webnovel

Sebuah Pilihan Yang Entah Apa

"Pernikahan yang tak dirindukan akankah sama dengan kasih yang perlahan hilang."

_________________________________

Pukul 1 dini hari. Melia masih tidak bisa memejamkan matanya. Pikirannya berputar seperti sebuah rekaman gambar yang sedang dimainkan.

Perkataan dan permintaaan pamannya sore tadi tergiang-giang ditelinga. Satu permintaan yang sama sekali belum dia pikirkan selama ini.

Dirinya masih ingin menikmati dan menjalani kehidupan pribadi tanpa harus di bumbui kisah romansa pernikahan. Namun demi melihat kondisi pamannya yang sedang mengalami masalah keuangan, memikirkan nasib kedua anak pamannya dan mengingat jasa baik pamannya selama ini membuat Melia tak punya pilihan lain selain menerima pernikahan ini.

Walau untuk menolak pun Melia tidak memiliki pilihan. Kata-kata pedas yang dilontarkan bibinya sangat merasuk kehatinya. Dia memang hanya memiliki seorang paman untuk merawat dirinya saat kedua orangtuanya meningga dunia karena kecelakaan saat usianya baru menginjak 10 tahun, dan kini usianya sudah 26 tahun. Itu artinya dia sudah 16 tahun lamanya merepotkan pamam juga bibinya yang notabenenya bukan saudara kandung dari salah satu orangtuanya. Pria yang dipanggil paman ini adalah adik angkat dari papanya yang kemudian mengambik alih perusahaan milik papanya hingga saat ini.

Dan karena salah perhitungan dan terlalu berharap sebuah keuntungan yang besar, akhirnya perusahaan garmet itu terancam gulung tikar hingga akhirnya datang teman almarhum papanya pemilik sebuah perusahaan yang bergerak dibidang minning and general contractor bernama Andreas Wibisena yang menawarkan suntikan modal yang cukup besar dengan imbalan sebuah pernikahan anak-anak mereka.

Dan pilihan jatuh kedirinya yang dinilai sudah cukup matang untuk berumah tangga disamping itu Melia juga tak ingin terus-terusan disalahkan atas bangkrutnya perusahaan garnet tersebut.

Melia menghembuskan nafasnya kasar, dipandanginya photo kedua orangtuanya. Photo yang merupakan photo terakhir yang bisa dia lakukan bersama mama dan papanya. Photo itu diambil saat lebaran seminggu sebelum kecelakaan maut di ruas jalan Pantura yang merengut nyawa papa, mama dan adik laki-lakinya. Menyisakan dirinya yang mengalami trauma luar biasa yang membuat dirinya menjadi sangat pendiam dan lebih suka menyendiri dan berbicara melalui gambar-gambar kartun yang dia buat hingga akhirnya dia menekunin profesi sebagai prograner game dan kartunis.

Untuk menghilangkan rasa penasarannya, dia mencoba mencari tahu tentang siapa pria yang akan menikahinya.

Nama Reinald Wibisena diketuknya dikolom pencarian, hanya menunggu beberapa detik berbagai informasi terkait pria itu pun memenuhi layar tabletnya.

"Ganteng juga,tapi terlihat seperti don juan. " gumam Melia saat natanya memperhatikan photo seorang pria bertampilan mantly, dari biodata yang dia baca. Pria bernama Reinald Wibisena adalah putra pertama pemilik Wibi Art Mining atau WAM.Co, pria berusia 32 tahun dengan sertikat akademik S1 dari Universitas Havart dan S2 di ohio University, pemilik perusahaan Glory Eternity yang bergerak di bidang ekspor impor bertubuh tinggi 185 cm dan berat 90 kg membuat pria itu memiliki tampilan profosional idaman para wanita.

Namun yang menbuat Melia menggelengkan kepala adalah berita-berita gosip terkait hubungan pria iru dengan banyak wanita,namun semua gosip itu tidak direspon oleh obyek berita.

Melia menutup pencariannya lalu beranjak ke kamar mandi untuk melakukan sholat sunah istikharoh, dia ingin memantapkan hatinya menerima takdir jodohnya ini dengan keikhlasan.

**************

Sementara itu di sebuah rumah mewah di kawasan perumahan elite Jakarta, tampak duduk seorang lpria paruh baya , didepannya duduk seorang pria yang lebih muda usianya.

"Sebenarnya ada masalah apa, papa memanggilku?Tidak perlu berbelit-bekit pa, katakan saja. "pria yang usianya lebih muda itu berbicara dengan nada yang sangat dingin, intonasi yang rendah dan ekspresi tak nyaman membuat pria itu terlihat arogan.

"Papa.,ingin kamu menikah. "

"Jangan khawatie pa, Rei pasti akan menikah, kalau waktunya datang"

"Ya, tunggu Rei menemukan wanita yang sesuai hati Rei."

"Bagaimana dengan para wnaita yang sudah kamu ajak tidur,apa dari mereka tidak ada yang sesuai dengan hatimu?"

"Mereka hanya hiburan pa, bukan calon pendamping yang sesuai untuk menjadi istri seorang Reinald Wibisena."

"Kalau begitu, biar papa yang akan mencarikan istri buatmu Tapi pilihan papa bukan wanita dari kalangan penyuka hidup bebas seperti wanita disekelilingmu."

"Rei, bisa cari sendiri pa."

"Tapi papa sudah punya calonnya.Dan papa ingin pernikahan kalian dilaksanakan minggu depan."

"Kenapa harus secepat itu? "

"Karena papa ingin bisa mihatmu hidup dengan baik sebelum papa meninggal."

"Apa ada kompensasinya jika Rei, menerima tawaran papa ini."

"Enam puluh persen saham WAM menjadi milikmu."

"Oke, Rei setuju. Namun jika Rei. tidak bisa menerima wanita itu.Maka jangan halangi Rei untuk menceraikannya."

"Papa yakin, kau tidak akan melakukan itu."

Pak Wibisena lalu memanggil pak Pramu sekretaris pribadinya, pria berusia 45 tahun itu memberi Reinald sebuah map yang berisi data pribadi gadis pilihan papanya.

"Cantik." hanya kata itu saja yang terbersit dihatinya, sementara bibirnya tak mengatakan apa-apa.

Matanya dengan lincah menelusuri informaei terkait kasus anita yang akan dinikahinya dengan sebuah imbalan besar.

Seorang sarjana Ilmu Komputer lulusan terbaik salah satu Universitas Negeri di Bandung dan sarjana design grafis lulusan salah satu univeristas terkenal di Korea melalui progran beasiswa. Berusia 26 tahun dan masih lajang, bekerja sebagai pragraner disebuah perusahaan multy media terkenal di Jakarta.

Diletakkan kembali map berisi personal data yang dia baca bernama Melia keatas meja kopi,lalu berdiri dari duduknya.

"Saya tidak mau mengurus pernikahan inj, jika papa yang berkeinginan maka silahkan papa yang mengatur semuanya. Saya hanya akan datang menemui gadis itu pada saat akad nikah saja."

"Baik, akan papa lakukan. "

Reinald hanya mengangguk pelan lalu segera berjalan keluar rumah besar itu, club malam miliknya adalah tujuannya saat ini. Dia sudah di tunggu tamunya juga kekasihnya yang sejak tadi mengiriminya chat dengan kalimat penuh nafsu.

*********************

Sera menatap sahabatnya dengan penuh tanya, namun dia tak berani terlalu banyak bertanya karena dilihatnya gadis cantik yang duduk didepannya ini hanya diam dan sesekali menghela nafas beratnya.

Sudah satu jam mereka duduk di selasar sebuah kafe sejak mereka keluar dari gedung dimana mereka bekerja walau berbada divisi. Temannya ini hanya mengatakan dia ingin rileks sembari menikmati kopi dan pemandangan yang menyegarkan. Maka kafe dengan nuansa terbuka ini menjadi pilihan mereka.

"Ada apa Mei, kamu mau cerita?" tanya Sera penuh hati-hati. Dia tak ingin temannya ini beranggapan kalau dirinya terlalu ikut campur dengan masalah pribadii seseorang.

"Sabtu besok aku akan menikah."

Bagai disengat listrik ditengah hujan deras, Sera melebarkan kedua matanya dengan bibir membentuk huruf O saat mendengar kalimat dari bibir tipis berwarna merah muda yang sedari tadi hanya merapatkan bibirnya itu.

"Apa mei? kamu nggak sedang menghafal dialog anime yang sedang kamu buat kan?"

Melia malah menatap temannya ini dengan kesal. Dia tak mengerti kenapa gadis berambut kriwil ini sangat menyebalkan.Bukannya tadi dia yang meminta dirinya bercerita tapi saat di beritahu malah dia yang merespon dengan ekspresi menyebalkan.

"Kapan aku pernah bercanda?"

Melia meringis mendengar jawaban Melia, gadis dengan rambut kriwil itu hanya menggaruk kepalanya yang tak gatal.Dia mengakui, Melia adalah gadis paling pendiam yang dia kenal,jarang senyum kalau tidak lucu, tidak juga pernah menlontarkan candaan hanya sekedar menghibur diri. Sebagai gadis berwajah cantik dan beritak encer sikap dan sifat Melia sangatlah kaku dan dingin.

"Siapa calon suamimu?"

Melia tidak menjawab, gadis itu malah menyodorkan tablet 14 inchinya ke Sera. Kening Sera tampak berkerut saat matanya menekusuri infornasi yang ditampilkan oleh benda pintar itu.

Next chapter