webnovel

AYAHMU MEMBUTUHKANMU

"Kadang kita sulit memahami dan menerima kekurangan orang lain,dikarenakan kita sendiri sulit menerima kekurangan dan kesalahan yang ada pada diri kita sendiri."

___________________________________________________

Sejak kejadian malam itu, hubungan antara Melia dan Reinald semakin dingin. Melia semakin menutup diri,lebih fokus dengan pekerjannya dari pada tugasnya sebagai istri. Bukan karena dirinya tidak mau melayani suaminya dengan baik, namun pria itu sendiri yang selalu menghindarinya.

Dan Melia bukanlah type wanita yang terbawa perasaan. Dia lebih memilih diam jika tidak disapa terlebih dahulu dan dia juga type orang yang tidak terlalu menuntut. Dia tidak pernah mengulangi permintaan atau pertanyaan pada orang yang sama jika orang tersebut tidak meresponnya namun bila hal tersebut merupakan hal yang teramat penting dan tidak bisa ditunda maka mau tak mau dirinya tetap menunggu respon orang tersebut meski dalam diam.

Seperti hari ini saat pak Pramu asisten pribadi ayah mertuanya memberinya kabar kalau ayah mertuanya Andreas Wibisena dibawa ke rumah sakit karena ditemukan pingsan diruang kerjanya.

Melia tanpa banyak bertanya langsung memesan ojek online untuk bisa segera sampai dirumah sakit dan melihat kondisi mertuannya secara langsung.

Dari petugas medis yang bertugas di Unit Gawat Darurat Melia mendapat info kalau mertuanya berada diruang ICU untuk pemeriksaan dan pengawasan lebih lanjut. Langkah kecil kaki Melia sampai di koridor ruang ICU yang berada dilantai 3 salah satu rumah sakit terbaik yang ada di ibukota negara ini.

Dilihatnya pak Pramu , bu Risma dan pak Baskoro yang duduk dibangku besi depan ruang steril itu. Melia hanya tersenyum membalas sapaan dua orang kepercayaan ayah mertuanya ini.

"Bagaimana kondisi papa,pak Pram? Apa ada hal yang mengkhawatirkan?"tanya Melia saat dirinya sudah berada didepan mereka.

Pak Pramu mengangguk dan tersenyum saat Melia mencium punggung tangannya, membuat dirinya hampir menangis karena teringat anak gadisnya yang sudah meninggal 10 tahun yang lalu. Jika saja Tuhan tidak mengambilnya,putrinya itu pasti sudah seusia Melia.

"Belum tau non,karena dokter masih melakukan pemeriksaan."

"Apakah papa punya riwayat sakit jantung pak?"

"Bapak memang memiliki riwayat jantung non,namun sudah tiga tahun ini kondidi jantung pak Andreas sangat baik."bu Risma menjawab pertanyaan Melia, wanita yang sudah 20 tahun bekerja diperusahaan pak Andreas ini juga menyukai Melia dan menyayangkan sikap tak perduli Reinald selaku pewaris utama dari perusahaan ayahnya.

"Apa tadi ada hal yang membuat papa terlalu terforsir pikirannya bu?"

"Sejak pagi tadi,bapak hanya menanda tangani beberapa dokumen saja non,karena untuk klien pak Pramu yang mewakili beliau."

Tampak pak Pramu menghela nafasnya berat, pria berusia hampir lima puluh tahun itu tampak sedang memikirkan sesuatu yang berat terlihat dari sikap beliau yang kurang nyaman saat Melia menatap wajahnya.

Baru saja Melia ingin bertanya, seorang wanita cantik dengan jubah dokter menemui mereka, bersamanya juga ada seorang pria dengan seragam yang sama, dari tagname dikantong snellie yang mereka pakai tertulis nama dan jabatan mereka.

Dokter wanita itu tersenyum walau sedikit kaku karena terlihat kalau wanita cantik ini memiliki kepribadian yang dingin diluar dan hangat didalam.

"Keluarga pasien atas nama bapak Andreas Wibisena?" sapa dokter cantik itu ramah, tertulis di tagnamenya nama Kinan Ervano Reiner dokter spesialis bedah torak dan kardiovascular.

"Iya dok,saya menantu pak Wibisena."jawab Melia membalas sapaan ramah dokter itu.

"Bisa ikut dengan saya sebentar?ada yang perlu saya sampaikan kepada keluarga terkait kondisi pasien."

"Bisa dok."jawab Melia cepat. Biarlah kali ini dia bertindak seolah-olah kalau dirinyalah yang berstatus anak kandung karena anak kandung sebenarnya sama sekali tidak ada yang mengangkat panggilan telphone baik dari pak Pramu juga bu Risma.

Melia lalu menoleh kearah pak Pramu dan berkata dengan nada datar seperti biasa," Pak! Bisa temani saya?"

Pak Pramu mengangguk sementara bu Risma memutuskan untuk pulang karena hari sudah sore dengan membawa semua pekerjaannya kerumah, sehingga tersisa pak Baskoro saja yang menunggu didepan ruang ICU sembari tetap berusaha menghubungi dua anak majikannya yaitu Reinald dan Reina.

Melia dan pak Pramu duduk dikursi disebuah ruangan yang tak jauh dari ruang ICU bersama mereka juga ada dua dokter pria dan dua perawat asisten dokter wanita itu.

"Kita langsung saja ya."suara dokter wanita itu terdengar lagi,wajah cantiknya terlihat lelah.

"Kenapa buru-buru dok?Memang dokter mau kemana?"canda dokter muda yang menemaninya di ruang rapat itu.

"Waktu tugas shif pagi sudah dua jam yang lalu berakhir,dan suami saya sudah sejak tadi menunggu diruang kerjanya."

"Aiss,saya yakin! presdir Ervano tak akan marah,walaupun istrinya menginap dirumah sakit."

"Oh ya,anda yakin?"

"Suami mana yang tidak marah,jika istrinya lebih memilih memeluk peralatan medis daripada suaminya,bisa-bisa rumah sakit ini ditutup."seloroh dokter pria yang ditaksir berusia mendekati pertengahan usia lima puluh tahun.

"Suami saya, menang sangat manis namun auranya bisa membuat air teh menjadi teh es dengan sekali pandang saja."dokter Kinan tertawa lirih,lalu tangannya membuka dokumen yang baru diletakkan oleh asisten perawatnya diatas meja.

"Boleh tau,saya berbicara dengan siapa?"

Melia menyadari kalau dokter cantik yang duduk didepannya ini sedang bertanya padanya," Saya Melia dok."

"Saya dokter Kinan yang menangani ayah anda. Ini tim saya, ada dokter Rendy sebagai spesialis Onkologi dan dokter Arki sebagai dokter spesialis bedah jantung Disini saya ingin menyampaikan beberapa hasil pemeriksaan awal berdasarkan rekam medis dari pasien."

Melia dan pak Pramu pun mengangguk lalu memposisikan diri agar dapat mendengar semua yang disampaikan oleh tim dokter atas kesehatan ayah mertuanya.

"Berdasarkan laporan rekam medis dan pemeriksaan EKG,MRI dan ST-Scan, kami dapat menginformasikan bahwa pasien Wibisena, mengalami penyumbatan pembuluh darah di jantungnya. Dan dari hasil pemeriksaan kami juga menemukan ada pembengkakan di liver pasien, kami belum bisa memastikan penyebab dari pembengkakan tersebut sebelum melakukan pemeriksaan secara menyeluruh dan melalui tindakan biopsi."

Melia berusaha mencerna apa yang dikatakan dokter Kinan dan akhirnya dirinya mulai paham saat dokter Rendy membantu memberi penjelasan.

"Pasien atas nama Wibisena kemungkinan besar mengalami gangguan fungsi hati dikarenakan oleh virus,jika kondisinya sangat buruk maka pihak keluarga harus bersiap mencari donor hati buat pasien,namun kami tetap berharap yang terbaik untuk pasien."

"Dan untuk jantungnya, kami merencanakan untuk melakukan operasi by pass pemasangan ring jantung untuk mengurangi penyumbatan dipembuluh darah pasien."

"Baik dok,kami paham apa yang disampaikan oleh dokter tadi,dan kami hanya mendukung langkah terbaik yang nanti akan diambil oleh tim dokter untuk kesehatan ayah mertua saya."

"Baik lah,terima kasih atas kepercayaannya nona Melia. Sebelum tindakan operasi nanti kami akan meminta persetujuan dari anak beliau,bisa nanti saya dipertemukan dengan anak dari pasien Wibisena?"

"Bisa dok." jawab pak Pramu cepat.

Setelah itu mereka pun keluar dari ruang rapat dokter dan kembali keruang ICU, ternyata pak Baskoro masih sendirian dudk dikursi besi.

"Sudah tersambung dengan Reinald atau Reina?"

"Reina lusa baru bisa kesini,karena saat ini masih berada di Milan,sementara tuan Reinald belum bisa dihubungi,ponselnya dalam kondisi tidak aktif."lapor pak Baskoro.

Tampak pak Pramu kembali menghela nafas beratnya lalu menoleh kearah Melia dan berfkata dengan suara lembut seperti seorang ayah kepada putinya.

"Sebaiknya nona pulang saja, istirahat dirumah.Biar saya yang akan menunggu bapak disini."

"Baiklah kalau begitu pak."

"Bas,tolong kamu antar nona Melia pulang.Setelah itu mampir ke club cari Rfeinald disana."

"Baik pak."

Dan keduanya lalu berjalan menyusuri koridor ruang ICU yang sepi menuju ke basement tempat dimana mobil mertuanya terparkir.

Melia menempatkan diri dikursi tengah mobil mewah itu, walau sedikit canggung namun dirinya berusaha untuk bersikap biasa.

Bukan karena dirinya berdua dengan seorang pria namun karena dirinya belum pernah duduk dan menikmati perjalanan dengan menggunakan mobil mewah sekelas Mercedes-Benz E-Class E400 AMG, yang dia tahu harganya bisa mencapai 3 milyar rupiah, sungguh harga yang sangat mahal.

Dimana bagi dirinya uang sebanyak itu bisa memulai usaha sendiri seperti mendirikan jasa pembuatan web sekaligus toko klontong dan sembako, juga bisa dia gunakan untuk membeli tanah untuk dijadikan lahan produktif tanaman sayur dan buah yang nantinya bisa di jual di toko klontong. Satu pemikiran yang sederhana namun sangat memiliki manfaat yang besar.

Melia melirik ke jam yang ada dipergelangan tangan kanannya, jarum jam menunjuk angka 11 malam, itu berarti jam beroperasi club malam milik Reinald suaminya sudah buka.

Tiba-tiba dirinya ingin mampir ketempat yang belum pernah dia kunjungi selama ini, bukan untuk menikmati kesenangan duniawi yang ditawarkan disana , namun hanya sekedar mencari keberadaan sang suami,siapa tahu saja pria itu berada ditempat favoritenya.

"Pak! Bisa,kita ke Club milik mas Rei?Siapa tahu dia ada disana, atau paling tidak bertemu dengan orang yang bisa menghubunginya."

Pak Baskoro tampak mengangguk lalu mengarahkan mobil menuju tempat yang dimaksud oleh Melia . Tak berapa lama, mobil telah berhenti dan parkir didepan sebuah bangunan megah dengan lampu hias tumblr dan running text menghiasi tampilan depannya.

Deretan mobil juga motor terparkir rapi di area parkir,dan pengunjung yang keluar masuk semuannya berpakaian semi formal bahkan bagi wanita pakaian yang dipakai cenderung mengarah kepada kesan seksi dan bergairah. Pantas saja tempat ini sering dijulukin ladangnya dosa.

Dengan ditemani pak Baskoro, Melia melamgkahkan kaki memasuki club malam itu, dan beberapa petugas keamanan yang mengenali pak Baskoro memberi kesan hormat kearah Melia, dan langsung mengarahkan Melia dan pak Baskoro keruang VIP.

Mereka duduk disebuah sofa, menunggu sang pemilik keluar menemui mereka sesuai apa yang dikatakan oleh pegawai disana.

Namun sudah satu jam lamanya batang hidung pria tampan dan mantly bernama Reinald Wibisena belum juga terlihat, sementara waktu sudah sangat larut untuk berada diluar rumah. dan esok pagi Melia harus terbang ke Singapura untuk perjalanan dinas.

Karena penasaran Melia lalu mengajak pak Baskoro mencari keberadaan Reinald, dan mereka pun mulai menyusuri lorong panjang dilantai dua itu, hanya terdapat ruang private untuk menikmati sajian lagu, dan saat melewati satu ruangan yang terdengar ramai.

Penasaran Melia melongokkan kepalanya untuk melihat melalui celah pintu, dan kedua matanya terbuka lebar saat melihat dua orang wanita berlenggak lenggok diatas meja panjang yang dikelilingi oleh banyak pria yang berlomba ingin menyentuh tubuh wanita yang hanya mengenakan bikini yang sangat membuat pria bergairah.

Cepat Melia menjauh dari lorong itu diiringi tawa pak Baskoro yang melihat wajah Melia yang berwarna merah karena malu. Mereka lalu naik ke lantai 3 , entah kenapa. Melia sangat ingin menjelajahi setiap sisi dari tempat favorite suaminya itu.

Hingga akhirnya mereka tiba di sebuah ruang yang bertuliskan VIP Private, karena penasaran Melia berusaha mengintip kedalam ruangan itu melalui celah ornamen kaca yang ada di pintu. Kosong, namun ada sedikit rasa ragu dihatinya saat tangannya memutar handel pintu yang berbentuk pintu geser. Namun rasa ingin tahunya mengalahkan keraguannya saat itu .

Dengan pasti dia masuk kedala ruangan kosong itu, pandangannya mengarah ke atas meja yang terdapat disana, botol minuman berakohol tinggi, gelas dengan kaki panjang yang tergeletak pasrah diatas meja, layar monitor yang menampilkan film blue yang masih menyala menampilkan gambar erotis pemainnya. Namun yang menarik perhatiannya adalah suara-suara gaduh yang datang dari salah satu pintu yang ada didalam ruangan itu.

"Itu ruangan apa pak?" tanya Melia pada pak baskoro yang masih menemaninya.

"Kamar privasi pengunjung non."

"Seperti kamar hotel."

"Bisa juga mirif."

Awalnya Melia ingin berbalik meninggalkan ruangan itu, namun samar telinganya mendengar suara milik suaminya dan erangan nikmat suara perempuan juga pria. Tanpa sadar kakinya berjalan mendekati pintu kamar yang ternyata tidak tertutup dengan sempurna.

Melalui celah kecil itu, dia bisa melihat pemandangan yang diluar batas akal sehat. Hampir saja wanita itu terjatuh kalau saja tidak ditahan oleh pak Baskoro.

Melia memutuskan segera meninggalkan ruangan itu,namun langkahnya tak bisa membawanya berlari jauh. Dirinya akhirnya tersandar ditembok dengan deraian airmata yang tiba-tiba saja bercucuran membasahi kedua pipinya yang halus. Dan karena penasaran pak Baskoro pun ikut melihat kedalam kamar yang hanya disinari cahaya temaram itu. Dia pun ingin tahu kenapa majikan perempuannya sampai syock saat meninggalkan ruangan itu.

Dan ekspresi yang sama pun terlihat dari wajah pak Baskoro, pria berusia awal empat puluh tahun itu mengusap wajahnya dengan kasar,terdengar kalimat istihfar keluar dari mulut pria itu. Sungguh apa yang dilihatnya barusan adalah kilas balik prilaku umat nabi Luth As yang dikisahkan dalam surah Al-Araf ayat 80 dan Al-AnKabut ayat 28 dimana disebutkan bahwa kaum sodom merupakan kaum pertama di dunia yang melakukan perbuatan keji yakni menyukai sesama jenis.

Walau cahaya lampu sangat temaram namun dapat dilihat jelas bagaimana prilaku manusia yang ada diruangan itu dimana tiga orang pria dan dua orang wanita saling berbagi gairah, disitu terlihat Reinald dalam kondisi polos melakukan making love dengan seorang pria melalui bagian belakang sementara pria yang dimasuki Reinald sedang asik memasuki seorang wanita dan mereka sama-sama menikmati permainan gila itu.

Karena tidak kuat, pak Baskoro akhirnya keluar dari ruangan laknat itu. Saat dirinya berjalan menuju koridor, dilihatnya Melia yang terduduk bersandar di dinding dengan bahu bergetar. Tanpa membuang waktu,pak Baskoro segera memapah tubuh Melia yang lemas kembali kedalam mobil.

Dirinya bisa memahami betapa hancurnya hati wanita pendiam yang kini hanya duduk termenung di kursi belakang itu. Tatapan wanita itu kosong dan terlihat sendu. Melia ingin berhenti sejenak disebuah taman kota hanya untuk sekedar menghirup sebanyak-banyaknya oksigen untuk paru-parunya yang tadi sempat sesak. Dan taman Suropati yang rimbun menjadi pilihan untuk berhenti.

Tampak Melia duduk disebuah bangku semen, didepannya dudk pak Baskoro yang sejak tadi selalu berucap istihfar berulang-ulang kali.

"Apa,ada yang tahu sebelumnya tentang mas Rei?"

Pak Baskoro sedikit menoleh saat mendengar suara dari Melia yang terdengar seperti sedang berbicara sendiri.

"Saya jujur,pernah mendengarnya.Namun waktu itu tuan Reinal menyangkalnya dan isu tersebut pun hilang, hingga akhirnya tuan besar menikahkan tuang Rei dengan anda nona."

"Kenapa mas Rei bisa berlaku menyimpang seperti itu,sungguh tidak bisa dipercaya secara akal sehat. Tadinya saat Erna mengatakan suamiku memiliki kekasih sesama jenis, saya hanya menanggapinya sebagai hal yang main-main.Ternyata itu memang benar adanya."

"Kalau boleh tahu,apa yang akan nona lakukan setelah ini?"

"Saya tak boleh egois,disini tidak menyangkut antara aku dan mas Rei saja. Namun papa juga akan merasa menjadi pihak yang paling terpukul. Apalagi saat ini papa sedang sakit parah."

Sesaat kemudian mereka saling diam, sibuk berdiskusi dengan pikiran masing-masing,hingga akhirnya Melia pun mengatakan apa yang dipikirkannya. " Lebih baik,apa yang kita lihat malam ini,cukup sampai dikita saja ya pak. Saya masih memiliki kewajiban menutupi aib suami apapun itu, demi menjaga nama baiknya."

"Baik,non."

Dan setelah itu baskoro mengantar Melia pulang kerumah besar milik Reinald dan berjanji akan mengantar wanita cantik itu ke bandara pada esok hari. Karena Melia tak bisa mengcancel keberangkatannya dikarenakan semua dokumen dan pembiayaan perjalanan sudah dibayarkan atas dirinya,dan pula kehadirannya di Singapura adalah sebagai kunjungan untuk mempresentasikan game baru yang sudah dia selesaikan ke jajaran pimpinan pusat kantornya dimana dia bekerja yang berkedudukan di Singapura.

Sementara Baskoro sendiri merasa salut akan ketabahan dan ketegaran hati menantu perempuan majnikannya ini. Kalau perempuan lain, mungkin langsung berteriak histeris dan mempersoalkannya secara terbuka.

Namun tidak pada Melia. Wanita itu memilih untuk menyimpan dan melupakannya,agar tidak menimbulkan permasalahan lainnya.Dimana dia memilih akan menyelesaikan apa yang terjadi dengan cara yang baik dan manusiawi,walau itu akan sangat sulit.

Your gift is the motivation for my creation. Give me more motivation!

I tagged this book, come and support me with a thumbs up!

Like it ? Add to library!

Have some idea about my story? Comment it and let me know.

Lavender_flacreators' thoughts
Next chapter