar membantumu untuk tetap sadar , tidak pingsan apalagi mati disini ."

" Munafik ."

" Tak masalah menjadi seorang yang munafik tapi aku masih punya iman untuk tidak melakukan penyimbangan ."

Shandy mendengus , sedetik kemudian pria itu meringis saat Melia membubuhkan obat luka diujung bibir juga pelipis pria itu . Setelah menutup luka Shandy dengan plester luka . Melia lalu berdiri dari duduknya .

" Mintalah maaf padanya . Tapi tolong jika sedang makinf love kecilkan volume suaramu karena disini masih ada manusia normal yang tidak gila seperti kalian ."

Kembali Shandy mendengus . Dengan kasar pria iru mendorong bahu Melia untuk menjauh darinya . Dan dengan cepat Shandy berjalan keluar rumah lalu menghilang dengan motor besarnya .

" Tak bisakah mengatakan terima kasih sevelum pergi ?." gumam Melia sembari beranjak masuk kekamarnya . Dia belum menyiapkan pakaian juga kebutuhan lainnya untuk menjalani rawat inap besok .

Dokter Irvandi menelphone kalau operasi pengambilan separuh hatinya akan dilakukan pada pukul enam pagi . untuk itu Melia malam ini harus sudah beristirahat dirumah sakit untuk dipantau kondisi fisik juga emosinya .

Dibukanya pintu ruang kerja Reinald yang sedikit terbuka . Dia melihat pria itu tertidur disofa panjang dekat meja kerjanya .

Melia memutuskan untuk pergi kekamarmya untuk mengambil selimut dan teko berisi air putih dan plester luka .

Lalu kembali masuk kedalam ruang kerja Reinald , tampa membangunkan pria itu Melia mengobati luka dijari-jari tangan dan pelipis pria itu ,membuka sepatu yang dikenakan dan menutupi tubuhnya dengan selimut .

" Melia pamit mas . maaf jika Melia belum bisa menjadi istri yang benar buat mas . Dilain waktu kita pasti akan bertemu kembali . Jaga dirimu baik-baik mas . Dan berdoa saja agar Allah segera memberimu hidayah untuk bisa kembali ke jalan yang benar. "

Pelan Melia meletakkan ciuman lembut dikening Reinald . Kedua matanya mengabur tapi dia tak ingin menangis .

Setelah mematikan lampu besar dan memggantinya dengan lampu baca .Melia keluar dari ruang kerja suaminya untuk bergegas menuju rumah sakit .

Tampa Melia tau . Ada airmata mengalir dipipi Reinald saat pria itu mendengar perkataan tulus Melia barusan . Namun sikap ego nya yang besar menahannya untuk mengejar wanita itu .

*******

avataravatar
Next chapter