5 Bab 5

Hari ini adalah hari rabu jadi seragam sekolah yang digunakan yaitu kemeja batik, celana putih, dan dasi putih. Hari ini gue bangunya udah pagi, tugas udah gue kerjain, rambut udah gue potong rapi gara-gara hari senin udah ditegur sama guru BP, gara-gara rambut gue udah kepanjangan. Tapi permasalahannya sekarang adalah dasi gue nggak ada. Tuh dasi udah kaya tiket bioskop, kalau nggak tuh dasi gue nggak bisa masuk sekolah. Rese amat sih, dari tadi gue udah bongkar-bongkar isi lemari gue, tapi ngga ada, di keranjang pakaian kotor ngga ada, lah dimana nih. Seingat gue tuh dasi udah gue cuci, setrika juga sama nih seragam. Karena ngga nemu-nemu akhirnya gue pun keluar kamat, terus nanya sama nyokap.

"Mama, lihat dasi putih aku nggak?"

"Mama nggak lihat. Kamu udah cari di lemari?"

"Udah ma, tapi nggak ada,"

"Jangan-jangan kamu belum cuci dasinya,"

"Udah kok ma, udah cuci sama seragam ini juga kok,"

"Ya udah kamu lihat lagi di lemari pasti ada di situ,"

"Percuma ma nggak ada, udah aku cari berkali-kali tapi ngga ada,"

"Kalau mama yang cariin ada gimana?"

"Nggak ada ma," tiba-tiba nyokap udah jalan aja ke kamar gue. Nyokap buka lemari gue nyari-nyari tuh dasi di tumpukan pakaian gue. Ah nyokap gue nggak percaya nih, gue tadi nyarinya nggak nemu-nemu.

"Ini apaan?"

"Lah kok bisa ketemu?"

"Kamu aja yang nyarinya nggak benar," gue pun ngambil tuh dasi dari nyokap. Wah, perasaan gue udah bongkar tuh pakaian berkali-kali tapi ngga nemu, tapi nyokap dalam hitungan detik langsung nemu. Emang yah the power of emak-emak.

"Pakai sekarang dasi kamu, habis itu ke bawah sarapan,"

***

Bel tanda jam pelajaran pertama dimulai. Hari ini diawali dengan pelajaran fisika. Baru aja masuk Pak Sastra udah minta tugas dikumpulin. Gue pun langsung maju kumpulin tugas gue. Nah pas gue balik, si Jeje lagi pasang muka ketakutan gitu.

"Je lo kenapa?"

"Dia nggak ngerjain tugas," ucap Tristan.

"ya elah, lo udah tau nggak ngerjain pr, datangnya malah telat. Kalau lo datang lebih pagi kan lo bisa salin dari kita,"

"Gue bangun kesiangan,"' ini nih akibatnya kalau kebanyakan ngegame. Ya elah nggak sadar diri, gue kan juga gitu.

"Gimana dong?"

"Yah gimana dong lo pasti di suruh keluar kelas, terus harus ngerjain tugas tambahan,"

Nggak lama kemudian pak Sastra udah nanya siapa yang nggak ngerjain tugas, dan Jeje pun ngangantin tangannya. Yah tapi untungnya Jeje nggak sendirian ada juga dua teman sekelas gue yang nggak ngerjain tugas juga. Jadi sekarang Pak Sastra suruh mereka keluar kelas, nggak ngikutin pelajaran fisika hari ini.

***

saat jam istirahat banyak murid yang lewat di koridor. Jeje yang berlari di koridor mengejar Rigel dan Tristan sambil memegang sebungkus roti dan teh kotak.

"woy. tungguin gue"

"Rigel nanti gue ke rumah lo ya bantuin gue ngerjain tugas tambahan dari pak Sastra"

"'sip"

"emang lo kawan paling baik" mereka pun tiba di rooftop sekolah, tempat biasa mereka bertiga tempati saat jam istirahat. mereka pun duduk di bangku panjang sambil menikmati roti mereka. Rigel yang sedang menyantap rotinya pun melihat Cahaya yang sedang melewati lapangan basket sendirian sambil memegang beberapa buku.

"itu kan". seru Rigel saat melihat Cahaya,

"kenapa?" Jeje pun melihat ke arah pandangan Rigel.

"eh tu cewek sekolah di sini juga"

"siapa?" tanya Tristan

"lo kenal sama Cahaya je?" tanya Rigel dengam sedikit bingung

"ngga kenal gue. gue cuma lihat dia lagi ngelusrin sepedanya dari mobil box waktu gue ke rumah lo. kayanya waktu itu mereka baru pindah ke rumah itu"

"cahaya siapa? lo berdua ngomong gue ngga ngerti"

"tetangga baru gue. mereka tinggalnya depan rumah gue"

"'oh jadi Cahaya namanya" gumam Jeje.

"eh teman lo yang namanya Junior itu waktu hari sabtu ikut lomba dance kan?"

"iya. kenapa?"

"gue lihat sg nya teman gue dia juara tiga"

"'iya tuh anak emang doyan banget sama dance"

"bukannya dia di bandung?" sahut Tristan

"iya tp ya karena orang tuanya izinin dia jadi dia bisa ikut".

bel pun berbunyi pertanda jam istirahat telah selesai. saat mereka tengah berjalan di koridor mereka melihat Rio yang tengah lewat. namun Rio tidak sendirian ia sedang bersama Cahaya. Rigel yang melihat itu pun langsung menghampiri Cahaya.

"Cahaya lo baik baik aja kan?"

"iya Rigel aku baik baik aja kok" Rio pun mendengus kesal saat mendengar penuturan Rigel.

"lo ngapain sama Cahaya. awas aja kalau lo gangguin dia"

"gue sama dia lagi bahas tugas kelompok. santai aja kali"

"iya Rigel kita lagi bahas tugas kelompok" Rio pun melihat ke arah Jeje dan Tristan yang menatap Rio dengan tatapan yang tajam.

"lo pada ngga masuk kelas. ngapain masih beridiri di depan kelas orang?" seru Rio

"Cahaya gue balik ke kelas ya"

"iya Rigel" Rigel dan teman temannya pun berjalan kembali ke kelas namun dengan tatapan yang masih sama ekspresi penuh emosi dengan tatapan yang tajam

Rigel baru saja tiba di rumahnya. ia pulang bersama Jeje karena ia akan membantu Jeje mengerjakan pr fisika. saat mereka tiba, terlihat Cahaya juga baru saja tiba di rumahnya terlihat ia keluar dari mobil sedan hitam.

"yuk" seru Jeje. Rigel pun mengalihkan pandangannya lalu masuk ke dalam rumahnya. saat di dalam kamarnya. Rigel mendudukan dirinya di office chairnya setelah melepaskan kemejanya. tiba tiba ia melihat Cahaya yang membuka jendela kamarnya. spontan Rigel pun melambaikan tangannya saat Cahaya melihat ke arahnya. Cahaya pun membalasnya dengan melakukan hal yang sama.

"kaya deja vu" seru Jeje saat melihat ke arah jendela kamar Cahaya.

"'rigel ajarin gue dong" seru Jeje yang duduk di atas tempat tidur.

"iya iya yang mana"

avataravatar
Next chapter